Home / Romansa / MISTERI KEMATIAN ISTRIKU / 12. DI MANA MAKAM AISHA?

Share

12. DI MANA MAKAM AISHA?

Author: Herofah
last update Last Updated: 2024-02-25 00:16:46

Hidup adalah sebuah proses.

Proses belajar bertahan pada sesuatu setelah saling mengenal, berinteraksi, beradaptasi dan menerima kondisi.

Itulah yang telah Samudra lalui selama kurun waktu 5 tahun terakhir.

Sebuah proses panjang yang penuh drama dan spionase. Sebuah perjalanan menemukan jati diri dan arti kehidupan secara bersamaan. Perjuangan dan pengorbanan yang tak bisa diukur oleh apapun yang ada di dunia ini.

Dulu, Samudra tidak tahu apapun tentang agamanya sendiri. Dia terlalu sibuk dengan urusan dunia.

Sibuk berfoya-foya, mabuk-mabukkan, balapan liar, bermain perempuan, bahkan sampai pernah menjadi seorang pengkonsumsi barang haram, jenis ganja.

Segala jenis dosa itu melekat kuat dalam diri seorang Samudra Atlanta, hingga membuatnya lupa daratan.

Uang dan kekuasaan membuatnya khilaf dan tenggelam dalam jurang kesesatan.

Semua orang tunduk padanya. Menghormatinya. Tak ada yang berani melawannya karena kekuasaan yang dimiliki keluarganya.

Hingga suatu hari, Allah mempertemukannya dengan seorang wanita.

Seorang wanita yang dengan sangat berani menceramahi Samudra di muka umum. Dengan lantangnya dia bicara di hadapan Samudra saat lelaki itu hendak memberi pelajaran pada seorang lelaki tua yang telah menyerempet mobilnya hingga membuat mobil itu lecet.

*

"Maaf jika saya ikut campur. Anda sudah keterlaluan! Kekerasan bukan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah. Saya percaya anda ini orang berpendidikan, jadi tidak seharusnya anda main hakim sendiri. Apa anda tidak punya hati nurani sehingga tega memperlakukan orang setua ini dengan kasar? Anda juga punya orang tuakan? Jika orang tua anda diperlakukan seperti ini oleh orang lain, apakah anda akan terima? Sesungguhnya memaafkan itu lebih mulia ketimbang anda menuruti hawa nafsu anda, amarah anda! Saya tahu anda orang kaya, jadi saya pikir anda tidak akan jatuh miskin jika mobil anda mengalami kerusakan yang bahkan hanya seujung jari kuku saja. Tapi, jika anda tetap merasa dirugikan, saya yang akan membayar uang ganti rugi kerusakan mobil anda! Sekarang tolong, lepaskan Bapak itu!"

*

Itulah sepenggal ingatan tentang bagaimana cara Allah mempertemukan dua insan yang tadinya tidak saling mengenal lalu kemudian jatuh cinta dan menikah.

Pertemuan yang begitu membekas dan sulit dilupakan. Karena melalui pertemuan itulah semuanya bermula.

Aisha Dewi Maharani.

Dia wanita yang sangat cantik, baik, berbudi pekerti luhur, lemah lembut, sopan santun, ramah, sabar, dan sholehah.

Berkat Aisha, Samudra mampu terbebas dari lembah hitam kehidupannya yang terlampau bebas. Aisha telah mengajari Samudra begitu banyak hal yang tak pernah Samudra ketahui sebelumnya.

Berkat Aisha, Samudra mampu meraih indahnya hidayah sang ilahi.

Berkat Aisha, Samudra tahu bagaimana caranya shalat. Dari Aisha, Samudra paham arti semua bacaan-bacaan shalat. Dari Aisha, Samudra di ajarkan membaca, memahami dan menghafal Alquran secara bertahap.

Aisha adalah seorang Hafidzah. Dia adalah seorang guru yang kebetulan mengajarkan pengajian kepada anak-anak yatim-piatu, dhuafa dan buta huruf di sekitar tempat tinggalnya. Bahkan tanpa Aisha meminta bayaran.

Sebuah momen tak terduga terjadi saat tiba-tiba Samudra tersentuh untuk menjadikan Aisha labuhan terakhir hatinya.

Pendamping halal hidupnya.

Istrinya.

*

"Dalam islam, seorang laki-laki dan perempuan yang sudah baligh dilarang berdekatan tanpa adanya mahram yang mendampingi, apalagi duduk berdua di dalam ruangan yang tertutup. Bisa menimbulkan fitnah nanti. Jadi maaf sekali lagi, bukannya saya tidak sopan kepada seorang tamu, tapi ini sudah malam dan kamu datang sendirian, jadi kalau memang ada yang ingin di bicarakan di sini saja, jangan di dalam, karena kebetulan, Orang tua saya sedang tidak di rumah," ucap Aisha mencoba memberi pengertian pada Samudra yang saat itu ngotot supaya di izinkan masuk ke dalam rumah petakan sederhana yang ditempati Aisha bersama orang tuanya.

"Emangnya orang tua lo kemana?" tanya Samudra saat itu.

Aisha masih terus menunduk. Dia tidak berani menatap Samudra. Laki-laki yang beberapa hari ini nyaris mengacaukan pikirannya. Mengikis imannya. Dan kedatangan Samudra malam ini cukup membuat Aisha terkejut, sekaligus senang.

"Kedua orang tua saya bekerja dari sore hingga malam hari. Mereka berjualan nasi goreng di pinggir jalan, di dekat lampu merah," jawab Aisha apa adanya.

"Berapa pendapatannya perbulan?" Tanya Samudra lagi.

"Tidak menentu. Jika sedang ramai bisa menyisihkam uang untuk membayar kontrakan dan cicilan hutang saja itu termasuk besar. Tapi kalau sedang sepi, paling hanya balik modal dan menutupi kebutuhan sehari-hari saja," jawab Aisha apa adanya.

"Terus kenapa lo nggak coba kerja bantu mereka? Kalau lo mau, lo bisa kerja jadi asisten pribadi gue, mau?"

Aisha tersenyum. Kepala gadis berhijab itu menggeleng. "Bapak tidak mengizinkan saya bekerja di luar selain mengajarkan anak-anak mengaji di masjid,"

"Memangnya kenapa?"

"Saya tidak tahu alasannya. Sebab, setiap kali saya meminta izin untuk melamar pekerjaan di luar, Bapak pasti selalu melarang dan saya tidak mau melawan perintah Bapak,"

"Ngajar ngaji dibayar berapa?"

"Tidak dibayar, gratis. Bapak yang menyuruh saya untuk memberikan ilmu yang saya miliki agar bermanfaat untuk orang lain, terlebih sebagian besar warga di sini malas jika di suruh mengaji, gratis saja malas, apalagi dimintai bayaran. Bapak bilang, jika tidak mampu bersedekah dengan harta, maka bersedekahlah dengan ilmu yang baik dan bermanfaat. Niscaya itu akan menjadi amal jariyah bagimu di akhirat kelak,"

Lagi, hati Samudra tersentuh mendengar ucapan demi ucapan Aisha yang menurutnya sangat ajaib.

"Kemarin, lo bilang Bapak lo sempet sakit, udah lama nggak jualan, kalau begitu darimana kalian bisa makan?" Samudra masih terus melanjutkan interogasinya.

"Hampir setiap hari, saya dan Bapak puasa Mas," jawab Aisha.

Kerutan di kening Samudra tampak menjelas. Samudra dibuat tercengang oleh jawaban Aisha, kali ini.

"Puasa? Terus untuk sahur dan buka kalian makan apa kalau tidak punya uang?"

Aisha tersenyum pahit. "Allah tidak pernah meninggalkan kami, Mas. Meski tidak setiap hari, pasti ada saja tetangga yang mengantar makanan ke sini,"

"Terus kalau nggak ada? Kalian nggak makan gitu?"

"Makan kok, Mas,"

"Makan apa? Makan angin?"

Aisha menggeleng disertai sebuah lekukan kecil di sudut bibirnya yang tertarik ke atas, wanita itu tersenyum.

Dan senyuman Aisha kala itu seolah mampu menggetarkan hati Samudra. Membangkitkan naluri lain dalam jiwanya sebagai seorang lelaki.

"Dzikir, Mas. Itu makanan saya sejak kecil bersama Bapak," jawab Aisha setelahnya.

Dan detik itu juga Samudra merasa, pelupuk matanya kian menghangat mendengar jawaban Aisha. Sampai akhirnya Samudra tak ingin berpikir dua kali untuk melontarkan kalimat ajaib yang memang hadir dari lubuk hatinya yang terdalam.

"Jadi istri gue, Aisha? Gue yang bakal kasih lo makan setelah kita menikah,"

Sayangnya, rencana tak sesuai harapan.

Niat mulia Samudra pada akhirnya terhalang restu Adipati.

Dan Aisha, memilih untuk mundur perlahan dari kehidupan Samudra sejak saat itu.

Hingga suatu ketika, Ayahanda Aisha meninggal.

Dan sejak itulah, kehidupan Aisha berubah seratus delapan puluh derajat bersama sang ibu tiri yang hendak menjual tubuhnya demi uang!

*

Samudra masih memandang langit sambil duduk menekuk lutut di tepi pelabuhan.

Menatap senja yang merona indah di atas sana.

Aisha, sedang apa kamu di sana?

Apa kamu merindukan aku?

Gumam Samudra membatin.

Samudra merasakan sepasang netranya memanas diiringi genangan air yang memenuhi kedua kelopak matanya.

Lagi dan lagi, pada akhirnya dia hanya bisa menangisi takdir.

Menangisi betapa lemahnya dia tanpa Aisha di sisinya. Betapa bodohnya dia sebagai seorang lelaki dan seorang kepala rumah tangga.

Menangisi betapa jahatnya takdir yang telah memisahkan dirinya dengan Aisha begitu cepat.

Astaghfirullah Al-adzim...

Kembali Samudra beristighfar meski hanya dalam hati saat lagi dan lagi dia harus menyalahkan takdir atas apa yang terjadi padanya. Pada hidupnya.

Bahkan setelah hampir empat tahun berlalu pasca kematian Aisha, tak sama sekali dia bisa melupakan sosok Aisha. Walau kini dia tak lagi bisa melihat raga istrinya, namun Aisha tetap hidup di dalam hati Samudra.

"Sam! Dipanggil Pak Riswan, ada barang datang katanya,"

Sebuah teriakan yang terdengar dari belakang menghancurkan lamunan Samudra.

Setelah menyeka air mata yang terlanjur meleleh di pipi, lelaki itu pun beranjak dari tepi pelabuhan untuk kembali bekerja.

Seandainya saja mengakhiri hidup itu tidak dilarang agama, mungkin Samudra sudah lebih memilih untuk menyusul Aisha ketimbang hidup dalam kehampaan dan nestapa di dunia.

Sesungguhnya, raganya memang hidup, tapi hatinya sudah lama mati.

Mati bersama kepergian Aisha yang masih menyisakan beribu tanda tanya dan misteri.

Bahkan anehnya, sampai detik ini, Samudra sendiri masih belum mengetahui di mana letak makam Aisha, sang istrinya tercintanya.

*****

Penasarankah?

Kuy di Vote dan koment ya...

Salam Herofah...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   68. EPILOG

    Menghirup udara pagi di Switzerland yang asri dengan pemandangan perbukitan landai di sepanjang mata memandang.Rumput hijau bak permadani, bunga warna-warni yang bermekaran, serta suara gemericik aliran air sungai yang merdu.Puncak pegunungan Alpen yang tertutup salju, danau biru berkilauan, lembah zamrud, gletser, dan dusun kecil tepi danau yang indah menghiasi negara daratan ini.Sungguh ajaib ciptaan-Nya.Ini adalah pagi pertama aku bisa menikmati keindahan alam kota Swiss bersama Ibu.Bersama menaiki sepeda sambil berolahraga. Tawa ceria ibu terus terdengar dengan begitu banyak ceritanya tentang keindahan alam Swiss yang bisa dia nikmati saat ini.Kesehatan mental Ibuku sudah jauh lebih baik sejak para pelaku kejahatan terhadap kami mendapat ganjaran atas kesalahannya. Bahkan, ibuku sudah bisa terlepas dari obat penenang yang selama ini dia konsumsi secara rutin.Melihat keadaan ibuku yang sudah jauh lebih baik saat ini, aku sangat bahagia."Ibu nggak pernah mimpi bisa tinggal di

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   67. SESEORANG BERINISIAL "N"

    Setiap manusia di muka bumi, pasti akan merasakan yang namanya cinta.Entah itu cinta terhadap keluarga atau pun pasangan, yang pasti setiap cinta yang telah dihadirkan Allah untuk hambanya akan terasa indah di hati."Meski setiap manusia dapat merasakan cinta, jangan sampai perasaan cinta terhadap sesama, melebihi rasa cintamu kepada Allah. Niatkan mencintai seseorang karena Allah, untuk mencapai ketenangan hati yang sempurna," ucap Aisha saat dirinya, Samudra dan Angkasa baru saja selesai menunaikan Shalat Isya berjamaah.Seperti biasa, Aisha akan senantiasa berceramah sesuai dengan ilmu agama yang dipahaminya sejauh ini.Dan tema ceramah Aisha malam ini adalah tentang Cinta seorang hamba kepada Tuhannya.Samudra dan Angkasa mendengarkan dengan seksama. Angkasa tampak nyaman duduk di atas pangkuan lelaki dewasa yang kini senantiasa ada untuknya. Menemani kesehariannya, menjadi rekan bermainnya, serta menjadi partnernya dalam menggoda sang ibunda.Keberadaan Samudra dalam kehidupan A

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   66. GEBETAN BARU

    Pada akhirnya, semua kejahatan harus dibayar dengan hukuman yang setimpal.Pengadilan baru saja menjatuhi hukuman seumur hidup bagi Talia dan Dawis sebagai terdakwa kasus pembunuhan terencana yang dialami oleh Rika dan Narendra berpuluh-puluh tahun silam, di mana kejadian itu awalnya diduga karena sebuah kecelakaan biasa.Sementara Alden, hanya dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena dia hanya lah orang suruhan untuk membantu terjadinya tindak pidana.Bersamaan dengan hukuman pidana yang diterima Alden, tak ingin membuang banyak waktu, Senja yang sudah tahu bagaimana busuk suaminya selama ini, langsung menggugat cerai Alden ke pengadilan.Meski Alden menolak, namun dia tak memiliki kuasa apa pun lagi untuk menampik semua kesalahan-kesalahan yang telah dia lakukan. Hingga akhirnya, pengadilan pun menyetujui gugatan Senja dan meresmikan perceraian mereka beberapa bulan setelahnya.Hari itu, saat Senja datang ke lapas untuk memberikan akta cerai pada Alden, perut Senja sudah terlih

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   65. MAAF, KARENA TELAH MENCINTAIMU

    Untuk Aisha...Ini adalah surat ketiga yang ku tulis untukmu, setelah surat pertama dan kedua gagal kuberikan hingga harus berakhir dengan sobekan kecil di tempat sampah.Surat ini tak akan kuberikan selama aku masih bernapas, karena aku tak ingin ada siapa pun yang mengetahui perasaanku selama ini, apalagi Samudra.Itu artinya, jika sampai surat ini jatuh ke tanganmu, maka aku pastikan bahwa aku sudah tiada lagi di dunia ini.Sebut aku pengecut karena terlalu takut untuk mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya selama ini, terhadapmu, Aisha.Itulah sebabnya, aku hanya mampu mengungkapkannya dalam bentuk tulisan tanpa sanggup mengucapkannya melalui lisan.Entah bagaimana caranya aku memulai karena perasaan ini sudah jelas tidak mungkin bisa terbalas dengan sempurna.Kamu memang pernah mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Impianmu adalah menikah denganku. Akan tetapi, semua itu kamu ucapkan dalam keadaan dirimu yang tidak utuh Aisha. Kamu hilang ingatan, dan karena dalam kehidupan barumu

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   64. PELURU YANG MENEMBUS TUBUH

    Begitu tahu Riki berhasil melarikan diri keluar dari area rumah sakit, sementara pihak kepolisian dan Gara turut mengejar, Samudra pun tak tinggal diam dan langsung menaiki kendaraan roda empatnya bersama Riko.Ponsel Gara yang dipegang Riko tampak berbunyi, ternyata itu adalah kiriman pesan yang berisi share-loc dari ponsel Samudra yang kini sudah berada di tangan Gara.Sudirman yang sudah memberikan ponsel Samudra pada Gara saat Gara bertemu Airish dan Sudirman di ruang radiologi tadi.Cepet bawa polisi ke sini, Riki ada di tempat ini sekarang.Itulah isi pesan dari Gara selanjutnya.Memutar balik arah mencari jalan pintas, Samudra pun langsung memacu kendaraannya dengan kecepatan penuh, tentunya setelah dia meminta Riko untuk mengirimkan lokasi yang dimaksud kepada pihak kepolisian.*****Sampai di sebuah rumah mewah yang sepertinya sudah lama tak berpenghuni, Gara melihat kendaraan yang dikendarai Riki terparkir di sana.Dari cara mengemudinya yang sangat ugal-ugalan tadi, Gara ya

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   63. KESALAHAN TERBESAR

    "Mama sudah tidur?" tanya Samudra pada Mutiara."Sudah Kak. Tadi, habis ditemani Angkasa menggambar, terus Angkasa tidur, Mama juga ikut tidur," jawab adiknya yang paling bungsu itu. "Tadi Angkasa ngeluh laper, Muti teleponin Kakak nggak di angkat-angkat," keluh Mutiara kemudian.Reflek Samudra pun meraba saku celana jeansnya, dan baru ingat jika ponselnya sepertinya tertinggal di ruang rawat Airish tadi."Memang Bi Murni kemana?""Bi Murni izin pulang tadi, malam ini dia nggak bisa jagain Mama di sini, karena anaknya sakit.""Oh begitu. Yaudah malam ini kamu yang jaga Mama berarti. Hp Kakak ketinggalan di tempat Airish kayaknya, Kakak ambil dulu ya. Nanti Kakak ke sini lagi bawakan makanan, tapi mau ke ICU dulu lihat Aisha," ucap Samudra sebelum hengkang dari hadapan Mutiara.Samudra masih berjalan hendak menuju lift, ketika seseorang keluar dari lift samping dan langsung menghentikan langkah tergesa begitu melihat keberadaan Samudra."Sam," panggilnya seraya membuka masker wajah yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status