Home / Horor / MISTERI PIANO / BAB 1. AWAL KISAH

Share

BAB 1. AWAL KISAH

Author: Alma carally
last update Last Updated: 2023-01-19 20:48:00

Sepasang anak kembar sedang berdiri di depan gedung sekolah tua, sambil memegangi koper masing-masing. Kedua bersaudara ini bisa saja mengecoh siapapun karena mereka tidak terlihat identik.

“ Jadi sekarang apa, kak?” Salah satu dari anak kembar itu, menatap kakaknya dengan pandangan tidak mengerti. Sang kakak hanya membalas dengan gelengan pelan. “Apakah kita harus masuk ke gedung utama untuk mengetahui kamar kita ?” Aulia zia menunjuk gedung sekolah yg ada di hadapannya.

“ Kupikir juga begitu. Ayo!” Alma zia melangkah terlebih dahulu, sambil menyeret kopernya. Jarak yg ditempuh dari gerbang sekolah menuju ke gedung utama cukup jauh karena halaman sekolah yg besar & luas. Di depan gedung utama terdapat sebuah lapangan sepak bola, bersisian dengan lapangan basket. Keduanya, berbatasan langsung dengan taman depan sekolah yg terlihat rindang. Bukankah sekolah ini terlihat benar- benar luas? Aulia zia menghentikan langkahnya tepat di samping Alma zia ketika kakaknya berhenti di depan sebuah papan yg di kerubungi banyak orang. Tidak salah lagi pastilah papan pengumuman kamar asrama dan kelas-kelas yg akan ditempati para murid baru.

“ Biar, aku saja yg melihatnya, kak. Kamu tunggu di belakang saja,” Aulia zia menggeser tubuh kakaknya, saat menyadari dia enggan untuk berdesakan dengan murud- murid lain. Alma zia menganggukkan kepala seraya menarik kopernya & koper adiknya, kemudian berjalan ke belakang kerumunan. Aulia zia menjinjitkan kakinya untuk melihat namanya & nama kakaknya di papan pengumuman. Untung saja, yg sedang berkerumun adalah murid-murid perempuan yg bertubuh mungil, memudahkan Aulia zia membaca pengumuman.

“ Kamar nomor empat belas di lantai dua..” Ekor mata Aulia zia menatap gadis berambut hitam lurus sebahu yg berdiri tidak jauh darinya, Aulia zia tertarik melirik gadis itu karena namanya & nama kakaknya berada dalam satu daftar kamar dengan gadis itu. Seulas senyuman mengembang di bibir Aulia zia ketika mendapati gadis itu juga sedang menatap ke arahnya.

“ Kenapa aku harus sekamar denganmu, seakan selama ini kita tidak pernah berada dalam satu kamar?” Alma zia menggerutu pelan sambil menyeret kopernya. Aulia zia mengedikkan bahu tidak peduli.

“ Bukankah itu malah lebih bagus, kak? Aku bisa mengajarimu cara berteman dengan baik agar kamu tidak dijahui lagi,” jawabnya singkat dan santai. Tanpa menyadari, bahwa Alma zia justru menatap tajam ke arahnya. Langkah mereka terhenti di depan pintu kamar yg akan mereka tempati. Keduanya saling melempar pandang. Aulia zia memutuskan mengetuk pintu kamar karena tahu kakaknya sangat malas berurusan dengan orang baru.

Kreeek…Seorang gadis berambut hitam sebahu dengan poni menutupi kening membukakan pintu. Gadis itu menatap datar kearah Aulia zia yg sedang tersenyum lebar. Bahkan, kedataran ekspresinya dapat mengalahkan kedataran ekspresi Alma zia.

“ Alma zia & Aulia zia?” Gadis itu bertanya dingin. Aulia zia menggaruk lehernya yg tidak gatal setelah dihadiahi tatapan seperti es dan ekspresi datar gadis di depannya.

“ Ya, Alma zia & Aulia zia.” Suara malas2 san Alma zia menjawab pertanyaan gadis berponi di hadapannya itu.

“ Masuklah.” Aulia zia terpaku di ambang pintu, setelah kakaknya menyerobot masuk. Dia mulai berpikir, bahwa kehidupan SMA nya tidak akan menyenangkan kalau sekamar dengan org2 yg kelewat datar. Kamar ini milik empat orang siswa sehingga kemungkinan Alma zia berbicara akan semakin tipis.

“ Hei, kamu yg disana! Cepatlah masuk!” Aulia zia tersenyum sekilas lalu melangkahkan kakinya memasuki kamar “Bukankah kamu yg tadi menatapku di depan papan pengumuman ?”

Seorang gadis tersenyum riang kearah Aulia zia yg sedang terpaku canggung menatap kakak & teman barunya.

“ Perkenalkan namaku Sinta. Siapa namamu? Alma zia & Aulia zia?” Sinta mengulurkan tangannya. Aulia zia membalas uluran tangan itu dengan senang hati. Kali ini, dia tidak perlu lagi memikirkan ketidak bahagiaannya di sekolah karena sekamar dengan dua orang yg memiliki poker face.

“ Aulia zia. Jadi, yg disana itu Alma zia. Kami kembar tidak identik, seharusnya tidak perlu bingung,”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI PIANO   BAB 48. END

    Ratna terjatuh di depan kamar mandi, ketika Aulia zia mendorongnya agar menyingkir dari depan pintu. Bukannya merasa bersalah & meminta maaf , Aulia zia malah tertawa terbahak-bahak ketika melihat Ratna mengusap sikunya yang membentur lantai.“ Beraninya kamu…” geram Ratna, sambil bersiap-siap menerjang tubuh Aulia zia yang masih berdiri tegap.Aulia zia yang menangkap sinyal bahaya langsung memutar kakinya ke mana pun agar bisa menghindari terkaman serigala sebuas Ratna yang terlihat mengamuk & bersiap menendangnya ke luar kamar.“ Baiklah, aku dulu yang mandi …..”Mata Aulia zia & Ratna bergantu menatap pintu kamar mandi yang baru dimasuki oleh Sinta. Sedangkan, Alma zia mengedikkan bahunya ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oeh Aulia zia & Ratna.“ Sinta, keluar sekarang juga atau aku menendangmu setelah kamu mandi?!“ Tidak akan !”Aulia zia semakin mendengus kesal ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh Sinta dari

  • MISTERI PIANO   BAB 47. PAMIT

    Aulia zia menyadari, bahwa tubuhnya mulai terangkat ke udara & menjadi tembus pandang. Aulia zia mengulurkan tangannya, berusaha meraih tangan Ronald, tapi dirinya malah terbang semakin tinggi & semakin tembus pandang.“ Kak Ronald….”“ Selamat tinggal, Aulia. Jadilah gadis yang kuat, jangan menjadi gadis yang senang membahayakan dirimu sendiri. Tumbuh tinggilah & pastikan kamu bahagia bersama orang-orang yang kamu sayang, Aulia.”Setetes air mata kembali menetes di pipi Aulia zia yang tembus pandang.“ Kakak, jangan lupakan aku pastikan kalau kamu akan selalu mengingatku. Kakak, Ronald.”“ Ah! Aulia, aku sudah menghapus ingatanmu tentangku & semua yang pernah terjadi agar kamu tidak lagi merasa bersalah & trauma.”Aulia zia mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap bingung Ronald yang berada di bawah sana.“ Kakak, kamu tidak berhak melakukannya!”“ Aku berhak. Selamat tinggal, Aulia. Senang berkenalan & berteman denganmu. Jadilah anak yang baik

  • MISTERI PIANO   BAB 46.PERTEMUAN TERAKHIR

    Aulia zia menatap tidak mengerti ke arah Andre yang perlahan memudar & bersinar layaknya cahaya terang menyilaukan.Aulia menggelengkan kepalanya beberapa kali, saat Andre tersenyum kepadanya dalam kondisi tubuh yang setipis sutra & seterang cahaya rembulan.“ Kakak, kamu kenapa?”Aulia zia bertanya dengan suara parau.“ Pergi ke tempatku seharusnya, Aulia. Kalau bertemu nanti, sampaikan ucapan terima kasihku kepada Ronald, ya. Selamat tinggal, Aulia. Senang berkenalan denganmu.”Aulia zia berteriak kencang ketika tubuh Andre benar-benar menghilang dari hadapannya. Ketika dinding di labirin itu juga mulai menipis, walaupun perubahannya tidak sedrastis Andre tadi.“ Semuanya sudah selesai, Aulia.”Aulia zia menoleh ke belakangnya & lagi-lagi matanya harus membelalak kaget saat melihat Ronald sedang ada di dekatnya.“ Kak Ronald…? Kamu ada di sini juga…? Bagaimana kamu bisa muncul di sini, Kak..?”Ronald tersenyum sekilas & berjalan mendekat ke

  • MISTERI PIANO   BAB 45. AKHIR HANTU IVANA

    “ Tidak akan kubiarkan….”“ Arrrggghhh!”Ronald menjerit panjang, saat hantu Ana mengeratkan cekikannya. Ingin sekali, Ronald menyudahi permainannya & menghindar sejauh-jauhnya dari Ana. Tapi, dia tidak bisa melakukannya. Dia harus mengakhiri ini semua. Selamanya.Ronald sengaja membuat tempo permainannya semakin cepat walaupun lehernya terasa sangat sakit & sulit bernapas. Dentingan tuts pianoyang dimainkan Ronald beradu dengan suara teriakan nyaring Ana yang memekakkan telinga.“ Kamu … telanlah … semua … mimpimu!” teriak Ronald sekuat tenaga sambil mengakhiri permainannya dengan nada tinggi yang tidak kalah memekakkan telinga mengalahkan teriakan nyaring hantu Ana.“ Arrrggghhh!!! Terkutuklahkamu!! Aaarrrgghhh!”Ana menjerit panjang bersamaan dengan terlepasnya tangan ramping itu dari leher Ronald .Napas Ronald sempat tercekat ketika melihat Ana hendak melukai raga Sinta yang berada tidak jauh dari mereka. Hal itu membuat Ronald kembali memainkan pia

  • MISTERI PIANO   BAB 44. RONALD & ANA 2

    Ronald menjauh sedikit dari piano yang tadi dimainkannya. Ruangan itu masih didominasi oleh teriakan hantu Ana yang menggema penuh frustrasi.“ Aaaaaarrrggghhh!!” Ana menjerit panjang & melengking sambil terus menutup kedua telinganya rapat-rapat. Sebelum akhirnya, raga itu terjatuh dengan lunglai di atas lantai & menyebabkan bunyi berdebam, Robald berjingkat kaget.“ Syukurlah….” Ronald menghela napas lega melihat raga Sinta tidak lagi bergerak & menjerit seperti tadi.“ Masih belum berakhir…”Ronald membalikkan badannya ketika suara dingin menyapa pendengarannya secara tiba-tiba. Mata Ronald membelalak ketika seorang gadis berbaju merah sedang melayang di depannya dengan beberapa helai rambut yang melayang di udara. Ujung pakaian gadis itu seperti sudah termakan usia & ada darah kental yang menetes-netes dari ujungnya.“ Kamu salah kalau berpikir semua sudah berakhir.”Gadis itu, hantu Ivana ( Ana ) menyeringai lebar sambil mengangkat tangan kanannya ke udara, yang memegang sebilah

  • MISTERI PIANO   BAB 43. RONALD & ANA

    Sedetik setelah dentingan tuts piano yang di tekan oleh Ronald terdengar, terdengar pula teriakan frustrasi dari hantu Ana yang berdiri tidak jauh dari piano.Ronald dapat melihat, bahwa Ana berjalan semakin mendekat ke arahnya dengan pandangan kelewat tajam seperti ingin membunuh.“ Kamu tidak akan bisa membunuhku….HAHAHA!”Ana kembali menjerit saat Ronald semakin cepat menekan tuts-tuts pianonya.Tatapan mata Ana semakin menajam & tangannya terulur ke arah leher Ronald. Ronald harus berterimah kasih kepada rambut panjang yang dimiliki Alma zia karena berhasil membelit tangan kanan Ana yang terjulur.“ Telanlah mimpimu sendiri!” Ronald menendang pelan Ana agar gadis itu menjauh dari tubuhnya.“ Kamu tidak akan kubiarkan!” Ana frustrasi lagi, sambil memegang kedua telinganya, ketika permainan piano Ronald terdengar semakin nyaring.Ana berusaha kembali mendekat ke arah Ronald sambil terus menutup kedua telinganya. Sedangkan Ronald tetap memainkan pianonya tanpa memedulikan Ana yang me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status