Share

Part 2

Author: Nisa Noor
last update Last Updated: 2022-09-27 05:59:48

"Dek, bisa minta tolong ambilkan ponsel mas ketinggalan di kamar." 

 

Nilam sebetulnya enggan melakukan itu, entah kenapa perintah suaminya itu hanya akal-akalannya saja, karena gak mungkin ia lupa membawa benda itu.

 

"Yakin mas di kamar?" tanya Nilam.

 

"Iya dek, ini di saku gak ada. Ya sudah kalau kamu gak mau, biar mas ambil sendiri." 

 

Aksan hendak bangkit dari duduknya, tapi dengan segera Nilam berdiri lalu bergegas berjalan menuju lantai dua di mana kamar mereka berada. 

 

Saat Nilam sudah dipastika naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamar, segera Aksan masuk ke ruang kerjanya, cukup lama Aksan di dalam sana hingga Nilam datang pun dia belum keluar. Nilam merasa dugaannya tepat, suaminya hanya sedang mengelabuinya. Mata Nilam langsung tertuju pada ruang kerja itu, tanpa ragu ia segera masuk tapi ternyata lagi-lagi usahanya gagal, tak ada siapa pun di sana. 

Nilam ke luar dengan perasaan penuh tanya, dia mencoba mencari di seisi rumah itu tapi tak ia temukan suaminya. Tetiba terdengar ponsel berdering, Nilam mengarahkan pandangannya pada benda pipih yang terletak di bawah bantal itu. Ah, pantas saja dicari di kamar gak ada, rupanya di sini ponsel Aksan. 

 

Nama mama tertera di layar ponsel Aksan, Nilam mengangkatnya.

 

"Hallo ma," sapa Nilam.

 

"Nilam? Ngapain kamu angkat telepon Aksan, gak sopan," ujar mama Aksan ketus.

 

"Maaf ma, tak sengaja aku lihat ponsel Mas Aksan tergeletak dan bunyi karena mama yang menelepon makanya aku angkat ma."

 

"Alah, alasan saja kamu. Mana Aksan, mama mau ngomong sama dia." 

 

"Aku justru ini lagi cari Mas Aksan ma, dia nggak ada di dalam rumah. Dia ...."

 

Nilam menghentikan matanya ketika sekelebat melihat Aksan keluar dari ruang kerjanya, masih ingat baru saja dia ke dalam tapi tak ada Aksan di dalam ruangan itu. Tapi? 

 

"Hallo Nilam ... Nilam ..."

 

Teriakan Mama di ujung sana membuyarkan lamunan Nilam, Aksan yang sedang mencari keberadaan Nilam pun mematung melihat Nilam sedang memegang ponselnya, dia menghampiri Nilam.

 

"Siapa?" tanyanya.

 

"Mama," ujar Nilam sembari memberikan ponsel kepada Aksan.

 

"Terima kasih ya," ujar Aksan menerima ponsel itu dan mengecup pipi Nilam. 

 

Nilam bergeming, ia menatap suaminya yang sedang mengobrol dengan mamanya menjauh dari dirinya. Kini dia semakin dibuat penasaran dengan sesuatu yang sedang disembunyikan oleh suaminya. 

 

Mana mungkin suaminya tiba-tiba bisa keluar dari ruang kerjanya padahal dia sudah jelas mencarinya tidak ada, Nilam berjalan mendekati ruang kerja suaminya itu. Ia hendak membuka pintunya tapi pintu itu sudah terbuka duluan dan terlihat Bi Jum hendak keluar.

 

"Bi Jum."

 

Nilam terperangah melihat hal itu, Bi Jum pun  terlihat gugup, wajahnya tampak pucat pasi.

 

"Bi Jum habis ngapain? Baju sampai basah gitu," heran Nilam menelisik keadaan Bi Jum.

 

"A-anu non, bi-bibi a-anu."

 

Bi Jum seolah kelu, ia tak bisa menjawab pertanyaan Nilam. Nilam semakin menajamkan pandangannya pada Bi Jum yang semakin menunduk karena tak kuasa melihat mata Nilam yang penuh tanda tanya. 

 

"Bi, jawab." 

 

Gertakan Nilam pada Bi Jum membuat Aksan menoleh ke sumber suara, lalu dia segera mematikan teleponnya dan menghampiri mereka.

 

"Ada apa ini?" tanya Aksan.

 

"Mas, aku lihat Bi Jum keluar dari ruang kerja kamu dengan pakaian basah begini. Aku tanya dia habis ngapain, tapi tak di jawab." 

 

"Oh, mungkin Bi Jum habis bersihin kamar mandi yang ada di ruangan ini dek." 

 

"Tapi mas, keluar sesaat setelah tak lama kamu keluar mas. Lagi pula tadi aku cari kamu ke sini gak ada, lalu tiba-tiba kalian keluar dari ruangan ini. Ini pasti ada yang gak beres iya kan?" tanya Nilam.

 

Nilam sudah tak bisa menahan rasa penasarannya lagi, dia pun menggeser tubuh Bi Jum dan masuk ke dalam ruang kerja suaminya, tentu hal ini membuat Bi Jum tampak semakin gemetar dan Aksan mencoba menenangkan Bi Jum, lalu mengikuti Nilam yang sudah berada di dalam.

 

"Kamu pasti menyembunyikan sesuatu kan mas," gerutu Nilam.

 

"Aku yakin pasti ada sesuatu di ruangan ini."

 

Nilam terus menggerutu sambil matanya mengitari seluruh ruangan ini, tapi tak ada apapun yang ia temukan. Aksan terlihat tampak tenang apalagi setelah Nilam tak menyentuh tombol yang tertutup dengan photo pernikahan mereka itu.

 

Aksan menjalankan aksinya, kalau sudah seperti itu maka pelukan dari belakang bisa membuat tenang Nilam. 

 

"Jangan mencurigai aku seperti itu sayang," bisik Aksan di telinga Nilam hingga membuat Nilam yang berontak terdiam.

 

"Aku tidak melakukan apa pun apalagi jika kamu berpikir aku melakukannya dengan Bi Jum, dia sudah ku anggap ibuku. Jika kamu melihat aku keluar dari sini padahal kamu tadi tak melihatku di sini maka ada banyak kemungkinan maka ambillah kemungkinan yang positif, kasian Bi Jum, dia gemetar dituduh yang tidak-tidak sama kamu, dia sudah tua pasti lebih sensitif perasaannya." 

 

Nilam semakin ingin melepaskan dirinya dari pelukan itu, ucapan Aksan telah membuatnya semakin curiga, entah kenapa dia sama sekali tak ingin mendengar kalimat itu. 

 

"Lepaskan aku mas," ucap Nilam.

 

"Tidak, kecuali kamu membuang pikiran negatif kamu terhadap aku dan Bi Jum." 

 

"Oke, aku gak akan berpikir apapun tentang kalian."

 

Nilam lantang mengucapkan itu, hingga akhirnya Aksan melepaskan pelukan itu dan mengecup pucuk kepala Nilam cukup lama.

 

"Aku mencintaimu, tak mungkin aku menyakitimu."

 

Entahlah, Nilam yang tahu suaminya itu memang romantis tapi pagi ini ia merasa kalimatnya iti sangat begitu jijik untuk di dengar, sebegitu hebat Aksan membela Bi Jum rela melepaskan pelukan hanya untuk tidak dicurigai lagi oleh Nilam membuat Nilam malah semakin gencar untuk bisa membuktikan kecurigaannya itu. Dia merasa yakin ada sesuatu antara suami dan pembantunya itu atau ada hal lain di dalam ruang kerja suaminya itu.

 

Aksan pamit bekerja, Nilam mengantar Aksan hingga tak terlihat lagi dari pandangannya. Selepas memastikan Aksan sudah pergi, Nilam berjalan menuju teras samping rumahnya dimana dia mendengar rintihan itu, ia amati ada jendela di atasnya. Lalu rasa penasarannya menuntunnya untuk mengintip lewat jendela itu dengan harapan ada titik terang dari kecurigaannya.

 

Nilam menuju teras depan lalu ia angkat kursi yang ada di teras depan, perlahan ia menaiki kursi itu dan berusaha menggapai jendela itu.

 

"Aw ...."

 

Bi Jum terkejut mendengar suara teriakan itu dan bergegas menuju sumber suara.

 

"Astagfirullah, non ...."

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 25 (End)

    Perjalanan panjang setiap manusia yang bernapas di dunia sejatinya hanyalah sementara, seberapa lama dan panjang pun perjalanan itu tentu akan memiliki akhir yang sama yaitu kematian. Setiap yang bernyawa akan mati, itu janji Tuhan dalam kitab suci. Apa yang kita lakukan selama menempuh perjalanan di dunia, akan diminta pertanggungjawaban di alam akhirat nanti. Jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk maka itupun yang akan kita terima. Dan semua manusia akan berharap kebaikanlah yang akan mereka terima. Aksan, sudah merasakan perjalanan hidup yang beragam. Mulai dia yang tergoda mendua hingga dia sendiri yang diduakan, mulai merasakan jatuh cinta, dicintai lalu jatuh cinta lagi dan terluka lagi. Seolah semua yang dilakukannya sudah dibayar lunas oleh takdir yang menyapanya. Genap dua tahun Aksan meninggalkan Negara ini dengan segala cerita yang sudah pernah terjadi, cerita yang membuat kehidupannya beragam dan begitu kompleks. Aksan menikmati setiap kehidupan yang diamanahkan p

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 24

    "Assalamualaikum, Ma.""Waalaikumsalam, ah akhirnya anak mama menelpon juga. Gimana kabar kamu, nak?" "Baik, Ma. Mama gimana?" "Alhamdulillah, baik."Percakapan antara anak lelaki dan seorang ibu yang terpisah jarak dan waktu itu selalu terjadi setiap waktu dengan waktu yang berbeda. Ya, akhirnya Aksan memutuskan untuk pergi, menyetujui dengan saran sang Mama untuk meraih kebahagiaan, melupakan semua peristiwa yang terjadi di tanah air dalam hidupnya. Aksan mengambil keputusan yang tepat setelah melakukan perenungan yang cukup panjang. Sebulan dari ucapan sang Mama, Aksan baru berani memutuskan setelah memastikan semua urusan di tempat tinggalnya selesai. Mendengar keputusan sang buah hati tentu Mama Aksan sangat bahagia kala itu, tak ada yang menjadi penghalang kebahagiaannya selain kebahagiaan anak semata wayangnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimiliki Mama Aksan. "Baik-baik kamu disana, ya nak." "Iya Bu, ibu juga. Bi, tolong kabari soal Mama apapun itu," ucap Aks

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 23

    "Kok kamu bisa bawa Nilam?" tanya Mama saat di jalan menuju ke rumah. "Aku lagi di kafe Dani habis menemui Jelita. Jelita akan tetap bertahan dengan suaminya ma, meski aku menawarkan untuk melunasi semua hutang Budi itu.""Apa? Kamu akan mengambil dia gitu?" tanya Mama tampak terkejut. "Ma, aku sudah lelah. Aku lelah mencari wanita untuk bisa kujadikan sandaran ketika aku lelah dengan pekerjaan dengan kehidupan ini, aku sudah semakin tua Mama juga kita butuh seseorang untuk melewati masa-masa ini. Aku butuh istri, Ma." "Lalu kamu berharap Jelita bisa jadi istri yang baik untuk kamu," ucap Mama. "Setidaknya, perempuan yang terakhir aku cintai dan masih bisa aku perjuangkan hanya Jelita." "Kamu ini, sekarang repot cari istri dulu sudah punya istri baik dan cantik kamu abaikan begitu saja." "Ma," lirih Aksan. Mama tak berucap lagi, begitupun dengan Aksan yang memilih diam. Ucapan mamanya mungkin kena ke dalam hatinya. Apa yang dikatakan sang Mama betul adanya. Dulu Aksan beruntung

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 22

    Jelita masih mengingat pertemuannya dengan Aksan, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Boby. Keputusannya sudah bulat, meski kini perlakuan Boby terkadang cukup membuatnya bingung tapi setidaknya kehidupannya jauh lebih aman di tangan Boby. Tetiba ingatannya meluncur saat pertemuan pertama dengan Aksan, membuat Jelita tersenyum sendiri mengingatnya. Tapi tak jarang menangis bukan karena menangisi kebersamaan mereka tapi menangisi restu orang tua yang tak kunjung hadir. Orang tua Jelita tak menyetujui kedekatan mereka itulah sebabnya Jelita tak pernah mengajak Aksan. "Dia itu duda, Jelita. Kamu ini masih gadis, pantas mendapatkan jejaka." Itu yang terlontar dari mulut sang ayah, mereka menginginkan anak gadisnya mendapat jejaka bukan duda hingga keputusan besar karena sebuah keterpaksaan pun diambil. Orang tua Jelita terlilit hutang, Boby membantunya dengan syarat Jelita mau menikah dengannya karena Boby memang sudah mengincar Jelita sejak lama. Lelaki anak juragan k

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 21

    "Kamu tahu bagaimana perasaan aku sama kamu, aku menjaga kamu. Gak pernah sekalipun aku berani menyakitimu, oke mungkin aku salah karena tak begitu perhatian sama kamu. Selama ini aku selalu melihatmu baik-baik saja, aku kira semua nyata ternyata semu belaka, kamu pandai menyembunyikan semuanya dan aku terlalu percaya dengan semua itu. Harusnya kalau kamu menganggap aku ini kekasihmu bicarakan apapun tentang kamu jangan kamu sembunyikan." Aksan terus memburu Jelita, sedangkan yang diburu hanya semakin menundukan kepala, meremas jari-jarinya. Jelita mungkin tak pernah menyangka jika ia akan bertemu dengan Aksan lagi. Boby sudah membawanya jauh pergi dari kota dimana Jelita dan Aksan bertemu, tapi kini nyatanya mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah enam kali purnama tanpa berdua."Aku sudah lama akan menikahi mu, berkali-kali aku meminta kamu untuk membawaku pada orang tuamu tapi kamu selalu menolak, aku rasa bukan ini alasannya. Kamu memang gak pernah mencintaiku kan, jawab?

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 20

    Aksan tercengang mendengar semua hasil laporan orang yang disuruhnya mencari tahu soal Jelita, semua fakta dan peristiwa sudah didapat dari orang itu. Aksan rela menggelontorkan uang banyak untuk melakukan hal ini, bukan soal cinta saja tapi rasa sayang yang sudah mendalam pada Jelita. Ya, memang Aksan kalau sudah jatuh cinta maka akan mendalam sama seperti dulu jatuh cinta pada Qonita hingga setelah menjadi janda rela menikahi diam-diam dan mengkhianati Nilam. Aksan berencana menemui Jelita tanpa sepengetahuan suaminya, ia pun pamit pada sang Mama. "Kamu serius?""Serius ma, aku merasa perlu menyelamatkan Jelita terlepas nanti dia masih mau dengan ku atau tidak. Aku sudah salah menilainya, dia terpaksa melakukan selama ini. Berarti memang Jelita adalah perempuan baik hanya saja keadaan yang membuatnya seperti itu.""Mama terserah kamu, tapi ingat jangan lakukan kesalahan lagi.""Baik ma, terima kasih. Oh, ya. Qonita gimana?" tanya Aksan. "Alhamdulillah, semua sehat kembali. Suamin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status