Share

MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU
MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU
Penulis: Nisa Noor

Part 1

Penulis: Nisa Noor
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-27 05:58:57

Nilam menghentikan sapu yang dipegangnya, ia menempelkan telinga di dinding dekat ia sedang menyapu teras samping rumahnya.

 

"Benar deh, ada yang nangis di sini? Siapa ya?" 

 

Nilam terus mendengarkan dengan seksama, rintihan tangisan itu terdengar pilu. Dengan segera Nilam menyimpan sapu dan bergegas menuju ruang kerja suaminya. Ya, dinding tadi adalah ruang kerja suaminya-Aksan.

 

"Mas ... Mas ... Kamu di dalam?" tanya Nilam sambil mengetuk pintu ruang kerja suaminya.

 

Tak ada jawaban di dalam sana, Nilam memegang gagang pintu dan membukanya, tak ia dapati suaminya, Nilam masuk dengan perasaan tak menentu, detak jantungnya tiba-tiba merasa berdebar, Nilam mencari suaminya di setiap sudut ruangan itu, toilet yang ada di ruangan itu pun di buka tapi tak ada suaminya,  suara tangisan itu tak terdengar lagi, Nilam mengendap-endap mencari apa yang membuatnya penasaran tadi.

 

"Non ..."

 

"Astagfirullah ...."

 

Nilam terperanjat ketika mendengar Bi Jum memanggil namanya, Bi Jum menyembul dari pintu.

 

"Astagfirullah, Bibi bikin kaget aja."

 

"Maaf non, bibi penasaran aja siapa yang buka ruang kerja Den Aksan," jawab Bi Jum.

 

"Aku lagi cari Mas Aksan bi, bibi lihat?" tanya Nilam.

 

"Nggak non, mungkin di kamar atau di kamar mandi non." 

 

Bola mata Nilam berputar, ia sedang mengingat terakhir kali keberadaan suaminya sedang mandi, lalu terpikir mungkin sedang pakai baju di kamar.

 

"Ya sudah, ayo bi kita siapkan sarapan. Mas Aksan mungkin lagi di baju," ajak Nilam.

 

Mereka pun meninggalkan ruangan itu, rasa penasaran dalam diri Nilam belum juga hilang. Telinganya masih bisa mendengar dengan jelas, lalu ia pamit sebentar pada Bi Jum untuk memastikan suara itu lagi.

 

Nilam melangkahkan kakinya menuju samping rumahnya lalu mencoba mendengarkan lagi suara itu, tapi nihil usahanya sia-sia.

 

"Ah, mungkin aku salah dengar," gumamnya.

 

Nilam kembali ke dalam rumah bertepatan dengan Aksan yang keluar dari ruang kerjanya. Sontak Nilam dibuat terkejut dengan hal itu, bukan kah tadi tak ada siapapun di dalam ruangan itu? Atau mungkin saat Nilam keluar tadi Aksan masuk sebentar lalu keluar lagi.

 

"Lho, mas dari situ?" tanya Nilam.

 

"Iya, kan emang biasa kalau pagi-pagi suka ke sini menyiapkan barang yang mau dibawa ke kantor, iya kan?" ujarnya.

 

Wajah Nilam semakin terlihat kebingungan, ia bergelut dengan rasa penasaran yang berkecamuk dalam pikirannya. Apa ia bisa secepat itu, rasanya Nilam keluar sebentar. 

 

"Mari non sarapan dulu, non kayaknya capek. Bibi kan sudah bilang jangan mengerjakan apa-apa," ujar Bi Jum.

 

"Lho emang kamu habis ngapain sayang?" tanya Aksan.

 

"Habis sapu teras aja mas, kan suntuk juga pagi-pagi semua sudah beres. Nah, Bi Jum bilang teras belum di sapu, ya udah aku sapu aja tapi tadi pas aku lagi sapu teras samping kamu tahu gak mas?" 

 

Aksan menggelengkan kepalanya, Nilam menjeda kalimatnya. 

 

"Aku de ...."

 

Ucapan Nilam terhenti dengan bunyi piring yang pecah ditangan Bi Jum. Bi Jum mendadak panik dan kelimpungan, Nilam merasa heran dengan sikapnya. Aksan yang melihat itu langsung memburu Bi Jum membantu membersihkan pecahan belingnya.

 

"Aduh, hati-hati dong bi." 

 

"Maaf Den, bibi gak sengaja. Maaf ya non," ujar Bi Jum menoleh ke arah Nilam.

 

"Nggak apa-apa bi, yang penting bibi gak kena pecahan piringnya," ucap Nilam.

 

Nilam memperhatikan dengan seksama sikap suaminya pada Bi Jum, pembantu yang kata Aksan sudah menemaninya sejak kecil, hingga sekarang sudah menua, Bi Jum tetap setia pada keluarga Aksan, Aksan yang memintanya untuk ikut tinggal bersamanya. 

 

Ada perasaan semakin mencurigakan dari sikap keduanya, Nilam terpasung dalam rasa curiga.

 

"Ayo dek, kita makan." 

 

Nilam tak berbicara dia menggeser kursi makan lalu duduk menikmati sarapan yang sudah disiapkan Bi Jum. 

 

Selama menikmati makanan, Nilam sesekali melihat ke arah Aksan, dia terlihat tak tenang dan tak fokus.

 

"Kenapa mas?" tanya Nilam.

 

"Hmm ... Apa?" ujar Aksan gugup.

 

"Mas Aksan kenapa? Ada yang dipikirkan?" tanya Nilam.

 

"Nggak dek. Oh ya, tadi kamu mau ngomong apa dek?" tanya Aksan.

 

"Oh itu, tadi ---" 

 

Nilam menghentikan kalimatnya, dia merasa tak yakin untuk menceritakannya, firasatnya mengatakan ada yang tak beres antara suami dan pembantunya itu. Mereka seakan menutupi sesuatu darinya. 

 

"Apa dek?" tanya Aksan kembali.

 

"Nggak mas, itu tadi aku kayak denger kucing kan aku takut kucing mas. Aku langsung cari mas buat minta tolong cariin eh aku kira mas sudah di ruang kerja ternyata nggak ada." 

 

"Oh ya, kenapa gak kamu cari ke kamar?" tanya Aksan.

 

"Sudah gak kedenger lagi kok, kayaknya Bi Jum benar aku kelelahan," ujar Nilam.

 

"Oh, syukurlah. Kirain mas ada apa?" 

 

Nilam membaca ada gurat tenang dalam wajah Aksan ketika ia bercerita seperti itu, tentu saja hal itu membuat Nilam semakin penasaran dan terpancing untuk membongkar misteri rintihan di ruang suaminya. Ia yakin ada yang disembunyikan oleh suaminya itu.

 

"Iya mas, aku kalau capek emang suka rese." 

 

Nilam mencoba mencairkan suasana pagi itu, Nilam melihat Bi Jum hendak pergi membawa sebuah piring lengkap dengan lauknya, langkahnya terhenti ketika Nilam memanggilnya.

 

"Bi Jum mau dibawa ke mana makanan itu?" tanya Nilam.

 

Seketika Bi Jum tampak gugup, tangannya gemetar hingga terlihat dari piring yang dipegangnya.

 

"Ma-maaf non, bi-bibi...."

 

"Sudahlah sayang, mungkin Bi Jum mau makan di belakang. Ya sudah bi, bawa aja gak apa-apa." 

 

"Tapi kan mas ...."

 

"Sutss ... Sudah gak apa-apa." 

 

Ada rasa kecewa dengan sikap Aksan padanya, Nilam semakin curiga dengan mereka berdua yang seolah saling melindungi. 

"Ada apa sebenarnya dengan kalian?" bisik hati Nilam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rohayu
Lanjut kan aja
goodnovel comment avatar
Rambu Kareri
belum dilanjut critanya?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 25 (End)

    Perjalanan panjang setiap manusia yang bernapas di dunia sejatinya hanyalah sementara, seberapa lama dan panjang pun perjalanan itu tentu akan memiliki akhir yang sama yaitu kematian. Setiap yang bernyawa akan mati, itu janji Tuhan dalam kitab suci. Apa yang kita lakukan selama menempuh perjalanan di dunia, akan diminta pertanggungjawaban di alam akhirat nanti. Jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk maka itupun yang akan kita terima. Dan semua manusia akan berharap kebaikanlah yang akan mereka terima. Aksan, sudah merasakan perjalanan hidup yang beragam. Mulai dia yang tergoda mendua hingga dia sendiri yang diduakan, mulai merasakan jatuh cinta, dicintai lalu jatuh cinta lagi dan terluka lagi. Seolah semua yang dilakukannya sudah dibayar lunas oleh takdir yang menyapanya. Genap dua tahun Aksan meninggalkan Negara ini dengan segala cerita yang sudah pernah terjadi, cerita yang membuat kehidupannya beragam dan begitu kompleks. Aksan menikmati setiap kehidupan yang diamanahkan p

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 24

    "Assalamualaikum, Ma.""Waalaikumsalam, ah akhirnya anak mama menelpon juga. Gimana kabar kamu, nak?" "Baik, Ma. Mama gimana?" "Alhamdulillah, baik."Percakapan antara anak lelaki dan seorang ibu yang terpisah jarak dan waktu itu selalu terjadi setiap waktu dengan waktu yang berbeda. Ya, akhirnya Aksan memutuskan untuk pergi, menyetujui dengan saran sang Mama untuk meraih kebahagiaan, melupakan semua peristiwa yang terjadi di tanah air dalam hidupnya. Aksan mengambil keputusan yang tepat setelah melakukan perenungan yang cukup panjang. Sebulan dari ucapan sang Mama, Aksan baru berani memutuskan setelah memastikan semua urusan di tempat tinggalnya selesai. Mendengar keputusan sang buah hati tentu Mama Aksan sangat bahagia kala itu, tak ada yang menjadi penghalang kebahagiaannya selain kebahagiaan anak semata wayangnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimiliki Mama Aksan. "Baik-baik kamu disana, ya nak." "Iya Bu, ibu juga. Bi, tolong kabari soal Mama apapun itu," ucap Aks

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 23

    "Kok kamu bisa bawa Nilam?" tanya Mama saat di jalan menuju ke rumah. "Aku lagi di kafe Dani habis menemui Jelita. Jelita akan tetap bertahan dengan suaminya ma, meski aku menawarkan untuk melunasi semua hutang Budi itu.""Apa? Kamu akan mengambil dia gitu?" tanya Mama tampak terkejut. "Ma, aku sudah lelah. Aku lelah mencari wanita untuk bisa kujadikan sandaran ketika aku lelah dengan pekerjaan dengan kehidupan ini, aku sudah semakin tua Mama juga kita butuh seseorang untuk melewati masa-masa ini. Aku butuh istri, Ma." "Lalu kamu berharap Jelita bisa jadi istri yang baik untuk kamu," ucap Mama. "Setidaknya, perempuan yang terakhir aku cintai dan masih bisa aku perjuangkan hanya Jelita." "Kamu ini, sekarang repot cari istri dulu sudah punya istri baik dan cantik kamu abaikan begitu saja." "Ma," lirih Aksan. Mama tak berucap lagi, begitupun dengan Aksan yang memilih diam. Ucapan mamanya mungkin kena ke dalam hatinya. Apa yang dikatakan sang Mama betul adanya. Dulu Aksan beruntung

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 22

    Jelita masih mengingat pertemuannya dengan Aksan, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Boby. Keputusannya sudah bulat, meski kini perlakuan Boby terkadang cukup membuatnya bingung tapi setidaknya kehidupannya jauh lebih aman di tangan Boby. Tetiba ingatannya meluncur saat pertemuan pertama dengan Aksan, membuat Jelita tersenyum sendiri mengingatnya. Tapi tak jarang menangis bukan karena menangisi kebersamaan mereka tapi menangisi restu orang tua yang tak kunjung hadir. Orang tua Jelita tak menyetujui kedekatan mereka itulah sebabnya Jelita tak pernah mengajak Aksan. "Dia itu duda, Jelita. Kamu ini masih gadis, pantas mendapatkan jejaka." Itu yang terlontar dari mulut sang ayah, mereka menginginkan anak gadisnya mendapat jejaka bukan duda hingga keputusan besar karena sebuah keterpaksaan pun diambil. Orang tua Jelita terlilit hutang, Boby membantunya dengan syarat Jelita mau menikah dengannya karena Boby memang sudah mengincar Jelita sejak lama. Lelaki anak juragan k

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 21

    "Kamu tahu bagaimana perasaan aku sama kamu, aku menjaga kamu. Gak pernah sekalipun aku berani menyakitimu, oke mungkin aku salah karena tak begitu perhatian sama kamu. Selama ini aku selalu melihatmu baik-baik saja, aku kira semua nyata ternyata semu belaka, kamu pandai menyembunyikan semuanya dan aku terlalu percaya dengan semua itu. Harusnya kalau kamu menganggap aku ini kekasihmu bicarakan apapun tentang kamu jangan kamu sembunyikan." Aksan terus memburu Jelita, sedangkan yang diburu hanya semakin menundukan kepala, meremas jari-jarinya. Jelita mungkin tak pernah menyangka jika ia akan bertemu dengan Aksan lagi. Boby sudah membawanya jauh pergi dari kota dimana Jelita dan Aksan bertemu, tapi kini nyatanya mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah enam kali purnama tanpa berdua."Aku sudah lama akan menikahi mu, berkali-kali aku meminta kamu untuk membawaku pada orang tuamu tapi kamu selalu menolak, aku rasa bukan ini alasannya. Kamu memang gak pernah mencintaiku kan, jawab?

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 20

    Aksan tercengang mendengar semua hasil laporan orang yang disuruhnya mencari tahu soal Jelita, semua fakta dan peristiwa sudah didapat dari orang itu. Aksan rela menggelontorkan uang banyak untuk melakukan hal ini, bukan soal cinta saja tapi rasa sayang yang sudah mendalam pada Jelita. Ya, memang Aksan kalau sudah jatuh cinta maka akan mendalam sama seperti dulu jatuh cinta pada Qonita hingga setelah menjadi janda rela menikahi diam-diam dan mengkhianati Nilam. Aksan berencana menemui Jelita tanpa sepengetahuan suaminya, ia pun pamit pada sang Mama. "Kamu serius?""Serius ma, aku merasa perlu menyelamatkan Jelita terlepas nanti dia masih mau dengan ku atau tidak. Aku sudah salah menilainya, dia terpaksa melakukan selama ini. Berarti memang Jelita adalah perempuan baik hanya saja keadaan yang membuatnya seperti itu.""Mama terserah kamu, tapi ingat jangan lakukan kesalahan lagi.""Baik ma, terima kasih. Oh, ya. Qonita gimana?" tanya Aksan. "Alhamdulillah, semua sehat kembali. Suamin

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 19

    "Kenapa masih mencari dia? Bukankah sudah cukup jelas, dia sudah menikah dan membohongi kamu?" Aksan terdiam dengan pertanyaan Sesil, setelah menemui Sesil dan Sesil menerima dengan baik kedatangan Aksan. Aksan menceritakan semuanya, terlihat Sesil tak terkejut mendengar semua cerita tentang Jelita. Hingga Aksan mengira Sesil tahu semuanya. "Kamu tahu semua ini?" tanya Aksan. Sesil menghela napas, lalu membuang pandangannya. "Kamu itu sudah jadi pacarnya satu tahun tapi belum mengenal dia dengan baik, jadi selama ini ngapain aja? Cuma datang untuk berkencan saja dengan dia, cuma datang ketika kamu kesepian atau cuma berpikir dia butuh duit kamu saja?" Sesil menjeda kalimatnya, Aksan semakin terasa sesak, ya memang selama berpacaran dengan Jelita, Aksan selalu memberikan apapun yang dia mau, Aksan selalu berusaha meluangkan waktu tapi memang ia mengakui Aksan tak pernah bertanya apapun soal kehidupan Jelita. Dan jelita pun tak pernah bertanya apapun atau bercerita apapun. "Tidak

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 18

    "Qonita itu dari dulu memang istri yang sangat baik, bagaimana pun kondisi suaminya ia tetap bisa menerima semua kekurangan itu. Dulu adik kamu sangat bahagia bisa menikah dengan dia, sejak bercerita saat masih sekolah dulu Mama bisa melihat kebaikan dalam diri anak itu makanya Mama setuju ketika Ikhsan ingin menikahi Qonita."Aksan terdiam, selera makannya tiba-tiba hilang entah kemana mendengar cerita Mamanya, entah kenapa harus bagian itu yang Mama ceritakan, sejak dulu Aksan selalu tak suka mendengar soal kedekatan Qonita dan adik kembarnya, karena Aksan pun memiliki perasaan yang sama pada perempuan itu bahkan dia pernah berbuat gila dan nekat bukan? "Ma, kalau Mama sayang sama Qonita seharusnya Mama biarkan dia tetap jadi menantu Mama, lagi pula kemana suaminya itu. Selalu saja gak ada," ucap Aksan ketus. Mama terlihat menghela napas, lalu ia menatap dalam pada putra yang tinggal Aksan yang dimilikinya. "Mama bisa saja melakukan itu, tapi kamu tahu setelah sembuh dari masa tr

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 17

    Perempuan itu segera menunduk dan pergi begitu saja, sementara Aksan masih terpaku pada perempuan yang barusan bertabrakan dengannya, tak terlihat jelas wajahnya tapi sepertinya Aksan begitu mengenali perempuan itu. Aksan segera menyadarkan diri dan menuju ruang pendaftaran, bagaimanapun Raja adalah anak Qonita mantan adik ipar sekaligus mantan istri sirinya. Lagipula mama Aksan masih sangat menyayangi Qonita dan masih menganggapnya seperti anak, hubungan keduanya masih dekat apalagi karena Qonita tak punya keluarga lain, selain Mama dan keluarga suaminya yang jauh di luar kota sana.Selesai melakukan pendaftaran, Aksan kembali ke IGD memberikan bukti pendaftaran lalu kembali menunggu Mama yang masih menemani Qonita bersama Raja. Suster melewati Aksan dan Aksan segera menghentikan langkah suster itu. "Sus, bagaimana kondisi keponakan saya?" tanya Aksan terpaksa mengakui Raja sebagai keponakannya kalau tidak dia bisa disangka bapaknya lagi. "Sejauh ini sudah ditangani dengan baik, p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status