Tampak Nayla ragu untuk berbicara. Sampai beberapa detik kemudian ....
"Tadi aku seperti melihat sintren itu sedang duduk di dahan pohon di sana." Kembali Nayla menoleh ke belakang ke arah dua pohon trembesi. Angel dan Aldo mengikuti yang di tunjukkan Nayla.
"Kusumawardhani maksudnya, Mbak?"
"Iya, Do. Kusumawardhani yang sudah bersatu dengan sintren itu."
Dari jarak sekitar tiga meter, kedua pohon trembesi itu tampak sangat menyeramkan. Daun dan dahannya yang menyerupai payung yang lebar seakan seperti tempat naungan bagi makhluk tak kasat mata.
Sepintas tercium bau wangi yang sangat menyengat bercampur dengan aroma darah yang anyir. Sangat menusuk indra penciuman mereka bertiga sampai mereka memencet hidung masing-masing.
"Wangi banget!" seru Angel dengan mengedarkan pandangannya.
"Kita mending cepat pergi dari sini aja deh!" ajak Nayla.
Tiba-tiba Nayla seperti mendengar suara Mbah Waci yang berbisik di telinganya.
"Pasti, Nduk. Cuman kembali pada Nayla sendiri. Sebenarnya jika kutukan garwa tusuk konde itu membuatnya terlihat lebih cantik dan awet muda. Semua urusannya akan lancar dan terhindar dari kesialan.""Tapi kutukan itu membutuhkan tumbal, Mbah!" bantah Rasti."Memang. Karena semua pasti ada resikonya." Mata Mbah Waci melihat lurus ke depan sambil mulutnya bergerak mengunyah kinang.Wanita itu seperti sedang memikirkan sesuatu. Dalam beberapa detik, bibirnya langsung berwarna merah."Mbah, kok diam? Lagi mikirin apa, Mbah?" tanya Rasti sambil menggeser duduknya lebih dekat dengan Mbah Waci."Mbah merasa sosok yang ada di tusuk konde itu sangat jahat. Dia berambisi untuk mendapatkan raga Nayla untuk wadah berikutnya.""Si sintren itu, Mbah?""Iya!""Sebenarnya Kusumawardhani itu siapa, Mbah?""Dia sinden yang melakukan perjanjian dengan iblis. Dan dia juga yang meminta pada Kakek Nayla agar sintren itu di masukkan ke
Deg!Jantung Nayla semakin berdetak cepat. Pikirannya tertuju pada sosok Kusumawardhani.'Apa itu penampakan Kusumawardhani?' ucap Nayla dalam hatinya."Sampai sekarang Nenek masih kepikiran dendam apa yang dimiliki Kusumawardhani pada Kakek kamu, Nduk."Nek Waci tertunduk. Wajahnya yang keriput tergambar kecemasan dan kegelisahan hatinya."Oh, ya Nay, gimana kalau bungkusan dari Mbah Waci tadi kamu taburin ke sekitar rumah. Masih sisa 'kan?" Tiba-tiba Angel berbisik di telinga Nayla.Nayla hanya manggut-manggut. Lalu ia bangkit dan berjalan menuju kamarnya.Tak lama Nayla sudah keluar kamar dan berlalu menuju ke ruang depan. Sami yang penasaran pun mengikuti cucunya itu disusul oleh Angel.Segera Nayla menaburkan garam pemberian Mbah Waci ke sekitar halaman depannya. Tak lupa bagian samping rumah sampai belakang."Nay, apa yang sedang kamu lakukan? Itu apa?""Ini dari neneknya teman Nayla, Nek,"
Saat baru beberapa langkah. Tiba-tiba perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik walau umurnya sudah tak lagi muda itu berdiri."Tunggu! Mama mau ngomong. Duduk sini dulu!" ujarnya dengan suara yang mulai melembut.Aldo pun berbalik dan duduk di sofa coklat empuk hingga berhadapan dengan Ajeng, Mama Aldo"Mau ngomong apa, Ma?""Kamu udah dewasa sekarang. Kamu sudah saatnya kerja, Nak.""Iya, Ma. Tapi cari kerja jaman sekarang susah!""Bantu Om Arman di perkebunan, Do," ujar Ajeng tiba-tiba sampai membuat Aldo sedikit tercekat."Enggak ahh! Aldo enggak mau." Sambil menyilangkan kaki kirinya ke atas kaki kanan."Kamu kesana itu cari pengalaman! Lagian setiap hari kerjaan kamu cuma keluar, main, pulang malam. Enggak bermanfaat!" cecar Ajeng tanpa henti."Aku itu tadi habis bantuin pacar Mas Wisnu, Ma.""Pacar Mas Wisnu?" Tampak dahi Ajeng mengerut."Iya. Mbak Nayla!"Ajeng memalin
Di saat Ajeng akan larut dalam mimpinya. Ia merasa pintu kamarnya terbuka. Sampai menimbulkan suara yang mengerikan.Krieeet.Wanita cantik itu melihat seseorang yang sangat ia sayangi. Tepat di belakang orang itu, terlihat seraut wajah yang putih pucat dengan mata dan mulut yang terus mengeluarkan darah."Aaaaaarrrrghhh! Aaarrggghhh!!!" jerit Ajeng kencang di tengah malam.Mendengar suara jeritan Ajeng, seketika Aldo terbangun. Ia berlari kencang menuruni tangga dan menuju ke kamar orang tuanya. Yang berada di ruang tengah.Tok tok tokTok tok tok"Ma!! bukain pintunya, Ma. Mama kenapa? Bukain pintunya, Ma!" Berkali-kali Aldo mengetuk pintu kamar yang terkunci.Terdengar suara derap langkah kaki yang berlari ke arah kamar. Didi sang satpam yang sedang jaga malam itu langsung menghampiri Aldo yang masih mengetuk pintu. "Kenapa, Mas Aldo?""Enggak tau, Pak. Dari tadi Mama teriak-teriak teru
Terlihat matahari mulai menampakkan dirinya. Sinarnya yang cerah menebarkan semangat untuk semua makhluk hidup di permukaan bumi.Mbak Sri sibuk memasak sarapan. Setelah siap, semua makanan dibawanya ke meja makan satu per satu.Braaaak!!!"Astaghfirullahaallazim!!" pekik Sri yang terkejut sambil memegang dadanya.Hampir saja dirinya melompat karena suara pintu belakang yang tertutup tiba-tiba sehingga menimbulkan suara kencang.Terdengar langkah kaki yang berlari mendekat ke dapur."Suara apa tadi, Sri?" tanya Didi ngos-ngosan karena berlari.Sri menggelengkan kepalanya."Enggak tau, Mas. Pintunya tiba-tiba tertutup!""Bikin kaget aja. Saya kira ada apa, Sri!" Didi pun berbalik dan pergi meninggalkan Sri yang masih tampak kaget.Pandangan mata Sri beralih ke pintu yang tertutup. Langkah kakinya mulai berjalan mendekati pintu itu. Tangannya yang menarik handle pintu menimbulkan suara saat pintu bergese
Mendengar suara Nayla yang menangis, membuat Nek Sami buru-buru menghampiri cucunya itu."Ada apa, Nayla?!" tanya Nek Sami dari ambang pintu."Bunda ... Nayla sedih melihat keadaan Bunda, Nek.""Sabar, Nduk! Semoga Pak Soleh dapat membantu kita nanti. Doakan saja, Nduk."Nayla hanya mengangguk. Ia sengaja tak mengatakan yang sebenarnya pada Nek Sami. Agar Neneknya itu tak menjadi kepikiran.Nayla menyeka air matanya. Ketika itu ia melihat wajah Ningrum yang berubah menyeramkan.Membuat Nayla tercekat sampai berdiri dari kasur."Kenapa, Nay?""Wajah Bunda tadi seram banget, Nek!"Nayla menjauh dari kasur. Mendekati Nek Sami. Sami yang tak mengerti maksud Nayla akhirnya kembali masuk ke kamar. Memperhatikan wajah Ningrum dengan seksama."Orang enggak seram gini, Nay! Memangnya apa yang kamu lihat?!"Nayla masih tak mau menjawab. Dengan ragu Nayla mencoba melihat kembali wajah Bundanya.
"Kayak ada orang yang lewat tadi," bisik Aldo pada dirinya sendiri.Ting!!Aldo merogoh HP di saku celana jeans pendeknya. Ia melihat sebuah nama tertera di bagian depan notifikasi.Sekali klik, pesan dari Nayla itu terbuka.'Jangan lupa nanti malam kamu datang sehabis magrib ya, Do.' Baca Aldo dalam hati.Segera Aldo membalas pesan singkat tersebut. Lalu ia kembali berjalan menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.Lelaki itu langsung menghempaskan tubuhnya di kasur yang empuk. Dinginnya AC membuat Aldo mulai merasa ngantuk. Di tambah cuaca mendung yang mendukung.Tetapi matanya masih menatap ke langit-langit kamar."Kenapa sosok Kusumawardhani mengikuti aku ya? Apa gara-gara aku ingin membantu Mbak Nayla?"Aldo membenarkan posisinya. Saat ini punggungnya bersandar pada sandaran kasur."Sepertinya karena aku ingin membantu Mbak Nayla. Semakin tertantang dan bersemangat aku membantu Mb
"Kenapa bisa sampai makhluk gaib membawa jiwa manusia yang masih hidup, Pak?" sahut Aldo yang mulai tertarik dengan penjelasan Soleh.Sesaat Soleh terdiam. Lelaki berkumis itu memperhatikan Aldo dari atas sampai bawah. Melihat ekspresi Pak Soleh, Nayla langsung memperkenalkan Aldo padanya."Ini Aldo, teman saya yang akan membantu nanti, Pak.""Oh ... baik. Lebih baik jika Mas dan Mbaknya nanti yang ikut saya menjemput Bu Ningrum. Karena kalau Mbak Nayla yang ikut, sosok itu malah berhasil mendapatkan Mbak Nayla. Sebab yang ia inginkan sebenarnya jiwa Mbak Nayla," jelas Sukro sambil menatap ke arah Aldo dan Angel."Iya, Pak saya tidak ikut." Nayla menundukan kepalanya."Mbak Nayla bisa ikut tetapi hanya menunggu di pintu gerbang gaib. Jangan sampai masuk terlalu jauh! Pasti setelah kita mendapatkan Bu Ningrum, ada salah satu dari mereka yang akan ikut. Dan jangan sampai itu terjadi!" Suara Soleh terdengar tegas.Perkataan lelaki paruh baya it