Home / Horor / MISTERI TUSUK KONDE / SOSOK SINDEN MERAH

Share

SOSOK SINDEN MERAH

Author: Shintya
last update Last Updated: 2021-05-03 14:34:21

"Aaarrgghh!!" teriak Nayla kencang dengan menutup wajahnya karena ketakutan.

"Nay!" panggil Angel saat melihat Nayla yang sangat ketakutan sambil berjongkok. Kedua tangan menutupi seluruh kepalanya.

"Aaaaarrgghhh!"

"Hey hey ... kamu kenapa sih kok teriak-teriak?"

Nayla melihat ke kaca. Sosok perempuan berkebaya merah itu sudah tidak ada. Ia mengedarkan pandangan matanya ke setiap ruangan di dalam kamar mandi. 

Nayla berdiri dan berjalan ke setiap ruang di kamar mandi. Nayla mengecek satu per satu ruangan tersebut. Namun tidak ada siapa pun selain dirinya dan Angel.

"Kenapa sih, Nay?"

"Mau onok wong wedok ndek kene, awakmu enggak ndelok?" tunjuk Nayla tepat di tempat Angel berdiri.

"Ngomongnya bahasa Indonesia dong aku enggak ngerti." 

"Oh ya, tadi ada perempuan di sini. Kamu lihat enggak?"

Angel menggelengkan kepalanya dan melihat ke Nayla dengan tatapan mata heran.

"Kamu cium bau wangi melati ini enggak, Ngel?" Hidung Nayla terlihat sedang mengendus-endus.

"Udah ahh ayo kita keluar. Nanti dipanggil kita enggak tau lagi." Angel langsung menarik lengan Nayla untuk segera keluar dari toilet.

Walaupun sebenarnya Angel juga mencium wangi melati yang dikatakan Nayla. Bulu kuduk Angel merinding, tapi dia tak menunjukkannya.    

"Enggak ada setan! Kenapa aku merinding gini sih nyium aroma melati tadi," ucapnya dalam hati sambil terus menarik tangan Nayla.

Tak lama mereka berdua telah sampai di ruang tunggu untuk menunggu panggilan wawancara. Nayla masih terus memikirkan siapa perempuan yang seperti sinden tadi.

Masih teringat jelas, wajah perempuan itu sangat pucat seperti tak ada aliran darah, dengan kepala sebelah kanannya yang bocor dan terus meneteskan darah. Serta tepat di bagian perut dan dadanya ada luka tusuk yang juga mengangga lebar. 

"Woi, kok melamun sih malahan!"

"Eh ... kaget aku, Ngel."

"Kamu masih mikirin kejadian di toilet tadi?"

"Iya, Ngel aku benar-benar melihat sosok perempuan-- "

Di saat mereka berdua sedang mengobrol, seorang penguji memanggil nama mereka bersamaan.

"Yah ... maaf ya, Nay. Enggak bisa pinjami kamu sepatu."

"Oh ya, enggak apa-apa kok, Ngel."

Nayla berjalan dengan menyeret sebelah kakinya. Rasanya ia sudah begitu kesal dengan sepatu itu.  

Sejenak ia melupakan penampakan yang sudah dilihatnya dan fokus pada wawancara yang akan ia hadapi, meskipun dirinya masih begitu penasaran.

Nayla memasuki ruangan untuk wawancara. Terdapat empat penguji dan setiap pelamar diwawancara oleh satu orang penguji. Sekitar dua puluh menit wawancara pun selesai. Angel yang sudah keluar terlebih dahulu nampak sedang menunggu Nayla. 

"Nayla!" panggil Angel melambaikan tangannya. Nayla pun menghampiri Angel yang duduk di sudut ruangan.

"Gimana wawancaranya?"

"Ya gitu deh. Pengujinya tadi jutek banget. Sampe grogi aku." Nayla duduk saling berhadapan dengan Angel.

"Hmm ... sekarang kita tinggal menunggu hasil wawancara." Nayla manggut-manggut.

"Aku pasrah, Gusti. Badmood banget gara-gara sepatu ini!" batin Nayla.

Merasakan wajahnya yang berkeringat karena tegang saat wawancara. Nayla mencari tisu untuk membersihkan wajahnya.

"Ngel, boleh pinjam kaca?"

"Ini, pakai aja!" Angel memberikan kaca miliknya.

Nayla membersihkan keringat dengan tisu sambil bercermin kecil. Ketika itu Nayla kembali berteriak kencang. Membuat semua yang berada di ruangan tunggu itu menoleh ke arah mereka berdua. Angel pun menjadi malu dan sedikit kesal dengan Nayla.

"Aaaarhhhh!" teriaknya kencang.

"Ngapain sih, Nay? Tuh orang-orang pada ngelihatin kita!" geram Angel.

"Ma-maaf, Ngel ... tapi aku lihat perempuan yang seram di kaca!" 

Angel mengambil kacanya yang terlempar di meja. Ia tak melihat apapun seperti yang dikatakan Nayla selain wajahnya sendiri di kaca.

"Enggak ada ahh ... tuh coba kamu lihat! Udah ah jangan teriak-teriak malu!"

"Iy-iya maaf, Ngel." 

Nayla mencoba bersikap tenang dan biasa saja. Walaupun hatinya berkecamuk dan sangat penasaran dengan perempuan berkebaya merah, berwajah pucat yang penuh luka di kepala, dada dan perutnya. 

Dari penampilannya, Nayla menebak perempuan tersebut adalah seorang sinden. Tapi apa hubungan dengannya? Nayla sama sekali tidak merasa mengenal sinden berkebaya merah itu. Sampai seorang ibu-ibu yang berpenampilan rapi keluar dari dalam ruangan wawancara.

"Selamat siang menjelang sore pada kalian semua. Setelah psikotes dan tes wawancara, saya akan mengumumkan siapa saja yang lolos untuk selanjutnya mengikuti tes terakhir yaitu medical check-up."

Tampak wajah-wajah yang lainnya sangat tegang dan cemas. Berbeda dengan Nayla yang terlihat biasa saja dan cenderung pasrah. Yang ada dipikirannya hanya sosok perempuan sinden yang selalu menghantuinya.

Satu persatu nama dipanggil. Hingga nama Nayla dan Angel pun lolos wawancara. Nayla begitu kaget karena ia tak menyangka akan lolos semua tes hari itu.

Hanya tersisa lima belas pelamar dari empat puluh lima pelamar. Pelamar yang lolos diberikan jadwal untuk tes terakhir yaitu medical check-up. Jika tes tersebut lolos, akan dihubungi jika diterima.

Hari itu, Nayla pulang dengan ojek onlin ke rumah tantenya dengan perasaan yang bahagia dan senang. Nayla tak sabar untuk segera memberitahukan kabar tersebut pada orangtuanya di kampung dan pada Wisnu, lelaki yang selalu didambakan olehnya.

"Alhamdulillah, walaupun sepatu aku gini, ternyata bertahan sampai aku selesai tes hari ini," ujar Nayla yang memasuki halaman rumah tantenya.

Di rumah tersebut hanya ada Rahma yang sedang libur kuliah. Sedangkan tantenya masih bekerja sebagai PNS di suatu lembaga usaha milik negara. 

Ayah Rahma pun sudah meninggal karena kecelakaan. Sehingga tante Nayla harus menjadi janda sejak usianya tiga puluh tahun.

"Assalamualaikum!" salam Nayla. Rumah itu selalu sepi seperti biasanya saat pagi hingga menjelang magrib.

"Waalaikumsalam," sahut Rahma yang keluar dari dalam kamar dan menemui Nayla yang sudah duduk di ruang tamu.

"Udah pulang, Mbak Nay? Gimana tadi, Mbak?"

"Lihat deh, Ma sepatuku rusak gini." Tunjuk Nayla dengan wajah yang sedih.

"Kok bisa, udah harus di lem biru emang itu, Mbak!" goda Rahma.

   Nayla melepaskan sepatu dan berdiri ingin mengambil minum. Seketika Rahma mengikutinya ke belakang. Gadis itu sangat penasaran sekali dengan psikotes Nayla hari ini.

"Mbak, gimana lolos ta enggak? Malah enggak di jawab!" Nayla hanya terdiam dan menatap ke arah Rahma dengan raut wajah yang sedih.

"Maaf ya, Mbak. Semangat terus cari yang lainnya. Semoga nanti ada yang diterima. Aku yakin pasti Mbak Nay dapat pekerjaan." Rahma memeluk Nayla kemudian kembali melepaskannya.

"Aku lolos psikotes dan wawancara bank itu, Ma ... besok aku tes kesehatan."

Raut wajah Rahma begitu terkejut mendengar ucapan Nayla. Ia menatap Nayla dengan tajam. Kedua manik matanya mencoba mencari kejujuran di tatapan saudaranya itu.

"Mbak, seng tenan? Enggak ngapusi kan, Mbak? (Mbak, yang bener? Enggak bohong 'kan, Mbak?)" tanya Rahma sangat penasaran.

Bersambung

***

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI TUSUK KONDE   GANGGUAN KUSUMAWARDHANI 1

    Waktu sudah menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit. Setelah membayar taxi online, Nayla dan Rasti langsung berlari masuk ke dalam gedung yang cukup mewah di mana mereka mengikuti training. Sepatu pantofel hitam dengan heels 3 cm yang mereka pakai sangat tak nyaman digunakan berlari. Tapi karna takut terlambat, mau tak mau Nayla dan Rasti berlari walau harus pandai-pandai menjaga keseimbangan badannya. "Nay, benerin dulu rambut kamu. Berantakan tuh!""Oh ya!" Nayla langsung membenarkan helai rambut yang keluar dan menggulung rambutnya dengan rapi. Tak lupa mereka berdua saling mengingatkan dan mengamati penampilan satu sama lain. Sampai di depan resepsionis. Nayla dan Angel menunjukkan kartu anggota training. Setelah mendapatkan jadwal dan di mana ruangan mereka hari itu, dengan berjalan cepat keduanya segera menuju ruangan yang berada di lantai 5.Lift pagi itu terlihat tak terlalu banyak orang. Tanpa berpikir macam-macam keduanya langsung masuk. Apalagi saat Nayla mel

  • MISTERI TUSUK KONDE   BANGKAI BURUNG YANG HIDUP LAGI

    "Terimakasih, Bu. Rejeki pagi-pagi," ujar satpam budi kegirangan. "Mau di kubur di mana, Bu?""Terserah, Pak. Asal jangan di sini.""Oh baik, Bu."Setelah Tante Dewi mengunci semua pintu rumah. Satpam Budi yang masih berada di rumah itu sedang mencari sebuah kantong keresek. Dimasukkan bangkai itu ke dalam kantong. Ketika akan keluar dari rumah, Budi kembali menoleh ke belakang. "Lagi ada saudaranya ya,Bu di rumah?" tanya tiba-tiba satpam Budi. "Hah? Enggak ada saudara, Pak," jawab Tante Dewi sambil menoleh ke belakang. Tak hanya Tante Dewi. Nayla dan Rahma pun juga ikut menoleh melihat ke arah yang di lihat satpam tersebut. "Itu ada perempuan, Bu sedang melihat ke sini.""Haaah?" Tante Dewi, Rahma dan Nayla hanya bisa mengangnga kaget. Kecuali Rasti. Gadis itu seperti melihat seseorang di dalam rumah. Menyadari matahari yang semakin tinggi, Tante Dewi menyuruh anak dan keponakannya itu untuk segera berangkat agar tidak terlambat. Begitu juga si satpam yang sudah berhasil mend

  • MISTERI TUSUK KONDE   BANGKAI BURUNG DI DEPAN RUMAH

    Dan karena rasa ngantuk, tak terasa mereka semua tertidur dengan berdempetan di kasur. Tetapi Nayla dan Rasti tertidur di karpet lantai. Sinar matahari pagi menembus sela-sela jendela. Tante Dewi terbangun sambil mengucek kedua matanya. Ia terkejut saat melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Buru-buru wanita itu membangunkan Nayla, Rasti dan Rahma. "Ayo bangun! Bangun Rahma, Nayla, Rasti. Sudah pagi. Kalian terlambat nanti!"Tampak Nayla yang terlebih dahulu mulai menggerakkan badannya."Jam berapa ini, Te?" tanya Nayla sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. "Hah? Kesiangan ini, Te!""Makanya! Cepet kamu bantu Tante bangunin mereka!"Tiga puluh menit kemudian. Di ruang tamu, semuanya sudah tampak rapi dengan pakaian yang mereka kenakan. Karena mereka semua bangun kesiangan pagi itu semuanya berangkat tanpa sarapan."Kalian udah siap semua? Rahma kamu nanti pulang jam berapa?" tanya Tante Dewi."Jam lima Ma, bisa juga lebih. Soalnya ada kerja kelompok nanti d

  • MISTERI TUSUK KONDE   SUARA RINTIHAN POCONG DANO

    "Tumbal para laki-laki, Mbak?" celetuk Rahma. "Iya benar." Wajah Nayla tertunduk dan berubah sedih. Dia teringat akan Wisnu sang pujaan hati yang sudah meninggal. Nayla masih sangat menyesal dan masih belum bisa maafkan dirinya sendiri atas kematian sang kekasih. Seandainya Nayla tak menemukan dan mengambil tusuk konde itu, mungkin saat ini dia masih bisa bersama Wisnu dan tak dihantui seperti ini. "Ras, kayaknya aku tau siapa pocong itu." Tiba-tiba Nayla mengangkat kepalanya dan menatap Rasti di samping. Kedua bola mata mereka saling beradu pandang."Siapa?"Semua yang ada di ruangan saat itu menatap ke arah Nayla dengan tajam. "Dano!""Siapa Dano itu, Mbak?"Rasti memicingkan mata kanannya. Mencoba mengingat-ingat siapa nama yang disebut Nayla."Oh! Dia korban yang belum lama ini?" cetus Rasti. Dengan cepat kepala Nayla mengangguk beberapa kali."Maksudnya gimana, Nay?" tanya Tante Dewi yang tak mengerti apa yang dibicarakan keponakannya itu. "Jadi saat Nayla dan Angel akan k

  • MISTERI TUSUK KONDE   PENAMPAKAN SOSOK POCONG

    "Oh ya kamu kok belum tidur?" tanya Dion. "Iya Rasti tadi lihat penampakan pocong.""Pocong! Kok bisa?""Gak tau. Tapi sepertinya pocong itu adalah tumbal dari tusuk konde ini, Yon.""Gila! Tusuk konde itu harus benar-benar di musnahkan. Sebelum makin banyak korban.""Iya. Eh, lanjut besok ya, Yon. Kasihan Rasti, aku harus temenin dia dulu.""Oke."Telepon pun terputus. Dion kembali berbaring di kasur, sampai akhirnya kedua matanya pun dapat terpejam dan Dion terlelap dalam tidurnya. Sementari itu di rumah Tante Dewi.Semuanya jadi terbangun karena teriakan Rasti. Mereka duduk di ruang tamu. Selesai telepon, Nayla kembali ke ruang tamu sambil membawa segelas air untuk temannya itu. "Minum dulu, Ras." "Makasih, Nay.""Memangnya tadi apa yang membuat kamu teriak, Nduk?" tanya Tante Dewi lembut. Rasti terdiam beberapa saat, sampai Nayla menyenggol lengannya. Membuat Rasti gelagapan. "Kok diam? ditanya Tante, Ras!""Oh maaf, Tante." Rasti memalingkan pandangannya pada kamar Nayla.

  • MISTERI TUSUK KONDE   DARAH DI FOTO

    Tangannya sibuk mengeluarkan satu per satu barang yang ada di dalam laci tersebut. Sampai raut wajah Dion berubah melihat sebuah foto usang yang masih hitam putih. "Ini yang aku cari. Ini foto aku saat aku umur 5 tahun. Dan ini Mas Agung, lalu perempuan ini." Kalimatnya terhenti. Dion duduk di pinggir ranjang. Foto usang itu masih di lihatnya dengan serius. Dahinya mengerut mencoba mengingat-ingat kejadian yang telah lama terjadi. "Perempuan ini yang namanya Mawar, gadis yang dicintai Mas Agung, tapi enggak mendapat restu Mama Papa."Lalu Dion membalik foto usang itu. Tepat di pojok kanan bawah terdapat sebuah tulisan yang tintanya hampir pudar. Dion pun mencoba mengeja tulisan yang samar tersebut."Wo ... no ... giri?""Apa desa Nayla di Wonogiri ya? Kalau bener, bisa jadi sinden merah yang mengikuti Nayla adalah Mawar yang dulu pernah dicintai Mas Agung."Dengan cepat Dion langsung membereskan semua pakaian dan barang-barang miliknya. Semuanya dia kembalikan ke dalam lemari. Men

  • MISTERI TUSUK KONDE   PENAMPAKAN YANG MENYERAMKAN

    Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Rahma, Rasti, Nayla dan Tante Dewi masih berkumpul di ruang tv. Terdengar suara tawa mereka yang memecah keheningan malam. Acara komedi tersebut membuat Nayla dan Rasti merasa terhibur. Setelah acara pun selesai. Tante Dewi menyuruh mereka bertiga untuk langsung masuk ke dalam kamar dan tidur. Agar besok kembali segar saat beraktivitas. Rasti mengikuti langkah Nayla menuju kamar. Saat itu pandangan mata Rasti tak sengaja melihat ke arah jendela yang tirainya belum tertutup. "Nay, itu tirainya belum di tutup!""Oh ya, lupa kali Tante Dewi. Aku tutup dulu deh!" Nayla berjalan ke arah jendela sambil menyisir rambutnya dengan jari tangan. Sementara itu Rasti masih berdiri di depan pintu kamar Nayla. Matanya masih menatap ke arah Nayla yang kini sudah berada di depan jendela. Nayla menarik pengait tirai. Tiba-tiba Rasti terkejut bahkan hampir teriak. Namun buru-buru Rasti menutup mulutnya dan menyembunyikan rasa kagetnya. Rasti tak mau kalau jeri

  • MISTERI TUSUK KONDE   SIAPA MAWAR?

    Perempuan itu pun terjatuh ke tanah. Kedua kakinya seperti tak mampu menopang tubuhnya sendiri. Tatapan matanya masih melihat punggung laki-laki yang baru saja meninggalkan dirinya. "Kenapa kamu tega, Mas." Dion hanya terdiam. Ia merasa kasihan pada perempuan yang tak dikenalnya itu. Walaupun ia tak tahu persis apa yang terjadi, namun ia juga membenarkan apa yang dikatakan perempuan itu pada Kakaknya. Hingga Dion mendengar suara yang tak asing baginya. Ia merasa tubuhnya seperti sedang digoyang-goyang. Sampai dirinya mulai terbangun. "Nak, kamu kenapa? Kenapa bisa di sini?" Dion tersentak kaget. Hingga membuat wanita setengah baya yang memakai baju tidur itu juga ikut kaget."Mama!""Kamu kenapa, hah?""Ehh ... "Dion menoleh ke kanan dan ke kiri. Membuat Mamanya makin keheranan dengan kelakuan anak laki-lakiny itu."Cari siapa?""Anuu ... Ini di rumah, Ma?""Loh iya! Ini di rumah. Emang kamu kira di mana? Di hutan?!"Dion hanya terdiam sambil celingukan. "Dion! Kamu kenapa sih?

  • MISTERI TUSUK KONDE   PERTENGKARAN AGUNG DENGAN MAWAR

    Melihat gelagat Dion yang aneh, Mas Agung kembali bertanya. Hingga membuat Mama Dion juga ikut penasaran."Kenapa? Ada apa di depan?""Enggak, Mas.""Tapi wajah kamu kok kayak habis lihat setan?" Dion terhenyak dengan kalimat kakaknya itu. 'Iya, dia sinden tusuk konde itu. Sinden yang mengikuti Nayla. Tapi kenapa dia sekarang juga mengikuti aku? Padahal aku belum berbuat apa-apa,' batin Dion sendiri. "Dion!" panggil sang Mama yang sedang berjalan mendekati putra bungsunya. Wanita itu sedikit melongok keluar. Pintu yang mau ditutup Dion dibuka oleh Mamanya. "Enggak ada orang Dion. Siapa yang kamu lihat?""Memang gak ada, Ma. Ya sudah ayo masuk, Ma, udah malem." Dion langsung memeluk Mamanya dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.Setelah mengantar sang Mama ke dalam kamar. Dion berniat untuk ke kamarnya yang berada di lantai dua.Baru menaiki beberapa anak tangga, Dion melihat sekelebat bayangan dari arah dapur yang lampunya sudah dimatikan. Sejenak Dion menghentikan langkahnya. Di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status