Dae Jung mulai dibawa masuk ke rumah, para pelayan menyambutnya dengan tangisan penuh haru. Rumah dihias dengan penuh kemeriahan, bahkan ucapan selamat dari para pekerja di rumah Korain menjadi topik utama di media sebab Kim Dae Jung yang dirindukan Korain. "Aku minta maaf sekian lama membuat kalian khawatir," Ucap Dae Jung. "Sampai kapanpun kami akan menunggumu, Tuan.." Ucap mereka serentak. Dae Jung diminta untuk makan terlebih dulu, dia berikan tempat duduk di meja khusus keluarga, di dekat Kakeknya. Sedangkan Anna masih berdiri di dekat Yuna, sadari tadi ibu dari anaknya itu membisu. Dae Jung tahu Anna merasa sungkan lagi padanya, namun dengan status Anna yang sudah menjadi kakak iparnya tidak menghalangi Dae Jung untuk menujukkan rasa cinta dan perhatiannya. "Duduklah di dekatku, Anna.. Anak-anak juga turut makam bersama kita, ini hari yang paling bahagia untuk kita 'kan?"Anna menurut, dia mendudukkan Haneul dam Micha di kursi sebelahnya. "Ibu dekatlah dengan Ayah," Kata Mi
Malam tiba, Anna menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya, para pelayan sangat sibuk menyiapkan berbagai makanan kesukaan Kim Dae Jung, seolah ingin menukar waktu yang tersendat selama lima tahun yang lalu."Bu Nas, tolong kirim salah satu pengawal membawakan Kak Dae Song makanan ini ke rumahnya," Ucap Anna dengan suara pelan.Bu Nas tersenyum, "Izinkan saya yang mengantarnya langsung, Nona. Saya juga ingin bertemu Tuan Song," Pinta wanita paruh baya itu."Ya, itu lebih baik lagi. Sampaikan padanya untuk menjaga kesehatan, dan bilang padanya Bu Nas, anak di kandunganku baik-baik saja, aku baru saja memeriksanya tadi sore sewaktu aku keluar membeli bahan makanan," Ujarnya agar Dae Song tidak terlalu mengkhawatirkan bayi di dalam kandungannya."Akan saya sampaikan, Nona. Setelah akan malam, lebih saya kesana sekarang juga, mungkin beliau sebentar lagi akan pulang dari kantor," Kata Bu Nas.Anna mengizinkan Bu Nas pergi ke rumah Dae Song. Bu Nas saat itu diantar oleh suaminya, Koki
Usai makan malam menegangkan itu, Dae Jung menemani anaknya di dalam kamar Anna. Haneul dan Micha memegang buku dongengnya, kedua anak kembar itu tidak i. Gin Ayahnya seorang diri membaca dongeng favorit mereka, Anna gatus ikut andil untuk menemanu Ayahnya. "Kenapa Ibu lama sekali, Ayah?" Tanya Micha. Dae Jung melirik ke pintu, sudah setengah jam dia menunggu kehadiran Anna untuk menidurkan anak mereka, namun mantan istrinya itu belum juga menampakkan dirinya. "Tunggu sebentar lagi, Ibu masih sibuk dengan urusannya," sahut Dae Jung. Anna sudah berjalan menuju kamarnya, ia usai mengirim pesan permintaan maaf kepada Dae Song, berkali-kali ia lakukan namun suaminya itu enggan membacanya. Nomor Anna bahkan diblokir sehingga tak ada lagi aksesnya untuk mengirim pesan. Anna berdiri di depan pintu kamarnya, bercermin sejenak agar matanya tidak meninggalkan jejak tangis yang sempat lolos ketika mengirim pesan kepada Dae Song. "Tenangkan dirimu, Anna. Bersikaplah seperti biasa," Gumamnya
Dae Song bangun dari tidurnya, sebelum mandi ia biasanya ke dapur memeriksa sarapan yang akan dibuat oleh dua pelayannya. Akhir-akhir ini Dae Song selalu gampang lapar, makanan yang ia tidak suka menjadi ia cari. Dae Song terkejut melihat susunan sarapan yang tersaji di meja makannya. "Kalian membuat ini berdua?" Tanyanya terheran. Kedua pelayan itu menggelengkan kepala, "Kami hanya membantu ini, Tuan. Selebihnya bukan kami yang membuatnya," Sahut mereka. Dae Song mengernyitkan dahi, terdengar dari arah belakangnya, pintu toilet khusus tamu terbuka, Dae Song menoleh, matanya membelalak melihat kehadiran Anna di rumahnya sepagi itu. "Kamu? Ha?" Pekiknya. Anna terdiam ditempatnya, memandangi Dae Song yang masih terkejut. "Dia benar Anna?" Tanya Dae Song ke dua pelayannya. "Iya, Tuan. Dia Nona, sejak subuh dia ada disini."Dae Song kembali menatap Anna, dia bergegas berjalan menuju Anna lalu memeluknya dengan erat. "Aku merindukanmu, aku merindukanmu istriku, aku merindukan bayi
Usai merapikan tempat tidur Dae Song, Anna menyiapkan berbagai perlengkapan kemeja yang sudah disetrika oleh pelayan. Ketika membuka laci, Anna mendapati fotonya yang disatukan dengan foto Dae Song. "Mungkin karena kami tidak memiliki foto berdua sehinggadia melakukan ini," Gumam Anna. Gagang pintu kamar mandi terputar, Dae Song nampak dibalik pintu dengan mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Dia melihat bingkai foto rahasianya di pegang oleh Anna. "Hei, letakkan foto itu kembali," Kata Dare Dong yang teramat malu. Anna tertawa sumbang, dia menertawakan rait wajah suaminya yang merona menahan malu. Anna membawa keluar bingkai foto itu, sengaja ingin membuat Dae Song di pagi hari. "Sini Anna, sayang sini, ya Tuhan.." Keluhan Dae Dong. Bergegas ia memakai celana boxernya lalu mengejar Anna keluar. Di ruang tamu Anna dikejar-kejar oleh Dae Song. Kedua pelayan tertawa cekikikan melihat tingkah majikannya. Anna berlari berlindung di sofa, dia memperlihatkan foto itu ke pe
Mobil sport hitam itu tiba di kantor utama Korain. Dae Song lebih dulu turun untuk membukakan pintu Anna, walaupun saat itu para petugas keamanan kantor menawarkannya, tetapi Dae Song yang ingin ambil andil dalam Me'treat Anna. "Mari turun," Ujarnya. Anna cukup deg-degan karena ini pertama kalinya ia menginjak lagi kantor Korain semenjak dia berstatus sebagai istri Dae Song. Dis tahu para karyawan kantor sudah mengetahui isi yang beredar dengan topik buruk tentangnya. "Anna, ini kantor kita, milik keluarga Korain, jangan merasa canggung dan gugup hanya karena masalah isu-isu perselingkuhan itu, mereka hanya bawahan kita," Kata Dae Song. Anna menganggukkan kepala, sebisa mungkin dia melepaskan senyum kepada karyawan kantornya. Setelah Anna dan Dae Song masuk ke dalam lift, benar saja para karyawan itu kembali menggunjingkan mereka. Ada yang membicarakan kebaikan pernikahan dan ada juga malah sebaliknya. Di dalam lift Anna tak mengeluarkan seoatah katapun, sementara Dae Song asyik
Dae Song menarik Anna kembali duduk disampingnya, ingin rasanya mengulang adegan romantis itu lagi. Namun Anna memijit-mijit kepala, tampak dia kembali pusing karena efek ngidam yang trimester menjelang trimester kedua. "Kau merasa pusing lagi?" Tanya Dae Song. Anna mengangguk, bangun shalat malam adalah rutinitas favoritnya, namun biasanya ia kembali tidur sejam di pagi hari untuk memulihkan energinya. "Tidurlah di sofa ini, aku akan menemanimu, atau kau ingin pulang?" "Disini saja dulu, aku tidak sanggup untuk melakukan perjalanan dengan kondisi seperti ini," Sahut Anna. Dae Song menaruh kepala Anna di bantal sofa. Anne memejamkan mata agar lebih rileks lagi. Berpikir keras dan berlebihan malah menimbulkan gejala depresi di kehamilannya. Kehamilan kedua ini bagi Anna lebih berat ketimbang kehamilan Haneul dan Micha. "Tidurlah Anna, aku akan menjagamu," Ucap Dae Song lagi. Anna mencoba tidur nyenyak di ruangan kerja suaminya, ada banyak yang harus ia lakukan sebelum Dae Song k
"Duduklah disini Zura," Ajak Anna. Sebelum memulai pembicaraannya, Anna terlebih dulu ke toilet untuk mencuci wajah, dia menyegarkan dirinya agar pikirannya ikut jernih. Usai dengan rutinitas pribadinya, Anna kembali menemui Zura yang masih duduk anteng menantinya. "Aku lama ya?" "Tidak Nona, lakukan saja apa yang perlu lakukan dulu," Sahut Zura. "Hm, jangan panggil Nona, kita hanya sedang berdua, tidak ada Oppa Dae Song disini," Serah Anna. Zura tersenyum mengangguk, Anna menarik nafas panjang, duduk disamping Zura. Anna melepas kerudungnya, rambut panjangnya yang lebat dan hitam terurau. Zura yang perempuan saja terperangah melihat kecantikan Anna. Wajah khas Indonesia "Kau merasa nyaman kerja disini? Apa Oppa Dae Song tidak semena-mena padamu?" Tanya Anna. "Alhamdulillah, Nona. Perusahaan ini luar biasa, Pak Dae Song juga memperlakukan saya dengan baik," Sahutnya. Anna cukup lega karena mendengar penuturan Zura, ia sempat berpikir jika Dae Song kurang baik memperlakukan baw