Reina tersenyum manis, “ Apa Kau lupa denganku!”“Apa kau ingat namamu?” tanya Reina lagi.Wiliam mencoba mengingat namanya sendiri. Tapi dia kesulitan untuk mengingatnya. Pada saat ini perawat masuk untuk memeriksa keadaan William. Begitu melihat jika pasien telah sadar, dia pun langsung pergi memanggil dokter.Reina pun tersenyum manis, “Kau pasti akan sembuh, tenang saja ada aku di sini!” imbuh Reina.William tertegun, lalu memegangi kepalanya ketika ada siluet sosok wanita yang hadir di pikirannya, Mencoba mengingatnya namun tidak dapat mengingatnya. Pada saat ini dokter datang untuk memeriksa keadaan William.Dokter pun langsung mengetes kesadaran dan ingatan William, memulai dengan pertanyaan, “Ini angka berapa?” tanya kepala dokter sambil menekuk jari kelingking dan jempolnya.William sedikit mendengus lalu menjawab, “Tiga!”Dokter mengulangi pertanyaan dengan metode yang sama beberapa kali hanya saja dengan angka yang berbeda. Lalu dokter bertanya lagi, “Dia ini siapa?” imbuhn
“Kamar Ini baru saja aku renovasi ulang!” imbuh Reina sembari memapah William untuk kembali duduk di kursi roda. Karena masih belum mampu berdiri lama. “Bagaimana apa kau suka?” tanya Reina lagi. William memperhatikan sekitarnya, menilai jika semua orang yang dia lihat di rumah ini sepertinya sudah terbiasa dengan kehadiran Reina. Jadi dia merasa jika Reina adalah wanita yang sedang dekat dengannya saat ini. Reina bersimpuh di depan Willian dan berkata sembari memegang kedua tangan William. “Tenang saja, aku akan merawatmu dan memastikan kau akan pulih!” Pada saat ini Reina seperti dapat undian utama hadiah lotre. Wiliam kehilangan ingatan, Paman Gu membantunya untuk mengganti semua pelayan di sini, bahkan memindahkan asisten nomor satu William dan menggantikannya dengan Robert. Selesai dengan William Reina kembali ke kamarnya, ponselnya berdering. Melihat nama Paman Gu dia pun langsung menjawb. “Semua berjalan dengan baik!” “Jika begitu aku bisa mendapatkan jatah tubuhmu mala
Li Jancent mengecup puncak kepala Mayleen, “Jangan sedih, ingat apa yang kau makan dan apa yang kau rasakan, bayimu juga bisa merasakan. Jadi jangan menyiksanya dengan penderitaan yang seharusnya tidak dia rasakan!” Mayleen mendongak kepada kakaknya itu dan tersenyum, pada saat ini dia merasa beruntung karena memiliki kakak sebaiik Li Jancent. “Ada kau bersamaku, bayiku pasti akan selalu bahagia!” “Kita akan tetap periksa ke dokte ya!” imbuh Li Jancent. “Sudah ada kau, kenapa harus ke dokter lain!” imbuh Mayleen dengan nada sedikit bercanda. “Aku bukan dokter kandungan!” imbuh Li Jancent sembari mencubit hidung adiknya itu. Untuk beberapa saat Li Jancent mengharuskan Mayleen untuk lebih banyak beristirahat. Bahkan dia tidak diijinkan untuk menemani dirinya ketika merawat Fang-Fang. Dan ketika akan dilakukan pemeriksaan Kesehatan secara keseluruhan. “Apakah nanti Mayleen akan ikut?” tanya Fang-Fang yang dalam beberapa hari ini tidak melihat Mayleen datang ke kamarnya. “Iya, dia
“Wah dia tidak benar-benar mengejarku!” pikir aneh Mayleen yang sangat mengenal temperament suaminya itu. Seharusnya pada saat ini, pria itu sudah menariknya untuk pulang. Di rumah sakit, Li Jancent masih menunggu hasil pemeriksaan Kesehatan Fang Fang. Setelah menunggu sampai sore, akhinya Alan salah satu kolega lamanya masuk ke ruangan VIP. Menjelaskan hasil tes pasien kawan lamanya itu. “Bagus, sangat bagus. Dia sudah siap untuk operasi. Semua berjalan dengan normal!” ujar Alan. Terlihat raut senang di wajah Fang Fang lalu dia pun melontarkan pertanyaan yang lugu, “Apakah nanti aku bisa berlari!” Li jancent pun mengeluarkan senyuman tertampannya dan berkata, “Tentu saja bisa, tapi aku tidak menyarankan jika kau mau jadi atlet lari, itu tidak boleh ya!” Fang Fang pun tertawa mendengar jawaban dari dokter pribadinya itu. Li jancent menoleh kepada Alan, “Aku membutuhkan bantuamu apakah bisa?” “Tentu saja!” jawab Alan sambil menepuk-tepuk bahu kawan baiknya itu. Pada saat ini, W
“Ambulan! Panggil ambulan!” teriak Fang Fang sembari mendekat kepada Mayleen.“Kau kenapa!” imbuh panik Fang Fang sembari memeluk Mayleen.Pada saat ini, di Kediaman Fang. Ketika Li jancent mendengar keadaan Mayleen dia pun langsung berlari dengan kencang, hati dan otaknya sepertinya baru saja pergi meninggalkan tubuhnya. Rasa ketakutan yang sama, takut kehilangan seperti dulu kala terasa kembali masuk ke dalam hati.Dia bahkan tidak memperdulikan kemungkinan dia bertemu dengan William. Yang ada di hati dan di kepalanya hanyalah tentang Mayleen. Suara Sepatu Li jancent ketika berlari di koridor begitu terdengar jelas. Dia berlari dengan cepat sampai-sampai tidak memperhatikan keadaan sekitarnya.“Bugh!” Li Jancent baru saja menabrak seseorang.Dia dan pria yang ditabrak itu pun sama sama jatuh ke lantai. Dengan cepat Li Jancent bangun dan mengulurkan tangannya kepada pria yang baru saja dia tabrak. “Tuan, maafkan aku!”Gerakan tangannya langsung terhenti ketika dia melihat pria yang b
“Tentu saja kau dengan Dokter jeniusmu!” imbuh Kakek Fang.Fang Fang memperhatikan ekspresi wajah Li jancent lalu bertanya, “Apakah itu betul?”Kakek Fang berdehem, Li Jancent pun segera menganggukan kepalanya. Fang Fang bertanya lagi, “Apa Kakek memaksamu untuk menikah denganku?”Li jancent melihat kepada Kakek Fang yang sedang menatapnya dengan tatapan tegas sampai membuatnya berdehem dan terbatuk sedikit. “Tidak ada yang memaksa dan tidak ada yang dipaksa!”Terlihat jejak samar senyuman di wajah Fang Fang. “Nah sudah dengar sendiri bukan? Sekarang ayo ikut kakek untuk pulang!” ajak Kakek Fang kepada cucunya itu.Setelah kakek dan cucu itu pergi, Li jancent pun menarik kursi dan mendekat ke sisi ranjang Mayleen. Dia pun merebahkan kepalanya di dekat adiknya itu dan menarik tangan Mayleen lalu meletakan di kepalanya seraya berkata, “Aku akan menikah!”Di lobi Rumah sakit, Reina dengan manis langsung menggandeng tangan William. “Kontraknya berhasil ditanda tangani, apa kau tidak ingin
“Wah mulut anak ini manis sekali!” pikir William seraya mengusap puncak kepala Oliver lalu berkata lagi, “Aku kasih tahu ya, kau tidak boleh sembarang meminta pria yang kau temui untuk menjadi Papa-mu.Bukankah nanti itu bisa membuat Papa dan Mama-mu marah jika mereka mendengar apa yang kau pinta tadi!”“Tidak akan, Karena sudah tidak ada Papa!” jawab Oliver dengan nada sedikit tercekat.William menelan Salivanya, entah mengapa tenggorongkannya terasa ikut tercekat. Hatinya tersentuh ketika Oliver berkata seperti itu. Pada saat ini ponsel William berdering, nama Reina tertera di ponselnya.William berdiri dan berkata kepada Robert, “Urus barang-barang kita dulu!” lalu dia membalikan badannya untuk menerima panggilan ponsel dari Reina.Pada saat ini, Xu’er melihat Oliver. Dia pun segera berlari ke arah bocah itu, sementara William masih sibuk dengan sambungan di ponselnya. Dengan cepat Xu’er langsung menggendong Oliver sambil bergumam, “Apa kau mau membuat Mama dan Ibu baptis mu ini t
“Tidak ada!” imbuh Xu’er sembari menerabas masuk ke dalam toilet pria.Seorang wanita cantik tiba-tiba masuk ke dalam, sontak saja para pria yang ada di dalam sana langsung tersentak. “Hei! Apa kau tidak salah masuk?” ujar dari salah satu pria yang ada di dalam.“Benaran tidak ada di sini!” imbuh Xu’er bertambah cemas.Mayleen baru saja masuk ke toilet pria. Tapi, langsung saja ditarik keluar oleh Xu’er. “Oliver tidak ada di dalam!”“Tidak di dalam, lalu pergi ke mana?” tanya Mayleen dengan tercekat.“Oh ya ampun anak itu, benar-benar ingin melepaskan jantungku dari tempatnya!” imbuh Mayleen mulai menangis.“Tenang, kita tidak boleh panik!” imbuh Xu’er sambil memikirkan sebuah cara, lalu berkata lagi. “CCTV…CCTV!”Mereka pun langsung pergi ke bagian keamanan. Melihat Mayleen yang menangis sampai hidung dan matanya memerah. Kepala keamanan hotel pun pada akhinya memperbolehkan mereka untuk melihat rekaman CCTV. “Seorang anak kecil baru saja dilarikan ke Rumah sakit. Tapi, aku tidak ya