Suara Kicauan burung...
Embun pagi membasahi setiap Helai dedaunan yang ada di pepohonan ini.
Rumput yang sedari malam di guyur hujan masih tampak lembab dan basah.
Udara dingin khas pegunungan terasa menusuk di kulit tubuh Raline. Ia terus mendekap suaminya yang sedang memeluk nya dengan erat.
Sejak kemarin sore hingga pagi ini, Mereka hanya berada di dalam tenda berwarna merah ini. Bermain kartu bersama suami atau sesekali bersikap manja hal itulah yang Raline lakukan hingga membuat tubuhnya kelelahan hingga enggan untuk bangun.
"Hmmmm..."Raline Menggeliat di dalam pelukan Tristan.
Mata Tristan terbuka,ia melihat Tingkah Istrinya yang seperti tidak ingin berpisah darinya walau sedetik pun.
Dilihatnya Jam tangan di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 6 Pagi. Tristan ingat ada Danau didekat sini, ia ingin mengajak Raline untuk kesana dan melihat pemandangan yang luar biasa indah.
"Sayang.."Gumam Tristan sembari
Cahaya lampu menyilaukan pandangan Raline. Baru saja matanya terbuka setelah hampir lima menit pingsan.Suara Tristan tampak panik berbicara dengan seseorang orang di ponselnya. Sedangkan om Reinald bersama dengan Tristan mendengarkan pembicaraan penting tersebut.Tristan bergegas mendekati Raline yang baru saja bangun. Di genggam nya tangan istrinya ini. Lalu ia kecup keningnya."Tristan ayo kita kembali ke Jakarta" Gumam Raline yang sudah duduk.Tristan menatap wajah Pucat istrinya,ia sebenarnya tidak ingin mengajak Raline pulang dalam keadaan seperti ini. Tetapi, kondisi mertua laki-lakinya sekarang sedang kritis. Mereka harus segera tiba di Jakarta secepatnya."Baiklah, ayo hati-hati"Ucap Tristan sembari Memapah Raline yang masih dalam keadaan lemas.Ok Reinald bergegas membantu Tristan. Ia akan ikut ke Jakarta bersama dengan sopirnya yang sudah berada di luar. Sedangkan Tristan akan menyetir sendiri ke Jakarta bersama dengan Ralin
"Bukannya Operasi Ayah sukses di Amerika" Raut wajah Raline tampak sangat serius.Dokter Victor memberikan beberapa dokumen laporan medis yang sebelumya sudah ia perlihatkan kepada Ibu tiri Raline Yaitu kanaya.Raline membaca dengan seksama setiap informasi yang ada pada laporan medis ini."Lalu apa penyebab kambuhnya penyakit Jantung ayah?" Tanya Tristan sembari meletakkan Laporan medis yang juga sudah ia baca."Seperti hasil pada CT Scan dan laporan Medis yang sudah kalian baca,Pada pembulu darah di jantung Bapak Darmawan kembali mengalami penyempitan. Itu sudah terjadi selama beberapa bulan kebelakang" Ucap Dokter Victor.Raline terdiam..Sebelumnya Dokter tidak pernah menyebutkan bahwa Jantung Ayahnya kembali mengalami masalah."Tapi Ayah tidak pernah memberitahukan hal ini" Gumam Raline yang terlihat terkejut.Lelaki yang sedang mengenakan Jubah putih ini memperbaiki posisi duduknya,ia memberikan surat yang diberikan oleh
Cekrekk.. Pintu kamar terbuka.. Raline langsung merebahkan dirinya di kasur. Tristan masih berada di lantai bawah, suaminya itu sedang berbincang dengan kuasa hukum keluarga dan juga Pak Anton. Belum sempat berganti pakaian, Raline sudah memejamkan matanya dan tertidur Selang beberapa menit kemudian.. Tristan masuk ke dalam kamar,ia langsung menghampiri istrinya yang sudah tertidur. Tangan nya mengelus pipi chubby istrinya ini. Lalu ia kecup kening Raline. Ia beranjak untuk mengambil Gaun tidur Raline di lemari. Krakk.. Pintu lemari terbuka.. Diambilnya gaun tidur berwarna putih, lalu ia letakkan diatas kasur. Tristan Kemudian mendekati Raline, seperti yang sudah-sudah ia sering menggantikan Pakaian istrinya jika Raline sudah jatuh tertidur. Dengan pelan Tristan menarik Resleting yang berada di punggung Raline. Sreettt.. Dengan hati-hati ia tarik resleting ini. Set
Raline menatap Tristan yang tampak bersikap aneh."Kenapa tiba-tiba sekali?"Tanya Raline bingung.Tristan mengambil baju ganti untuk Raline. Ia buka Gaun tidur Raline lalu ia Pakaikan Gaun panjang berwarna merah muda berlengan panjang untuk istrinya."Aku hanya ingin berdua saja dengan istri tercinta ku" Gumam Tristan Setelah berhasil memakaikan gaun ini.Raline tampak menahan senyumnya..Senyum yang sudah beberapa hari ini hilang karena kesedihan nya."ini belum ditarik" Gumam Raline memperlihatkan Resleting Gaun yang berada di belakang."Kamu mau punggung ku di lihat lelaki lain"Goda Raline."Siapa yang berani, aku hajar mereka" Celetuk Tristan sembari menarik Resleting Gaun ini.Raline terkekeh mendengar reaksi dari suaminya..Tristan kemudian mengambil Dompet, Ponsel dan juga beberapa dokumen serta tidak lupa surat dari dokter Victor yang belum sempat Mereka baca."Ayo.."Ucap Tristan sembari merai
Air mata Raline terus berlinang Setelah membaca surat yang begitu menyentuh dari Almarhum Ayah.Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur membelakangi Tristan yang tadinya baru saja masuk ke dalam kamar. Ia tidak ingin Tristan melihat tangisannya lagi.Tristan menatap punggung Raline yang sejak beberapa menit lalu membelakanginya nya.Ia tidak ingin mengganggu istrinya ini, ia biar kan saja Raline melampiaskan kesedihannya. dengan masih terus Tristan Awasi dari belakang.*Matahari sudah terbenam..Langit tampak Gelap diluar sana..Tristan beranjak menarik gorden di kamar yang masih terbuka.Ia tarik dengan pelan agar tidak mengganggu tidur istrinya yang baru saja terlelap beberapa menit Lalu.Ia lalu melangkahkan kaki keluar kamar. Tristan beranjak ke dapur untuk membuatkan makan malam, karena sejak tadi ia belum makan apa-apa karena sibuk mengurusi Istri nya.Suara air mendidih terdengar..Tristan sedang
Ruang rapat lantai 10..Raline bersama dengan Anita, sekretaris nya. .Mereka sedang mengadakan pertemuan dengan salah satu pemilik pusat perbelanjaan terbesar di Eropa.Perusahaan DM Company And Coorporation akan bekerja sama dengan perusahaan ini untuk memasarkan produk elektronik mereka di beberapa outlet yang ada di seluruh Eropa.Karena selama ini produk elektronik Perusahaannya hanya di pasar kan di beberapa pusat perbelanjaan yang sudah menjalin kerjasama dengan dengan perusahaan nya.Hal ini Demi mempromosikan produk elektronik mereka lebih luas lagi di pasaran Eropa, untuk itu Raline sebagai direktur utama membuat pertemuan dengan Pimpinan perusahaan ini saat mereka berada di Indonesia.Raline mendengarkan apa saja yang akan menjadi target promosi pusat perbelanjaan ini. Dengan Fokus Raline menatap Layar besar di Ruang rapat dan memperhatikan presentasi dari Direktur operasional perusahaan tersebut.Tiba-tiba saja Raline mera
Kanaya tersenyum menyapa anak tiri dan menantunya ini.Tristan menatap Kanaya dengan tatapan yang dingin,ia sudah tidak bersimpati lagi dengan sahabat kecilnya ini. Saat ia sudah mengetahui obsesi Kanaya terhadap dirinya masih sama seperti 5 tahun yang lalu."Raline bagaimana keadaanmu?" Tanyanya dengan senyum penuh kepalsuan.Kemudian Kanaya menunjukan Rantang berisi makanan yang baru saja ia bawa.Raline membalas sapaan Kanaya dengan senyum tipis. Ia tidak ingin perang dingin lagi dengan Ibu tirinya ini.Tetapi ia belum mengetahui maksud dibalik sikap ramah Kanaya kepadanya.Tristan mengambil Rantang yang ada di tangan kanaya,lalu menyuruh mertua nya ini untuk segera pulang."Kau bisa pulang sekarang,Terimkasih perhatiannya" Ucap Tristan.Kanaya tersenyum,Lalu merangkul Tangan Raline dengan erat."Aku ingin menyuapi anak ku ini" Ucap Kanaya.Raline yang masih terlihat lemas, tidak banyak berbicara.Mereka
Setelah menerima pesan dari Kanaya, Tristan langsung menutup layar ponselnya dan memeluk Raline yang masih tertidur pulas dalam pelukannya. Tidak lama kemudian, Raline terbangun. Raline lalu beranjak dari ranjang,lalu menuju ke kamar mandi. Tristan ikut masuk ke dalam kamar mandi,ia usap-usap punggung istrinya ini. Raline terus muntah di wastafel,hingga tubuhnya tergolek lemas dipelukan Tristan. "Hari ini kita tidak ke kantor"Ucap Tristan. "Tapi..."Jawab Raline, belum sempat menjawab ucapan Tristan. ia kembali muntah. Raline kembali memeluk Tristan. "Tristan, aku ingin Tidur"Gumamnya. Tristan lalu menggendong Raline. ia berjalan menuju Ranjang besar mereka lalu ia rebahkan tubuh Raline di kasur. "Tristan usap perut ku,agar anak kita jangan nakal" Gumam Raline dengan suara lemah nya. Tristan memasukkan tangannya di gaun Raline,lalu ia usap-usap Perut Raline dengan lembut. "Nak,jangan nakal. Kasiha