Home / Rumah Tangga / Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia) / 6. Jawaban Menggembirakan Untuk Tuan Adhyatsa

Share

6. Jawaban Menggembirakan Untuk Tuan Adhyatsa

last update Last Updated: 2023-11-24 07:33:27

Mereka berdua akhirnya hanya mengemas beberapa baju Mayang dan segera menyusul pemilik indekos ini menuju ke rumah sakit. Tadi belum sempat membawa apa pun. Hanya baju yang melekat di tubuh Mayang. Entah, baju sejak kapan yang dipakai gadis cantik itu.

 

 

Dokter yang memeriksa Mayang menyebutkan jika gadis itu demam tinggi juga dehidrasi. Penyakit asam lambungnya juga kambuh. Mayang memang mempunyai penyakit asam lambung sejak SMA dulu. Pola makan tidak teratur membuatnya terkena penyakit asam lambung. Dokter segera memberikan perawatan yang tepat untuk Mayang.

 

Tiga hari Mayang tergolek lemas. Tubuhnya seolah menolak semua perawatan. Akan tetapi, dokter berusaha memberikan perawatan yang terbaik dan membuat gadis itu membuka matanya kembali. Semua teman sangat bahagia, tetapi satu hal yang terjadi, tatapan Mayang sangat kosong. Sama sekali tidak merespons apa pun yang dikatakan oleh orang yang ada di sekitarnya. 

 

Sementara itu, dalam satu Minggu ini, Revan seperti orang yang tidak mempunyai semangat hidup. Ia hanya seorang robot yang melakukan rutinitas seperti biasanya. Murni sangat menyadari keadaan aneh yang dialami oleh putra semata wayangnya. Revan lebih banyak diam dan menyendiri saat ini.

 

"Anakmu sudah memutuskan hubungan dengan anak pembantu itu?!" bentak Adhyatsa saat Murni sedang menyiapkan makan malam mereka semua.

 

"Sa-saya belum bertanya pada Revan. Dia selalu menghindar ketika pulang dari kantor." Murni menunduk saat mengatakannya pada ayah mertuanya.

 

"Aku ga mau dengar kabar buruk. Keluarga Tuan Haris Manggala akan datang berkunjung dengan putri mereka minggu ini. Revan sudah harus memastikan mengakhiri hubungan dengan anak pembantu itu." Adhyatsa mengatakannya dengan nada dingin. "Sekali pun anak pembantu itu sudah sarjana tidak akan mengubah statusnya karena dia berasal dari kalangan sepertimu. Seharusnya sejak awal kamu memberikan nasihat agar anakmu itu menjauhi gadis tidak jelas itu," lanjut Tuan Adhyatsa dengan nada tegas dan tidak ingin dibantah.

 

Murni sudah terbiasa mendengar hinaan dari keluarga mendiang suaminya. Ingin rasanya pergi meninggalkan rumah ini. Hanya saja Revan tidak setuju karena harus bertanggungjawab dengan perusahaan milik keluarganya. Dilema dan hanya kesedihan yang dialami oleh Murni setiap harinya.

 

"Ada apa, Bunda? Kenapa Bunda menangis?" tanya Revan menatap tajam ke arah sang kakek yang saat ini sudah duduk di kursi utama.

 

"Tidak apa-apa, Nak. Bunda hanya ingat mendiang Ayahmu. Lihat, Bunda masak makanan kesukaan Ayahmu," kata Murni memberikan alasan sambil menunjuk ke arah makanan yang baru saja disajikan di meja makan ini.

 

Revan tidak percaya begitu saja. Pasti ada perkataan sang kakek yang melukai hati sang bunda. Wanita tegar itu tidak mungkin mendadak menangis jika hatinya tidak terluka oleh ucapan kakek tua menyebalkan itu. Rasanya ingin berteriak di depan wajah rentanya agar berhenti menyakiti hati sang bunda.

 

"Aku sudah memutuskan hubungan dengan Mayang. Saat ini saya tidak ada hubungan lagi dengan Mayang." Tampak sangat jelas jika Revan menahan segala kepedihan dalam hatinya.

 

Murni dan Adhyatsa mempunyai tanggapan yang berbeda. Sebagai seorang ibu, Murni paham apa yang dirasakan oleh Revan. Sementara, Adhyatsa sangat bahagia mendengar kabar itu. Sebab, jika perjodohan itu berhasil, maka Tuan Haris akan loyal dan mau menggabungkan sahamnya yang sangat besar itu. 

 

Perusahaan Adhyatsa akan selamat dari kebangkrutan yang selama ini mereka takutkan. Revan harus mengorbankan cintanya hanya demi keselamatan perusahaan dan banyak pekerja yang bergantung pada perusahaan milik kakeknya itu. Apakah itu setimpal? Tentu saja tidak.

 

"Mari kita makan, tolong panggil dua adik iparmu juga suami mereka agara makan bersama. Kita harus merayakan keberhasilan ini. Kamu luar biasa Revan. Bisa mengambil tindakan yang tepat. Kakek sangat salut padamu." Adhyatsa masih saja mengoceh dan membuat Revan sangat muak. 

 

Revan tidak lagi menggubris sang kakek yang malam ini tampak sangat bahagia. Bahkan malam ini rasanya terasa sunyi bagi Revan. Bayangan tangisan Mayang selalu menghantuinya. Ia sengaja tidak mencari tahu tentang Mayang, karena takut membuat gadis yang sangat dicintainya itu semakin menderita. 

 

"Makan yang banyak, Nak. Mau capcay gorengnya?" tanya Murni membuat Revan menoleh ke arah wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.

 

"Aku kenyang, Bunda. Aku permisi duluan," pamit Revan yang malam ini sama sekali tidak menyentuh makanannya itu. 

 

Tidak ada yang memedulikan kepergian Revan. Adhyatsa terlalu sibuk dengan kebahagiaannya. Kebahagiaan di atas penderitaan dua orang yang tidak berdosa sama sekali. Mereka hanya sebagai korban dalam bisnis ini.

 

"Rantai sial berjodoh dengan pembantu sudah terputus saat ini. Kita patut lega dan bahagia," kata Adhyatsa sengaja menyindir Murni.

 

Tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang menginginkan perpisahan. Terlebih perpisahan itu dengan cara yang sangat menyakitkan hati. Semua rencana hancur begitu saja saat Revan harus menyetujui perjodohan sialan itu. Perjodohan yang dipaksakan demi menyelamatkan ribuan karyawan yang mencari sesuap nasi dan bergantung pada perushaan Adhyatsa grup.

 

"Kamu tahu, Murni, seharusnya kamu merasa beruntung karena aku masih mau melihat wajahmu yang sangat memuakan. Jika bukan karena mendiang anakku dan sahamnya, aku sudah pasti menendangmu keluar dari rumah ini. Kamu seharusnya sadar diri akan keberadaanmu. Lihat dirimu, kumal, tidak berpendidikan, hanya tamat SMP pun entah tamat atau tidak." Adhyatsa memanfaatkan kesempatan emas ini untuk menyakiti hati Murni.

 

Seperti biasanya, Murni selalu menunduk dan menahan air matanya agar tidak tumpah. Terlalu sayang ketika menumpahkan air mata hanya karena ucapan ayah mertuanya. Masih banyak hal lain yang perlu dipikirkan jika dibandingkan memikirkan hal yang tidak penting ini. Kedua adik ipar murni--Linda dan Santi tampak acuh karena setelah malam ini mereka akan pindah ke rumah suami mereka dan tidak lagi berada di rumah ini.

 

Adhyatsa sengaja membelikan kedua putrinya rumah mewah agar mereka tidak tinggal di sini. Rencananya, ketika Revan sudah setuju menikah dengan Tuan Haris Manggala, gadis itu akan diminta tinggal di rumah ini. Adhyatsa yang akan mengontrol semuanya. Ia takut jika suatu saat Revan akan mendepaknya ketika mengetahui kecurangan yang dilakukan olehnya. 

 

"Kamu juga harus selalu membujuk Revan agar segera mempunyai anak dari putri Tuan Haris Manggala. Dengan begitu, ikatan bisnis perusahaan akan kuat. Ah ... saya lupa, kamu hanya lulusan SMP, pasti tidak akan paham dengan obrolan tentang bisnis." Adhyatsa masih saja berusaha menyakiti hati Murni.

 

Lelehan air mata itu ternyata gagal dibendung oleh Murni. Lancang sekali air matanya mengaliri pipi putihnya. Murni dengan cepat menghapusnya dengan ujung hijab yang dipakainya. Adhyatsa tersenyum penuh dengan kemenangan melihat air mata wanita itu jatuh.

 

Malam ini, setelah selesai makan malam, Murni segera masuk ke kamar setelah mencuci bersih semua peralatan kotor. Ia tidak mau menunda pekerjaan. Rumah sebesar ini sama sekali tidak mempunyai pembantu. Murni-lah yang mengerjakan semuanya seperti seorang budak.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
knp kalian tetap bertahan dan gk angkat kaki saja punya keluarga t0c!x
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   Akhir Cerita

    Tidak butuh waktu lama, Angga segera menemui kedua orang tua Ara. Angga sama sekali tidak mau membuang waktu percuma. Ia benar-benar mencintai sosok Anggara Manggala. Angga tidak peduli dengan status janda yang melekat pada Ara.Keluarga besar Angga juga menerima siapa pun calon menantu mereka. Hal terpenting adalah, mereka bisa saling mencintai dan kelak hidup dengan bahagia. Calon mertua Angga adalah orang biasa. Mereka pernah dibantu oleh Haris Manggala secara finansial."Terima kasih Pak Haris menerima lamaran dari putra kami," kata Suminto yang merasa sangat bersyukur setelah lamaran mereka diterima baik oleh keluarga besar Haris Manggala. "Sama-sama. Saya tidak mungkin menolak lamaran Angga. Saya tahu bagaimana karakter Angga. Angga sosok pekerja keras dan satu, dia setia." Haris memuji sosok calon menantunya. "Ara pernah gagal dalam rumah tangga. Semoga Angga adalah jodoh terbaik untuk anak saya," kata Haris penuh harapan."Saya juga berharap seperti itu. Nak Ara orang yang ba

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   107. Jawaban

    Revan menatap tajam Mayang. Ia menduga jika ibunya Kala mengatakan hal buruk pada Ara. Mayang tidak bisa ditebak isi pikiran dan hatinya. Revan merasa telah menikahi orang yang berbeda."Aku permisi," kata Ara tidak mau ikut campur masalah rumah tangga mereka.Ara melirik sekilas ke arah anak laki-laki kecil itu. Hatinya sangat sedih karena anak Revan berkebutuhan khusus. Anak itu tidak terawat dengan baik karena faktor ekonomi. Akan tetapi, Ara tidak bisa berbuat banyak untuk mereka."Ra, maukah kamu menikah kembali dengan Mas Revan?" Pertanyaan Mayang sukses membuat langkah Ara terhenti seketika. "Aku akan mundur dan tidak lagi mengganggu kalian nantinya. Aku sadar, aku banyak salah dan sudah sangat jahat padamu," lanjut Mayang yang saat ini meneteskan air mata.Tubuh Ara mendadak kaku dan tidak mau menoleh lagi. Ia merasa sakit ketika mendengar permintaan Mayang. Rasa cinta yang dipendam untuk Revan mendadak hilang begitu saja. Entahlah, hanya Ara dan Tuhan saja yang tahu."Ra, aku

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   106. Reuni

    Penundaan jadwal reuni kampus Ara membuat Revan frustasi. Ia harus semakin lama menunggu bertemu dengan mantan istri pertamanya itu. Padahal, Revan sudah mempersiapkan semua hal dengan baik. Kini terpaksa harus menyimpan semua itu.Sementara itu, Ara memutuskan untuk membuka hati untuk Angga. Ia menyadari satu hal, tidak semua laki-laki sama di dunia ini. Angga tampak sangat baik dan sopan. Sosok Dokter itu juga sangat menghormati wanita."Sudah lama di sini?" tanya Ara saat baru saja keluar dari dapur dan melihat Angga duduk seorang diri di ruang tamu.Angga terjengit kaget karena sedang sibuk melamun saat ini. Ia pun segera beranjak dari duduknya. Ara tersenyum melihat tingkah Angga. Ia menatap ke arah Dokter muda itu."Maaf, aku nggak bermaksud mengejutkan," kata Ara dengan tulus."Oh, tidak. Aku hanya ...." Angga tidak melanjutkan ucapannya."Ada apa? Ada yang ingin dibicarakan dengan Bu Salamah?" tanya Ara sambil menatap Angga yang tampak cemas.Biasanya Angga akan berbicara deng

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   105. Pernikahan Hardi

    Sejak kejadian itu, Angga dan Ara dekat. Hanya saja, Ara membatasi kedekatan itu dan hanya sebagai teman. Angga hingga saat ini tidak tahu siapa Ara. Andai ia tahu, maka akan sangat terkejut. Angga mengenal siapa sosok Haris Manggala.Ara sama sekali tidak pernah menyebutkan siapa kedua orang tuanya. Hanya sesekali saja ia menemui kedua orang tuanya. Padahal, sudah hampir tiga tahun bercerai dengan Revan. Ara masih ingin mengobati hatinya."Aku boleh datang ke rumah orang tua kamu?" tanya Angga saat berada di panti asuhan ini."Untuk apa?" tanya Ara sambil tersenyum ramah seperti biasa.Bukan tidak paham arah pembicaraan Angga, hanya saja, Ara tidak mau gegabah dalam banyak hal. Ia masih menutup hati untuk banyak orang. Entah akan sampai kapan, tidak ada yang tahu. Ara juga menolak mentah-mentah cinta Angga dan hanya ingin menjalin hubungan pertemanan saja."Aku ingin melamar kamu pada kedua orang tuamu. Kamu tidak mau pacaran bukan?" tanya Angga sambil menatap intens ke arah mata Ara

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   104. Terpaksa Menjual Aset

    Revan akhirnya menjelaskan pada Mayang jika mengalami kelumpuhan akibat terjatuh tadi pagi. Tentu saja, Mayang sangat syok. Ia tidak bisa menerima keadaan dirinya saat ini. Menyakitkan karma yang harus diterimanya. Revan terpaksa membawa Mayang pulang karena biaya rumah sakit pasti akan membengkak jika Mayang lama dirawat."May, rumah itu mending dijual aja. Toh, itu semua aku yang beli." Revan memaksa Mayang untuk menjual rumah yang telah diubah menjadi kafe."Mas, itu satu-satunya aset kita, kalo kita jual, kita nggak akan punya apa-apa lagi," kata Mayang menolak menjual rumah pemberian Revan."Ck! Kamu tahu nggak? Kebutuhan semakin banyak dan aku banyak nganggur! Jual aja," kata Revan yang tidak sabar dengan sang istri.Mayang mengembuskan napas kasar saat ini. Ia hanya bisa duduk di kursi roda saja sekarang. Darsih tidak pernah datang lagi sejak kejadian beberapa waktu yang lalu. Mayang kali ini merasa sangat membutuhkan sosok sang ibu."Mas, kalo dijual dan kita nggak punya usaha

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   103. Karma

    Masa lalu menyakitkan tidak akan membuat seseorang dengan mudahnya memaafkan. Rahman--saksi kunci yang dulu hampir dibunuh oleh Murni ternyata berhasil selamat. Kedatangan sosok laki-laki yang usianya hampir sama dengan Murni itu sontak mengejutkan banyak orang, terutama Murni dan Adhyatsa. Revan jelas tidak mengenal sosok yang kini berdiri dengan angkuh di depan mereka semua."Ka-kamu masih hidup?" tanya Murni yang saat ini wajahnya tampak sangat pias."Ya! Setelah kamu berusaha meleyapkan nyawaku, kini aku masih berada di sini. Tuhan masih berbaik hati denganku. Murni, bersiaplah menerima hukuman." Rahman mengatakan dengan nada dingin saat ini.Semua terdiam, suasana pun mendadak hening. Rahman dengan amarah dan dendamnya pada Murni. Akan tetapi, tak lama polisi datang untuk menangkap Murni. Revan tidak bisa berbuat banyak saat ini.Semua sudah jelas, Revan bukan anak kandung Panji Adhyatsa. Ia merasa sangat sakit saat ini. Revan salah satu korban dari keserakahan Murni. Tidak ada

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   102. Kejujuran yang Menyakitkan

    Ara mengembuskan napas perlahan. Wajah Revan kali ini penuh permohonan agar Ara mau berbicara. Haris yang menatap tajam tidak membuat Revan takut. Ada hal yang harus mereka bicarakan."Pa, Ma, aku akan bicara sebentar pada Mas Revan. Papa dan Mama bisa tinggalkan kami berdua?" tanya Ara kepada kedua orang tuanya.Inama mengangguk sebagai jawaban dan segera mengamit lengan sang suami. Ia memberikan waktu kepada sang putri untuk berbicara pada mantan menantu mereka. Anak muda itu, mereka membuat rumah tangga yang awalnya adem ayem sekarang justru sangat rumit. Haris kadang tidak habis pikir dengan cara sang putri."Kita bicara di sana saja," kata Ara sambil menunjuk satu pohon besar dengan kursi taman di bawahnya.Revan mengikuti Ara dari belakang. Ia masih beruntung karena mantan istrinya masih memberikan kesempatan untuk berbicara. Meski Revan sadar, Ara tidak akan mau kembali rujuk. Setidaknya itu yang tampak pada wajah Ara saat ini."Mas, apa yang mau kamu bicarakan sekarang?" tanya

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   101. Putusan Sidang

    Gita berdiri tepat di depan Revan dan Murni. Ia tampak membenci kedua orang itu. Murni hanya bisa menunduk saat ini. Gita bukan gadis sembarangan.Gita adalah adik kandung Naga Cakra Wibowo, pemilik perusahaan Cakra Buana. Gita tidak akan membuang kesempatan emas untuk membalas Murni saat ini. Beberapa waktu yang lalu, ia menemui Adhyatsa di rumah sakit dan berbicara tentang masa lalu. Tentu hal ini akan sangat mengejutkan untuk semua orang."Aku akan katakan satu hal padamu, Revan Adhyatsa. Kamu tidak pantas menyandang nama belakang Adhyatsa karena kamu bukan anak kandung Panji Adhyatsa. Wanita ini menjebak ayahku, Panji Adhyatsa agar bisa menikahi dengan dalih hamil. Bukankah itu luar biasa?" Gita tersenyum miring setelah mengatakan hal itu. "Mamaku, ada di rumah sakit jiwa juga karena ulahnya," lanjut Gita dengan wajah mengerikan.Revan mundur beberapa langkah karena terkejut mendengar ucapan Gita. Ada apa dengan hidupnya saat ini? Revan seperti orang linglung. Berbeda dengan Murni

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   100. Tersangka Baru

    Wajah Mayang saat ini langsung seputih kapas. Ia takut karena Revan mempunyai bukti tentang kejahatannya. Mayang yang meletakkan obat itu di laci meja rias Ara. Pantas saja, mereka semua langsung menemukan obat itu tanpa mengobrak-abrik kamar Ara."Bagaimana?" tanya Revan dengan nada dingin dan syarat amarah yang luar biasa."A-aku bisa jelaskan, Mas. Semua ini karena ...." Mayang tidak bisa melanjutkan ucapannya.Revan langsung beranjak dari duduknya dengan kasar. Ia meletakkan laptop di atas meja. Masih dengan tatapan penuh kebencian, ia kembali mendekati Mayang. Revan tidak habis pikir dengan cara kotor istri keduanya. Entah apa yang direncanakan oleh wanita yang baru saja melahirkan itu."Kenapa? Kamu harus ingat, kita bisa menikah karena kebesaran hati Ara. Jika bukan karena dia, kita tidak bisa menikah!" Suara Revan menggelegar memenuhi kamar mereka berdua. "Apa isi otak kamu itu? Tega-teganya kamu berbuat seperti ini?!" bentak Revan sambil melempar gelas bekas minum Mayang."Ma

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status