Share

5. Kita Berpisah, May!

last update Last Updated: 2023-10-23 15:24:44

Sepertinya detik-detik waktu berjalan dengan cepat dan akhirnya di sinilah mereka berdua. Sebuah kafe dengan gaya tradisional khas sunda. Sepi, tetapi suasananya sangat nyaman. Seperti sedang berada di sebuah pedesaan. Dan, Revan merasa cocok dengan tempat ini; membatalkan rencana makan bakso. 

 

"May, sertifikat dan kunci rumah sudah kamu simpan?" tanya Revan sambil menunggu pesanan makanan mereka berdua. 

 

"Sudah. Makasih, Mas, sudah percaya dengan May." Mayang mengulas senyum hangat penuh cinta pada kekasihnya.

 

Pesanan makanan mereka datang. Revan makan dalam diam. Sesekali ia melirik ke arah Mayang yang makan dengan lahap. Revan tahu, Mayang sangat jarang bisa merasakan makanan selezat ini karena keterbatasan uang saku yang dimilikinya. 

 

"Mas, aku ke kamar kecil dulu, ya. Sebentar aja kok." Mayang berdiri dan segera menuju ke arah kamar kecil yang ada di kafe ini.

 

Revan hanya mengangguk sebagai jawaban. Rasanya tidak kuat untuk memutuskan hubungan secara sepihak dengan Mayang. Gadis itu sangat baik dan pengertian. Tidak pernah menuntut apa pun saat mereka bersama. 

 

"May ... ada yang ingin Mas sampaikan." Revan mengatakannya dengan nada sendu dan memang sangat berat saat Mayang baru saja sampai dari kamar kecil. 

 

"Kita makan dulu, aja, Mas. Biar enak ngobrolnya." Mayang sengaja menyela ucapan Revan dan diangguki oleh sang kekasih. 

 

Mereka selesai makan dan saat ini Mayang sedang meluruskan kakinya. Seperti biasanya, Mayang akan nyaman bersandar pada lengan kekasihnya itu. Lengan kokoh yang selalu membuatnya jatuh cinta setiap saat. Lengan yang selalu memberikan rasa nyaman untuknya.

 

"Maaf, May ... Mas harus menikahi gadis lain yang sudah dijodohkan oleh Kakek." Pelan, tetapi pasti Mayang bangkit dari sandarannya itu dan menatap tajam ke arah Revan setelah laki-laki itu mengatakannya. 

 

"Jangan bercanda," kata Mayang menanggapi sikap Revan yang sejak tadi tampak aneh di mata Mayang.

 

"Aku sangat serius. Tanggal pernikahan kami sudah ditentukan. Aku tidak bisa menolak permintaan keluarga. Maaf, aku tahu ini sangat menyakitkan. Aku pun juga sakit dengan kenyataan ini. Carilah laki-laki baik yang bisa mencintaimu dengan tulus," kata Revan dengan mata sebak menahan sedih.

 

Mayang menatap nyalang laki-laki yang ada di sampingnya. Semudah itu memutuskan hubungan ini? Akan tetapi, Mayang bisa apa? Dia tidak sederajat dengan Revan. 

 

Mayang sudah tahu, jika hubungan mereka berdua ditentang keras oleh kakek Revan--Tuan Besar Adhyatsa. Akan tetapi, cinta membuatnya yakin pada hubungan yang ditawarkan oleh Revan. Mereka menjalin hubungan diam-diam dibelakang keluarga besar Adhyatsa.

 

Sayangnya, Tuan Adhyatsa mengetahui hubungan itu dan marah besar. Beliau sangat menolak keras hubungan cucu laki-lakinya dengan anak pembantu. Tidak ingin kejadian Panji dan Murni kembali terulang. Mereka berdua beda kasta.

 

"Siapa calon istri kamu? Apa aku mengenalnya?" tanya Mayang dengan air mata sudah berderai.

 

"Kamu tidak mengenalnya sama sekali, May. Aku harus menikah dengannya karena ...." Revan harus memilih kata-kata yang tepat agar Mayang percaya jika dirinya memang ingin berpisah bukan hanya karena perjodohan.

 

"Karena apa?" tanya Mayang sambil mengusap air mata yang dengan lancang terus mengalir.

 

Mayang sangat hancur, rencana mereka berdua harus berhenti saat ini. Cintanya juga akan hilang. Ah ... bukan cinta Mayang, tetapi Revan. Meski Revan mengatakan dijodohkan, tetapi tidak menutup kemungkinan jika mereka berdua akan tumbuh cinta seiring berjalannya waktu.

 

"Karena aku juga jatuh cinta pada calon istriku saat pertama kali kami bertemu beberapa waktu yang lalu." Revan sengaja berbohong pada Mayang karena hanya itu satu-satunya cara agar Mayang membencinya. "Jadi rumah ini buat kamu, aku membelinya karena kamu menyukainya, May," lanjut Revan dengan menahan segala sesak di dadanya.

 

Mayang ingin menolak pemberian Revan. Rumah itu dibeli dengan harga yang sangat mahal. Hasil tabungan Revan. Laki-laki itu mencicilnya setiap bulan dan baru lunas dua bulan yang lalu.

 

"Terimalah, May. Hanya itu yang bisa aku berikan sebagai permintaan maaf dari aku. Lupakan aku, carilah laki-laki yang sangat mencintaimu. Kamu cantik, pasti akan banyak laki-laki yang jatuh hati padamu. Aku pamit," pamit Revan segera beranjak meninggalkan kafe tempat mereka makan siang ini.

 

Revan segera membayar tagihan makanan mereka. Ia harus segera pergi dari kota ini. Tak sanggup rasanya terus bersama dengan Mayang. Ia memilih untuk segera kembali ke Jakarta dan memberikan laporan pada kakeknya.

 

Mayang membuka ponselnya yang tadi ditinggalnya saat ke kamar kecil. Ia sangat terkejut saat melihat galeri ponselnya yang kosong. Rupanya Revan menghapus semua foto mereka berdua. Mayang kembali membuka media sosialnya, nihil nama Revan tidak ada dalam pertemanan mereka. 

 

Mayang tidak bisa berbuat banyak saat ini. Revan benar-benar serius dan ingin berpisah dengannya. Gadis berkulit putih itu segera bangkit dan mengusap air matanya. Ia pulang ke tempat indekosnya dan membatalkan jadwal bimbingannya.

 

"May ... ga bimbingan?" tanya Yani teman satu tempat indekosnya saat Mayang baru saja sampai di tempat indekosnya.

 

"Hmm ... lagi ga mood untuk bimbingan hari ini." Mayang menjawab dengan dingin pertanyaan teman sebelah kamarnya itu.

 

Mayang segera masuk ke kamar dan menguncinya dari dalam. Hari ini ia benar-benar hancur karena diputuskan secara sepihak oleh Revan. Mayang mencoba membuka aplikasi pesan berwarna hijau berlogo gagang telepon. Ia mencari nomor milik Revan.

 

Hasil pencariannya menunjukkan kemungkinan Revan memblokir nomor Mayang. Nomor kekasihnya sudah tidak ada fotonya lagi. Mayang mencoba mengirimkan pesan. Sayang, hanya centang satu yang tertera.

 

Dua hari sejak kejadian itu, Mayang sama sekali tidak tidur dan tidak keluar dari kamarnya. Semua temannya sangat khawatir dengan keadaan Mayang saat ini. Hingga pemilik indekos membuka paksa pintu kamar Mayang. Benar saja, Mayang dalam keadaan demam tinggi dan depresi.

 

"Kita bawa Mayang ke rumah sakit. Demamnya luar biasa tinggi. Saya ga mau ambil risiko saat ini," kata pemilik indekos dengan tegas. 

 

Berbondong-bondong teman Mayang membantu memapah Mayang menuju ke mobil milik pemilik indekos ini. Mayang masih belum sadarkan diri. Tidak satu orang temannya tahu apa yang sebenarnya menimpa gadis berkulit putih itu. 

 

"Aku terakhir ketemu Mayang dua hari yang lalu. Dia masih baik-baik saja. Ga ada tanda-tanda sakit sama sekali. Biasanya juga kalo sakit pasti minta tolong ke aku buat belikan obat atau minyak kayu putih. Dua hari yang lalu kayaknya ada pacarnya itu, tapi pas pulang dia ga diantar sama pacarnya itu." Yani menceritakan tentang Mayang dua hari yang lalu.

 

"Nah ... coba hubungi pacarnya itu. Ambil ponsel Mayang dan telepon dia!" Siska memberikan perintah pada Yani.

 

Yani mencoba mencari ponsel milik Mayang. Bukan tidak sopan atau bagaimana, tetapi kali ini kondisi Mayang sangat memprihatinkan. Dua hari sama sekali tidak keluar. Yani tidak menemukan pesan ataupun nomor kontak milik kekasih Mayang--Revan Adhyatsa.

 

"Ini kok aneh, ya, ga ada nomor pacarnya itu. Revan, apa dihapus sama Mayang atau ganti nama?" Yani mencoba mencari beberapa kemungkinan.

 

"Kamu cek setiap pesan. Kalo pacaran biasanya akan ada kata-kata romantis." Siska memberikan ide pada Yani.

 

"Ga ada loh. Semua pesan dari teman-teman kampusnya yang menanyakan ketidakhadirannya bimbingan." Yani menunjukkan ponsel Mayang pada Siska.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
nyesek jd mayang diputuskan sepihak sampe stres
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   Akhir Cerita

    Tidak butuh waktu lama, Angga segera menemui kedua orang tua Ara. Angga sama sekali tidak mau membuang waktu percuma. Ia benar-benar mencintai sosok Anggara Manggala. Angga tidak peduli dengan status janda yang melekat pada Ara.Keluarga besar Angga juga menerima siapa pun calon menantu mereka. Hal terpenting adalah, mereka bisa saling mencintai dan kelak hidup dengan bahagia. Calon mertua Angga adalah orang biasa. Mereka pernah dibantu oleh Haris Manggala secara finansial."Terima kasih Pak Haris menerima lamaran dari putra kami," kata Suminto yang merasa sangat bersyukur setelah lamaran mereka diterima baik oleh keluarga besar Haris Manggala. "Sama-sama. Saya tidak mungkin menolak lamaran Angga. Saya tahu bagaimana karakter Angga. Angga sosok pekerja keras dan satu, dia setia." Haris memuji sosok calon menantunya. "Ara pernah gagal dalam rumah tangga. Semoga Angga adalah jodoh terbaik untuk anak saya," kata Haris penuh harapan."Saya juga berharap seperti itu. Nak Ara orang yang ba

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   107. Jawaban

    Revan menatap tajam Mayang. Ia menduga jika ibunya Kala mengatakan hal buruk pada Ara. Mayang tidak bisa ditebak isi pikiran dan hatinya. Revan merasa telah menikahi orang yang berbeda."Aku permisi," kata Ara tidak mau ikut campur masalah rumah tangga mereka.Ara melirik sekilas ke arah anak laki-laki kecil itu. Hatinya sangat sedih karena anak Revan berkebutuhan khusus. Anak itu tidak terawat dengan baik karena faktor ekonomi. Akan tetapi, Ara tidak bisa berbuat banyak untuk mereka."Ra, maukah kamu menikah kembali dengan Mas Revan?" Pertanyaan Mayang sukses membuat langkah Ara terhenti seketika. "Aku akan mundur dan tidak lagi mengganggu kalian nantinya. Aku sadar, aku banyak salah dan sudah sangat jahat padamu," lanjut Mayang yang saat ini meneteskan air mata.Tubuh Ara mendadak kaku dan tidak mau menoleh lagi. Ia merasa sakit ketika mendengar permintaan Mayang. Rasa cinta yang dipendam untuk Revan mendadak hilang begitu saja. Entahlah, hanya Ara dan Tuhan saja yang tahu."Ra, aku

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   106. Reuni

    Penundaan jadwal reuni kampus Ara membuat Revan frustasi. Ia harus semakin lama menunggu bertemu dengan mantan istri pertamanya itu. Padahal, Revan sudah mempersiapkan semua hal dengan baik. Kini terpaksa harus menyimpan semua itu.Sementara itu, Ara memutuskan untuk membuka hati untuk Angga. Ia menyadari satu hal, tidak semua laki-laki sama di dunia ini. Angga tampak sangat baik dan sopan. Sosok Dokter itu juga sangat menghormati wanita."Sudah lama di sini?" tanya Ara saat baru saja keluar dari dapur dan melihat Angga duduk seorang diri di ruang tamu.Angga terjengit kaget karena sedang sibuk melamun saat ini. Ia pun segera beranjak dari duduknya. Ara tersenyum melihat tingkah Angga. Ia menatap ke arah Dokter muda itu."Maaf, aku nggak bermaksud mengejutkan," kata Ara dengan tulus."Oh, tidak. Aku hanya ...." Angga tidak melanjutkan ucapannya."Ada apa? Ada yang ingin dibicarakan dengan Bu Salamah?" tanya Ara sambil menatap Angga yang tampak cemas.Biasanya Angga akan berbicara deng

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   105. Pernikahan Hardi

    Sejak kejadian itu, Angga dan Ara dekat. Hanya saja, Ara membatasi kedekatan itu dan hanya sebagai teman. Angga hingga saat ini tidak tahu siapa Ara. Andai ia tahu, maka akan sangat terkejut. Angga mengenal siapa sosok Haris Manggala.Ara sama sekali tidak pernah menyebutkan siapa kedua orang tuanya. Hanya sesekali saja ia menemui kedua orang tuanya. Padahal, sudah hampir tiga tahun bercerai dengan Revan. Ara masih ingin mengobati hatinya."Aku boleh datang ke rumah orang tua kamu?" tanya Angga saat berada di panti asuhan ini."Untuk apa?" tanya Ara sambil tersenyum ramah seperti biasa.Bukan tidak paham arah pembicaraan Angga, hanya saja, Ara tidak mau gegabah dalam banyak hal. Ia masih menutup hati untuk banyak orang. Entah akan sampai kapan, tidak ada yang tahu. Ara juga menolak mentah-mentah cinta Angga dan hanya ingin menjalin hubungan pertemanan saja."Aku ingin melamar kamu pada kedua orang tuamu. Kamu tidak mau pacaran bukan?" tanya Angga sambil menatap intens ke arah mata Ara

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   104. Terpaksa Menjual Aset

    Revan akhirnya menjelaskan pada Mayang jika mengalami kelumpuhan akibat terjatuh tadi pagi. Tentu saja, Mayang sangat syok. Ia tidak bisa menerima keadaan dirinya saat ini. Menyakitkan karma yang harus diterimanya. Revan terpaksa membawa Mayang pulang karena biaya rumah sakit pasti akan membengkak jika Mayang lama dirawat."May, rumah itu mending dijual aja. Toh, itu semua aku yang beli." Revan memaksa Mayang untuk menjual rumah yang telah diubah menjadi kafe."Mas, itu satu-satunya aset kita, kalo kita jual, kita nggak akan punya apa-apa lagi," kata Mayang menolak menjual rumah pemberian Revan."Ck! Kamu tahu nggak? Kebutuhan semakin banyak dan aku banyak nganggur! Jual aja," kata Revan yang tidak sabar dengan sang istri.Mayang mengembuskan napas kasar saat ini. Ia hanya bisa duduk di kursi roda saja sekarang. Darsih tidak pernah datang lagi sejak kejadian beberapa waktu yang lalu. Mayang kali ini merasa sangat membutuhkan sosok sang ibu."Mas, kalo dijual dan kita nggak punya usaha

  • Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia)   103. Karma

    Masa lalu menyakitkan tidak akan membuat seseorang dengan mudahnya memaafkan. Rahman--saksi kunci yang dulu hampir dibunuh oleh Murni ternyata berhasil selamat. Kedatangan sosok laki-laki yang usianya hampir sama dengan Murni itu sontak mengejutkan banyak orang, terutama Murni dan Adhyatsa. Revan jelas tidak mengenal sosok yang kini berdiri dengan angkuh di depan mereka semua."Ka-kamu masih hidup?" tanya Murni yang saat ini wajahnya tampak sangat pias."Ya! Setelah kamu berusaha meleyapkan nyawaku, kini aku masih berada di sini. Tuhan masih berbaik hati denganku. Murni, bersiaplah menerima hukuman." Rahman mengatakan dengan nada dingin saat ini.Semua terdiam, suasana pun mendadak hening. Rahman dengan amarah dan dendamnya pada Murni. Akan tetapi, tak lama polisi datang untuk menangkap Murni. Revan tidak bisa berbuat banyak saat ini.Semua sudah jelas, Revan bukan anak kandung Panji Adhyatsa. Ia merasa sangat sakit saat ini. Revan salah satu korban dari keserakahan Murni. Tidak ada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status