Share

BAB 3

Author: Mayasa
last update Last Updated: 2024-05-29 08:55:53

“Anya, kamu dipanggil pak Farhan.”

Lamunan Anya tentang pesan semalam buyar saat teman sekantornya, Dina, mengejutkan dengan informasi itu. 

“Pak Farhan?” Beo Anya, tak biasanya bos mereka memanggilnya ke ruangan secara pribadi.

Dina mengangguk dan pergi meninggalkan Anya yang masih dalam kebingungan.

“Bapak memanggil saya?” Ucap Anya begitu dia sampai di ruangan pak Farhan, ketua cabang perusahaan tempat Anya bekerja.

“Iya, Anya. Duduklah.” Pak Farhan tampak begitu ramah pada Anya saat ini, hal itu membuat jantung Anya semakin berdetak dengan cepat.

“Ada apa ya, pak?”

“Begini, perusahaan pusat mempromosikanmu menjadi manajer pemasaran karena kinerjamu cukup bagus.” Ucap pak Farhan yang membuat senyum Anya langsung merekah.

“Tapi kamu pindah tugas di jakarta.” Lanjut pak Farhan, dan seketika senyum Anya langsung menghilang.

Jakarta sangat jauh dari kalimantan, dan tak mungkin dia meninggalkan suaminya untuk bekerja.

“Pak, tapi saya sudah menikah.” 

Pak Farhan mengangguk mengerti, “Aku sangat tahu, tapi kalian belum mempunyai anakkan? Usiamu juga masih muda. Jika kinerjamu bagus disana, mungkin kamu akan dipromosikan lagi dan bisa kembali kesini.” Ucap pak Farhan meyakinkan Anya.

Tapi Anya hanya diam, “Pak, sepertinya saya butuh waktu.”

“Baiklah, tapi perusahaan tidak bisa menunggu lama.”

Setelah pak Farhan mengatakan hal tersebut, Anya bangkit dan pergi dari ruangan tersebut.

Entah dia menganggap ini sebagai berkah atau kesialan, jika saja mertuanya tak mendesaknya mungkin tanpa pikir panjang dia akan menerima tawaran itu. Dan menikmati pernikahan yang baru terjalin sebentar ini dengan bahagia.

Hingga notifikasi pesan masuk  membuat Anya mengalihkan pikirannya.

‘Beli kacang-kacangan nanti jika pulang kerja, ayah menyukai itu.’

Pesan itu dikirim oleh Dimas, membuat Anya mengingat jika ayah mertuanya akan datang nanti. Entah drama apa lagi yang harus dia hadapi.

Karena jujur saja dia bahkan belum pernah melihat ayah mertuanya langsung, bahkan disaat hari pernikahannya, ayah mertuanya tak hadir karena ada perjalanan bisnis yang katanya tidak bisa ditinggal.

“Apa dia sama dengan ibu mertua?” Gumamnya dengan lelah.

Terlebih mengingat pesan yang dia temui semalam, dia rasanya ingin gila sekarang.

Anya kemudian membereskan mejanya dan bersiap untuk pulang, dan saat dia sampai di rumah. Suasana rumah sudah cukup ramai.

Dia tahu jika ayah mertuanya adalah memiliki kekayaan yang cukup fantastis mengingat dia pemiliki kebun kelapa sawit terluas di negara ini, ditambah perusahaan yang beberapa tahun ini dia rintis berjalan cukup baik.

Tapi dia tak menyangka jika banyak pengawal yang berdiri di depan rumahnya untuk mengawal pria itu.

“Assalamualaikum.” Ucap Anya begitu dia masuk ke dalam rumah.

Seluruh atensi mengarah ke arah Anya saat ini, tatapan Anya sedikit terpaku pada sosok tinggi tegap yang tegah berdiri melihat ke arah foto pernikahannya.

Pria tampan yang hanya dia lihat di foto ternyata lebih gagah dari ekspektasinya, disana ayah mertuanya menatapnya dengan datar. David merupakan keturunan inggris-indonesia, namun wajah bulenya yang paling dominan di wajahnya yang tegas dan tampan.

“Waalaikumsalam.” Jawabnya dengan dingin.

Anya sedikit menelan ludahnya, aura ayah mertuanya begitu kuat yang membuat nyalinya semakin menciut.

“Kenapa masih berdiri disana? Ayo siapkan makan malam.” Suara ibu mertuanya yang garang membuat Anya tersadar dan segera masuk tanpa berani melihat ke arah ayah mertuanya  lagi.

Anya meletakkan belanjaannya di meja dapur. Mba Asih, pembantu panggilan yang hanya datang ketika ada acara tampak tersenyum pada Anya.

“Non Anya, sini biar saya yang memasukkannya ke toples.” Ucap mba Asih yang mengambil alih pekerjaan Anya.

Anya hanya mengangguk lalu rasa penasarannya membuatnya bertanya, “Mba Asih, kenal ayah sudah lama?”

Pertanyaan tersebut membuat mba Asih tersenyum, “Saya kurang tahu tentang bapak, non. Bapakkan dulu lama di inggris. Memang kenapa, non?”

Anya menggeleng dan membantu mba Asih menutup toples berisi berbagai jenis kacang di sana.

“Bapak tidak seperti ibu kok non, meskipun bapak terlihat dingin tapi dia tak banyak menuntut, jadi non Anya tenang saja jika takut bapak bertanya macam-macam.” Ucap mba Asih yang tahu kegelisahan Anya saat ini.

Anya tersenyum dan mengangguk, “Terima kasih, mba.”

Mereka berdua akhirnya menyiapkan toples berisi kacang tersebut ke meja ruang tamu, dimana David, ayah mertua Anya duduk.

Anya berusaha bersikap setenang mungkin dan meminimalisir kesalahan di depan mertuanya, dia tak ingin pertemuan pertama mereka meninggalkan kesan buruk.

Begitu selesai, Anya berniat kembali ke dapur. Tapi David menghentikan langkahnya.

“Duduk, kamu nyonya muda disini, bukan pembantu.” Ucap David dengan nada dingin.

Anya bahkan sampai menelan ludahnya dan mengangguk, “Baik, ayah.”

Hingga akhirnya Anya terjebak disana, hanya keheningan yang ada dan tatapan ayah mertuanya yang sedikit…. mengganggu ketenangan Anya saat ini.

“Bekerja dimana?” David akhirnya bersuara.

“Di perusahaan tekstil ayah, bagian pemasaran.” Jawab Anya, matanya masih belum berani menatap David secara langsung.

“Dimas yang membiarkanmu bekerja?” Tanya David dengan datar.

Sebelum Anya menjawab, tiba-tiba Regina yang baru dari dalam langsung menjawab.

“Tentu saja, mas. Sekarang jamannya wanita bekerja, agar dia tak menyusahkan putra kita.” Ucap Regina dengan tenang dan duduk di samping suaminya sambil menggandeng tangannya dengan mesra.

Anya yang melihat itu sedikit risih melihat ibu mertuanya yang terlihat begitu agresif meskipun berada di depannya. Tapi Anya bisa melihat ayah mertuanya juga tak nyaman dengan jarak istrinya itu.

“Dan kamu tahu mas? Anya bahkan belum hamil, itu membuatku malu dengan tetangga yang kemarin baru menikah tapi sudah langsung hamil.” Ucap Regina menambahi.

"Hamil bukan acara perlombaan." Bela David untuk Anya.

Tapi Regina masih tetap ingin menyudutkan Anya, "Tetap saja itu membuatku sangat malu."

Anya semakin tak nyaman duduk disana, terlebih api yang mulai di hidupkan mertuanya saat ini.

Untungnya Dimas pulang di waktu yang tepat sehingga percakapan itu berakhir sampai di sana, dan mereka memulai makan malam mereka.

Tapi ditengah-tengah makan malam yang tenang, tiba-tiba bunyi ponsel Dimas membuat mereka menatap ke arah pria itu.

“Maaf, aku angkat telepon terlebih dahulu.” Ucap Dimas segera setelah melihat siapa yang menelpon.

Anya terdiam disana, terlebih dia sempat melihat nama kontak yang tertera di ponsel suaminya itu.

Anya yan tak bisa menahan rasa penasarannya ikut pamit pergi dari ruang makan tersebut.

“Ayah, ibu, aku sudah selesai. Maaf tidak menunggu kalian selesai, karena ada pekerjaan yang harus aku kerjakan.” Alibinya yang kemudian pergi tanpa menunggu respon dari mereka.

Dia harus segera mengejar Dimas dan membuktikan kecurigaannya.

Tapi saat dia menghampirinya, dia hanya mendengar satu buah kalimat yang cukup membuatnya semakin penasaran.

“Iya, nanti aku transfer.” Ucap Dimas di seberang dengan nada sangat lembut.

Dan saat itu juga panggilan diputus oleh Dimas. Anya segera mendekati pria itu.

“Siapa mas?”

Dimas tampak terkejut dengan kehadiran Anya. Wajahnya terlihat pucat dan segera menyembunyikan ponselnya.

“Apa sih, kamu mengejutkanku. Sana minggir.” Marah Dimas yang langsung berlalu begitu saja, membuat Anya semakin curiga.

"Dia semakin berubah." Gumam Anya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Neng Nengsih
top dehh ...
goodnovel comment avatar
for you
perempuan klemar klemer
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Madu Untuk Mantan Mertua   -END-

    Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men

  • Madu Untuk Mantan Mertua   BAB 173

    Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya

  • Madu Untuk Mantan Mertua   BAB 172

    “Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise

  • Madu Untuk Mantan Mertua   BAB 171

    Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men

  • Madu Untuk Mantan Mertua   BAB 170

    “Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan

  • Madu Untuk Mantan Mertua   BAB 169

    “Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status