Enam bulan tanpa mendapatkan keturunan membuat Dimas tak sabar. Ia membawa seorang wanita lain untuk Anya. Anya, yang berpendirian kuat dan pantang dimadu, tidak bisa menerima ini. Perceraian pun terjadi, dan dendamnya masih membara. Ibu mertuanya yang mendesak putranya untuk berpoligami menambah luka di hati Anya. Namun, siapa sangka, di hari perceraian mereka, mantan ayah mertuanya justru menawarkan pernikahan. Akankah Anya jatuh ke pelukan pria matang yang sudah beristri, yang tak lain adalah suami dari mantan ibu mertuanya? ***Kunjungi media sosial instagram @Mayyshine untuk informasi seputar karya cerita****
Lihat lebih banyakAnya duduk di kursi ruang tamu yang nyaman, matanya menatap kosong ke arah televisi yang menyala tanpa suara. Enam bulan pernikahan yang seharusnya menjadi momen-momen bahagia, kini terasa seperti beban tersendiri yang membuat dadanya sesak. Ia menghela napas panjang, mencoba melepaskan beban yang menghantuinya.
Di sudut ruangan, , Dimas suaminya, tampak sibuk dengan ponselnya. Dulu, Dimas selalu menyempatkan waktu untuk mengobrol dan bercanda dengannya setiap malam. Tapi sekarang, perhatian Dimas lebih sering tertuju pada layar ponselnya daripada padanya. Anya merasakan ada sesuatu yang berubah, namun ia berusaha mengabaikan perasaannya itu.
“Mas Dimas.” Anya akhirnya memecah kesunyian, suaranya bergetar sedikit. “Kamu ada waktu sebentar? Aku ingin bicara.”
Dimas mengangkat pandangannya dari ponsel, sedikit terganggu. “Apa, Anya? Aku sedang sibuk, banyak kerjaan yang harus diselesaikan.”
“Aku tahu, tapi ini penting. Kita perlu bicara tentang... tentang kita.”
Dimas menghela napas berat dan meletakkan ponselnya. “Oke, apa yang ingin kamu bicarakan?”
Anya menarik napas dalam-dalam. “Kita sudah enam bulan menikah, Mas. Dan... dan aku merasa ada yang salah. Kamu semakin menjauh. Dan soal kita yang belum punya anak, aku merasa semua orang menyalahkanku.”
Dimas yang mendengarnya tampak tak acuh, “Bukankah memang salahmu? Ibuku berkata jika bukan karena kamu yang kelainan tidak mungkin selama enam bulan rahimmu masih kosong. Padahal aku selalu mengeluarkannya di dalam.” Nada suara Dimas tampak begitu dingin dan menusuk.
Hal inilah yang membuat Anya semakin tertekan, semua orang menyalahkannya. Dia sudah berusaha hidup sehat dan bahkan dia memakan toge yang merupakan makanan yang paling dia benci. Tapi semuanya selalu sia-sia di mata suaminya dan ibu mertuanya.
“Jika memang begitu… Ayo kita periksa bersama, Mas. Agar tahu siapa yang bermasalah disini.” Suara Anya tampak bergetar dan memohon karena selama ini suaminya selalu menolak untuk memeriksakan diri bersama.
Dimas mengerutkan kening, menatap Anya dengan tatapan yang tidak bisa dibaca. “Kenapa aku yang harus ikut diperiksa? Aku sehat-sehat saja. Ini pasti masalah di kamu, Anya,” katanya dengan nada tegas.
Anya menundukkan kepalanya, menahan air mata yang menggenang di pelupuk mata. “Aku hanya ingin kita tahu yang sebenarnya, Mas. Supaya kita bisa mencari solusinya bersama. Ini bukan tentang salah siapa, tapi bagaimana kita bisa melewati ini bersama. Dan bahkan aku tiga bulan yang lalu sudah mengecek jika aku normal, mas.”
Dimas mengusap wajahnya lalu terkekeh dengan geli namun tatapannya menusuk, “Kamu urus saja, aku sudah malas membahas ini.” Ucap Dimas sambil pergi ke kamarnya.
Itu adalah kebiasaan Dimas jika dia menghadapi masalah, selalu menghindar dan tak ingin terlibat.
Hati Anya semakin lelah, tapi panggilan telepon dari Felisha, membuatnya segera menghapus air matanya dan menekan suara seraknya agar tak menimbulkan kecurigaan.
“Halo?”
“Anya, kamu dimana? Apakah besok senggang?” Tanya Felisha dari seberang sana.
Felisha adalah sahabat Anya sejak kecil, dia merupakan lulusan dari universitas Harvard yang mengambil jurusan kedokteran. Dia baru saja selesai masa studinya dan kembali ke indonesia untuk berlibur sebelum bekerja di amerika setelah mendapatkan tawaran disana.
Tentu saja Anya menyambut itu dengan senang, dia sangat merindukannya.
“Aku di rumah saja, besok juga hari libur. Apa kamu ingin bertemu?” Ucap Anya segera.
“Baguslah, aku merindukanmu. Bisakah kita bertemu di cafe Florist?”
Anya tersenyum, “Tentu, aku akan datang.”
Anya langsung menutup telepon dan berbalik ingin masuk ke kamarnya, namun dia terkejut saat Dimas entah sejak kapan berdiri tepat di belakangnya.
“Mas, kamu mengejutkanku.”
“Siapa?” Dimas tak peduli dengan kondisi Anya yang masih terkejut, dia cukup penasaran dengan siapa Anya berbicara.
“Oh, itu Felisha. Aku akan bertemu dengannya.” Ucap Anya dengan tenang.
Dimas hanya ber-oh saja lalu pergi ke dapur, Anya yang melihatnya hanya menghela nafasnya dan masuk ke dalam kamar.
Hingga keesokan harinya, dia sampai di cafe Florist. Cafe yang biasanya digunakan untuk anak muda nongki dan belajar. Suasana disana memang sangat cocok untuk kaum muda yang membutuhkan tempat fresh dengan hiasan bunga-bunga segar.
Di ujung sana, Anya melihat Felisha yang duduk sambil melihat ke arah laptopnya. Tanpa menunggu lama, dia menghampiri wanita itu.
“Ibu dokter masih belajar saja.” Gurau Anya yang membuat Felisha mengalihkan perhatiannya.
“Kamu selalu saja mengejekku, bagaimana kabarmu?” Ucap Felisha sambil berdiri dan menyapa sahabatnya dengan akrab.
Anya terkekeh, “Ya seperti itulah.” Ucap Anya yang tampak memikul beban.
“Ada masalah dengan keluargamu?” Tebak Felisha dengan tepat sasaran.
Anya tak menjawab namun matanya sudah menjawab semuanya. Hingga Felisha memegang bahu Anya.
“Aku mendengar banyak gosip tentangmu, ternyata itu benar. Apakah kamu sudah memeriksakan diri bersama suamimu?” Tanya Felisha dengan lembut.
Felisha memang lebih peka dari siapapun, dia mengerti tanpa harus Anya menjawab pertanyaan.
Hingga Anya mengangguk, “Aku sudah memeriksakan diri dan aku normal, tapi suamiku sangat sulit. Apakah kamu ada solusi, Fel?” Tanya Anya, meskipun rasanya sangat sungkan padahal mereka baru saja bertemu setelah sekian lama.
Namun Felisha langsung mengangguk, “Jika suamimu tak ingin datang ke rumah sakit, bawa saja sampel sperma suamimu. Aku mengenal dokter spesalis yang biasa menangani masalah ini.”
Mendengar itu Anya seperti mendapatkan sebuah harapan, dia tersenyum mendengar itu.
"Terima kasih, Fel."
"Tapi, kalau kamu memang sudah dinyatakan sehat oleh dokter. Maka yang bermasalah itu suami kamu, Nya."
Anya terkejut mendengarnya. Dengan agak terbata dia berkata, "M-maksudmu, suamiku mandul?"Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men
Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya
“Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise
Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men
“Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan
“Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen