Share

23. Aku Menyesal

Sekali lagi pintu ditendang dari dalam. Vidia terus mengamuk membuatku tertawa lepas. Namun, di sisi lain hati terluka mengingat semua masalah yang ada.

Ketika Vidia datang diperkenalkan oleh suamiku, saat itu dunia tidak lagi berarti. Hatiku mengeras meski belum sepenuhnya. Ferdila terlihat tidak peduli.

Aku tersenyum merutuki diri yang harus mendapat takdir sekejam ini. Lelaki itu entah tidak ingat atau pura-pura lupa pada janji saat pertama kami melabuhkan asa dan rasa.

"Ardina, aku tahu kamu bukan perempuan kejam. Tolong, buka pintunya!" teriaknya lagi, tetapi aku malah keluar seraya menutup pintu rumah rapat.

***

Tiga jam berlalu setelah keliling dengan motor kesayangan, aku kembali ke rumah. Suasana begitu sepi, tidak ada lagi suara gaduh dalam kamar Vidia. Aku menyalakan saklar dan lampu.

Lagi, tidak ada suara dari kamar itu. Mungkin terjadi sesuatu pada Vidia. Aku yang merasa kasihan segera merogoh kantong dan mengambil kunci kamar.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status