Share

Maduku Tak Tahu Aku Kaya
Maduku Tak Tahu Aku Kaya
Author: Jingga Amelia

Bab 1

Maduku tak Tahu Aku Kaya

Part 1

**

"Dek, kenalkan ini Riska, istri baruku."

Bagai di sambar petir di siang bolong ketika Mas Hafiz mengenalkan seorang wanita dengan pakaian kurang bahan kepadaku saat aku tengah menjemur pakaian di samping rumah.

Aku menatap wanita itu dari ujung kaki hingga ke ujung kepala, dengan rambut bercat pirang lurus sampai pinggang, baju kurang bahan berwarna hijau, serta celana jeans ketat dan high hills hitam di kaki jenjangnya. Membuatku yang hanya memakai daster abu-abu serta hijab instan ini meronta dalam hati.

Gadis yang dikenalkan oleh Mas Hafiz itu menatapku dengan tatapan mengejek, entah karena apa Mas Hafiz bisa tertarik pada gadis seperti dirinya. Yang kutahu selama ini ia adalah seorang lelaki yang taat agama, jarang terlihat macam-macam jika sedang dirumah. Tapi nyatanya ia tega menikah tanpa sepengetahuanku.

"Kapan kalian menikah?" tanyaku dengan terus melanjutkan acara menjemur baju.

"Emm ... Tiga bulan yang lalu, Dek."

"Apa? Tiga bulan yang lalu? Keterlaluan kamu, Mas!" Teriakku.

Kuhentakkan ember bekas air cucian tepat di hadapan mereka. Membuat wanita jalang itu terlihat geram dan mengibaskan bajunya yang sedikit basah karena ulahku.

"Bawa pergi dari sini, aku tak mau melihatnya," kataku sembari berlalu masuk ke dalam rumah.

"Dia akan tinggal di sini bersama kita, Dek!" teriak Mas Hafiz lantang.

Membuatku berdiri mematung tepat di depan pintu rumah. Aku kemudian berbalik dan menatap Mas Hafiz nyalang. Bahkan rumah ini baru saja kami tempati satu tahun yang lalu karena hasil jerih payah Mas Hafiz setelah diangkat jabatannya, dan kini ia akan memasukkan madu ke dalamnya? Sungguh tega.

"Maaf, aku juga punya andil pada kesuksesan Mas Hafiz. Karena aku lah ia sekarang menjabat di posisi sebagai kepala bagian di perusahaan itu." Wanita itu mendekat ke arahku lantas masuk ke dalam rumah tanpa persetujuanku.

Murahan!

Bagaimana bisa dia punya andil pada kesuksesan Mas Hafiz? Jelas-jelas aku lah yang menemaninya sejak tiga tahun ini, dan berjuang bersamanya dari tidak punya apa-apa hingga bisa sukses seperti sekarang.

Aku menatap Mas Hafiz meminta penjelasan darinya.

"Dia adalah mantan sekretarisku, dia juga yang meminta pada Pak Burhan agar jabatanku dinaikkan. Dan kini, ia tengah hamil anakku, Dek."

"Kamu gila, Mas!" ucapku sembari masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya keras.

Aku memilih membuka ponselku yang tergeletak di atas meja. Membuka sebuah status pada aplikasi berwarna hijau di dalam ponselku. Tertera sebuah nama yang sangat aku cintai sehidup semati 'Ibu', beliau memasang sebuah foto bersama Mak Nining, istri muda ayahku. Air mataku menetes, kenapa hidupku harus sama sepertinya, kini suamiku memasukkan seorang madu ke dalam rumah tangga kami.

Mak Nining merupakan seorang wanita yang di nikahi ayahku karena ia adalah seorang janda dan tak bisa memiliki anak karena rahimnya telah di angkat karena suatu hal. Beliau begitu menyayangiku layaknya seorang anak kandung, Ibu sangat bahagia memiliki madu seperti Mak Nining. Lantas aku? Akankah maduku semanis Mak Nining?

Aku menangis tergugu mengingat hidupku yang telah menderita sejak kecil. Bapak harus banting tulang untuk menghidupi keluarga kami, tak jarang pula kami hanya makan dengan garam dan kerupuk untuk menyambung hidup. Wajar saja, pekerjaan sebagai tukang bangunan membuat Bapak sering menganggur. Mak Nining lah yang sering membantu perekonomian, beliau menjadi buruh cuci sedang Ibu hanya fokus mengurus rumah dan diriku yang masih kecil.

Kini, saat perekonomianku dan Mas Hafiz mulai membaik dengan di angkatnya Mas Hafiz menjadi kepala bagian, ia malah membawa madu ke dalam rumah. Seperti ini kah ujian untuk pasangan yang tengah merangkak naik menuju kesuksesan? Harta, tahta, wanita. Di mana lelaki akan di uji saat sedang di titik kesuksesan.

Sebuah suara dentuman musik yang sangat keras terdengar hingga ke dalam kamar ketika aku tengah meratapi nasibku yang tak pernah beruntung sejak kecil. Aku menutup telinga karena suara yang sangat bising di luar sana.

Rupanya Riska tengah memutar lagu disko dengan sangat keras, sedang dirinya menari bak orang kesetanan di atas meja ruang tengah. Mas Hafiz hanya duduk diam dengan memegang ponselnya, sepertinya ia tengah merekam perbuatan istri barunya itu dengan senyum mengembang di bibirnya. Dasar jalang!

"Berhentiii!" Teriakku.

Riska hanya menatapku sekilas, lalu melanjutkan berjoget dengan tak tahu malunya. Bahkan ia mencium pipi Mas Hafiz tepat di depan mataku. Membuat emosiku naik hingga ke ubun-ubun. Begitu rendahnya suamiku itu sekarang.

Aku lantas beranjak dari ambang pintu kamar dan mematikan musik laknat itu. Membuat Riska menatapku tajam dan turun dari atas meja lalu menghampiriku.

Plakk

Sebuah tamparan ia layangkan di pipi kiriku. Dadaku kembang kempis menahan amarah dalam dada, sedang Mas Hafiz hanya diam membisu melihat kelakuan bar-bar istri barunya itu.

"Lancang!" umpatnya.

Aku membalas tamparannya pada pipi kanan dan pipi kirinya secara bergantian, lalu kedua tanganku kusilangkan di dada menandakan bahwa aku tidak takut dengannya.

"Dasar wanita miskin, tak tahu diri. Kamu tidak pantas bersanding dengan Mas Hafiz!"

Rupanya ini yang menjadi sebab ia berani semena-mena padaku. Karena ia merasa lebih kaya dariku, hingga dapat merendahakanku seperti ini.

"Lihatlah dirimu, gendut, kumal, berjerawat, dan juga miskin. Membuat Mas Hafiz lebih memilihku karena tubuhku yang terawat dan juga kaya," ucapnya mengejek.

"Riska! Tak seharusnya kamu berkata seperti itu," bentak Mas Hafiz.

"Sudahlah, Mas. Memang benar adanya kan? Dia itu miskin, tak pantas bersanding denganmu,"

Ia melenggang masuk ke dalam kamar tamu lantas membanting pintunya kasar. Membuatku masih terpaku mendengar semua penuturannya. Apakah wanita miskin tak seharusnya bahagia?

"Dek ... Maafkan Riska, ya? Tolong, aku ingin kalian bisa hidup rukun bersamaku."

Aku menatap nyalang Mas Hafiz. Begitu mudahnya ia berkata seperti itu, seperti tak punya dosa.

"Jadi karena aku miskin, jadi kamu menduakanku, Mas? Bukankah dulu kita setara, tak ada yang lebih kaya diantara kita. Namun kenapa sekarang status ekonomi keluargaku menjadi alasan untukmu menduakanku?" ucapku terbata menahan air mata yang telah menggenang di pelupuk mata.

Kulihat Mas Hafiz menatap langit-langit rumah yang kami beli atas kesepakatan bersama ini, aku berharap kelak akan menua bersamanya di dalam rumah ini. Namun nyatanya ia telah memasukkan duri ke dalam pernikahan kami yang baru beranjak tiga tahun ini.

"Dek, aku butuh wanita yang pantas untuk kuajak menghadiri acara kantor. Lihatlah dirimu, aku bisa malu jika mengajakmu."

Duaarr

Kata-katanya sukses membuat air mata yang tengah kutahan ini jatuh juga dikedua pipiku.

Aku memilih untuk mundur dan masuk ke dalam kamar. Meratapi nasib yang tak pernah berpihak kepadaku.

***

Tiga hari kemudian

[Nduk, pulanglah. Mamak ingin memberikan semua warisan dari Kakekmu di kampung. Mamak sudah tua, tidak pantas jika menerima ini semua.]

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselku saat aku selesai membersihkan kamar tamu yang tengah dihuni oleh Mas Hafiz dan istri barunya itu. Beserta sebuah foto beberapa lembar sertifikat tanah tergeletak di atas meja serta segepok uang entah berapa jumlahnya.

Aku menangis tergugu, secepat ini Tuhan membolak-balikkan keadaan. Tiga hari yang lalu harga diriku direndahkan oleh suamiku dan maduku karena kemiskinanku. Namun kini, bagai mimpi aku mendapat kepercayaan untuk menerima warisan dari Mamak sebanyak ini. Tak kusangka bahwa Bapak Mak Nining sebetulnya adalah seseorang yang sangat kaya di kampungnya.

Mak Nining juga mengatakan bahwa beliau telah membukakan sebuah usaha kecil untukku, yang dapat kukelola bersama Mas Hafiz kelak.

Namun tidak! Mas Hafiz tak boleh tahu kalau aku telah mendapat warisan sebanyak ini. Aku ingin membuat perhitungan dengannya dan maduku yang sombong itu.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fritz
poligami ni crtax......
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Udah kesel bawa madu ngapain pula msh bersihin kamarnya sh. Dianggap jd pembantu loh
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Mak nining madu yg baik dan mulia hatinya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status