Share

Bab 2

Author: Jingga Amelia
last update Last Updated: 2021-10-23 05:34:01

Maduku Tak Tahu Aku Kaya

Part 2

**

Senangnya hatiku pagi ini bisa membuat Riska kelimpungan karena semua baju kotornya belum kucuci. Sedang aku tengah menikmati bubur ayam kesukaanku di meja makan dengan memainkan ponsel baru pemberian Mak Nining.

"Heh! Wanita miskin, mencuri dari mana ponsel sebagus itu? Hasil menjual baju-baju bagusku itu, ya?"

Riska dengan tak tahu malunya menarik mangkuk bubur ayamku dan memasukkan satu sendok penuh bubur ke dalam mulutnya.

"Huuhh haaahh ..."

Baru satu suap saja dia sudah kepedasan. Memang seleraku adalah makan sesuatu dengan tingkat kepedasan yang tinggi. Rasakan, itu akibatnya menjadi orang yang rakus dan tak tahu sopan santun.

Aku terkekeh kecil sembari melanjutkan makan dan berselancar di dunia maya. Wajar saja aku seperti orang yang mendapat oase di tengah gurun pasir. Selama ini hanya ponsel bututku yang selalu menemani hari-hariku, itupun setiap hari harus membersihkan file-file yang sudah tak berguna karena memori ponselku hampir penuh. Mas Hafiz tak memperdulikan semua itu, kupikir karena ia tengah menabung untuk masa depan kita. Nyatanya uang-uangnya telah habis untuk memanjakan Riska laknat itu.

"Gila ya kamu? Mau meracuniku?" teriak jalang itu dari dalam kamar mandi.

Mas Hafiz keluar kamar ketika mendengar keributan yang disebabkan oleh Riska. Aku yang telah selesai makan pun lantas berdiri dan menyimpan mangkuk ke dalam wastafel untuk kucuci.

"Ada apa ini?" teriak Mas Hafiz ketika sampai di ruang makan.

Riska yang sedang kepedasan langsung menyambar segelas air putih di atas meja setelah memuntahkan seluruh isi perutnya. Sepertinya ia bukan pecinta pedas sepertiku.

"Huma mau meracuniku, Mas."

"Meracuni apa? Jangan mengada-ada Riska." Mas Hafiz duduk dan membuka tudung saji di atas meja.

Kedua netranya membulat, lalu menatapku tajam. Ini sudah pukul delapan pagi dan aku belum menyediakan makanan sedikitpun.

"Bukan salahku, salah kamu sendiri sudah lancang menyerobot bubur ayamku. Rasakan sendiri kalau buburnya pedas," ucapku berlalu dan mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja makan.

Mas Hafiz menarik lenganku dan merebut ponsel yang tengah kugenggam.

"Kenapa kamu belum masak?"

"Capek, Mas. Gantian dia yang harus masak untukmu, bukankah dia juga istrimu?"

Riska mendelik kesal kearahku, "dia juga telah menjual baju-baju mahalku untuk membeli ponsel itu, Mas." Rengek Riska manja, membuatku jijik melihatnya.

"Apa benar?" Tatap Mas Hafiz tajam kearahku.

Aku mengangkat kedua bahuku.

"Siapa bilang? Lihat di keranjang cucian sana, semua bajumu masih tersimpan rapi di dalamnya. Enak saja aku menjual bajumu untuk beli ponsel, tak level!" ucapku mengejek.

Kulihat Mas Hafiz membolak-balikkan ponselku yang tengah ada di genggamannya. Ia mengernyitkan dahi, mungkin ia bingung aku dapat uang dari mana bisa membeli ponsel semahal itu. Karena selama ini ia selalu memberiku uang bulanan yang hanya cukup untuk makan kami berdua.

"Kamu tidak mencuci bajuku juga?"

Aku tertawa lantang dan duduk di depan Mas Hafiz, "tidak, kamu sekarang kan punya dua istri. Ajari dia jadi istri yang baik, aku capek, Mas. Semua bajuku tadi diambil oleh Mbok Inem untuk dimasukkan di laundry-an."

Seketika itu juga kedua orang tak tahu diri itu melongo mendengar perkataanku. Aku lantas berdiri dan merebut ponsel yang masih digenggam Mas Hafiz itu, lalu melenggang masuk ke dalam kamar dan menguncinya rapat-rapat.

***

"Mas, aku ijin pulang ke rumah Ibu, ya," ucapku suatu pagi setelah mendapat pesan dari Mak Nining pada Mas Hafiz yang tengah bermanja dengan Riska di teras depan.

"Untuk apa? Kamu mau mengadu kalau aku telah menduakanmu? Tenang saja, mereka pasti akan mendukung karena Bapakmu pun juga mempunyai dua istri." Tawa Mas Hafiz dan Riska sontak membuatku sangat marah, karena kini keluargaku juga mendapat hinaan dari mereka.

"Jangan pernah menyamakan Mak Nining, madu Ibuku dengan wanita jalang seperti dia sangatlah berbeda jauh. Mak Nining adalah orang yang baik, Bapak juga tidak seperti dirimu, yang mencari istri hanya karena haus akan selangk*ng*n!" hardikku kasar lantas berlalu meninggalkan mereka yang langsung terdiam mendengar jawabanku.

Dua jam sudah aku menempuh perjalanan untuk sampai di kampung halamanku, kampung di mana aku dilahirkan dan dibesarkan oleh Bapak, Ibu dan Mak Nining. Kedua mataku menyisir setiap inci tempat yang aku lalui, mengenang masa kecilku yang sangat indah ketika masih tinggal di sini. Setaun belakangan ini aku tidak bisa pulang kampung, karena kesibukanku mengurus perpindahan rumah baru dan begitu banyaknya pekerjaan yang harus aku urus setelah Mas Hafiz naik jabatan.

Jika dulu ia akan bersedia membantuku mengerjakan pekerjaan rumah, namun setelah ia naik jabatan tak sekalipun membantuku mengurus pekerjaan rumah. Hingga aku sering kelelahan karena mengurus rumah yang sangat besar itu. Namun ternyata semua perjuanganku tak pernah dihargainya, malah kini ia membawa masuk madu pahit itu ke dalam rumah kami.

"Assalamualaikum ... Bu, Mak." Panggilku ketika aku sampai di depan rumah.

Kedua Ibuku itupun langsung berlari ketika mendengar aku mengucap salam. Mereka menciumiku hingga jilbabku berantakan. Sungguh indah memiliki dua ibu sebaik ini, jika saja Riska bisa berbuat baik seperti Mak Nining mungkin rumah tangga kami akan baik-baik saja.

Ibu menyuruhku masuk dan minum teh di ruang tamu, sedang Mak Nining menghampiri Bapak yang tengah mencangkul di ladang belakang. Ibu bilang, ladang itu baru saja dibeli oleh Mak Nining untuk Bapak. Lagi-lagi kedua mataku mengembun, sungguh mulia hati madu Ibuku itu.

Setelah kami semua berkumpul, Mak Nining mengutarakan maksud dan tujuannya menyuruhku untuk pulang ke kampung. Beliau memberikan beberapa lembar sertifikat tanah dan juga uang tunai yang aku tak tahu berapa jumlahnya karena terlalu banyak. Mak Nining mengatakan bahwa sebulan yang lalu Kakek meninggal, karena Mak Nining adalah anak tunggal maka secara otomatis seluruh hartanya akan jatuh ke tangannya. Begitupun seluruh hewan ternaknya, semua telah di jual oleh Mak Nining dan seluruh uangnya diserahkan padaku, anak tirinya.

Hal itu sontak membuatku menangis tergugu, karena tak percaya dengan ketulusannya. Beliau adalah orang yang baik, sudah sepantasnya mendapat perlakuan yang baik juga dariku dan keluargaku. Ibu dan Mak Nining juga menyuruhku untuk membalas perlakuan Mas Hafiz dan Riska setelah aku menceritakan kelakuan buruk mereka berdua padaku.

Ibu menangis terisak mendengar ceritaku, bahwa kini rumah tanggaku sama persis seperti dirinya. Ada seorang madu di dalamnya. Namun aku kembali meyakinkan beliau bahwa aku akan baik-baik saja dan akan membalas seluruh perlakuan Riska terhadapku.

Mak Nining berpesan kepadaku agar aku menyembunyikan uang yang ia berikan ini dengan baik agar Riska tak mengetahui darimana asalnya kekayaan yang aku miliki saat ini. Aku juga menitipkan semua sertifikat tanah pada Mak Nining, bagaimanapun juga beliau masih berhak atas semua itu.

Kedua mataku mengerjap, mengingat seluruh kebaikan Ibu dan Mak Nining padaku. Kemarin Bapak pun juga terlihat meneteskan air mata ketika Mak Nining menyerahkan segepok uang itu padaku. Aku berjanji akan membalas perbuatan Mas Hafiz dan Riska jika mereka masih semena-mena denganku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Bagus aku mendukungmu, hempaskan suami dan madu biar jadi gembel
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 49

    Part 9"Sah ...."Suara seluruh orang yang menghadiri acara pernikahanku menggema dalam masjid kecil yang menjadi tempatku mengikat janji sehidup semati dengan Arfan. Seorang lelaki yang bisa menarikku dari kubangan air hitam yang kian menarikku ke dasarnya.Kucium punggung tangan lelaki yang baru beberapa detik yang lalu sah menjadi suamiku. Kemudian, ia mendaratkan sebuah kecupan hangat dikeningku. Hatiku berdesir, mengingat bahwa sosok lelaki yang dulu pernah kukagumi ini hari ini menjadi suamiku.Ucapan demi ucapan selamat kudapatkan dari beberapa anggota keluarga yang hadir saat pernikahan kami. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari hari ini ketika Arfan meminangku dengan surah Ar-Rahman sebagai maharnya. Begitu banyak gadis yang menatapku iri karena aku bisa bersanding dengan jejaka pandai, alim dan berwibawa yang selalu mereka gandrungi. Apalagi statusku yang hanya sebagai seorang janda.***"Terimakasih, ya. Kamu sudah

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 48

    Part 8Kujatuhkan tubuhku di atas kasur empuk di dalam kamar, rasanya tubuhku ringan tak berdaya. Semua sendi-sendiku bagaikan lepas tak berfungsi, ketika aku harus berusaha menerima kenyataan bahwa dua kedaiku mulai mengalami kebangkrutan. Untuk bulan ini pun Anisa tidak tahu harus membayar semua karyawan dengan apa, karena pemasukan lebih sedikit dibandingkan pengeluaran.Kubenamkan kepalaku di atas bantal, lalu berteriak sekencang-kencangnya agar semua rasa dalam hatiku sedikit berkurang. Aku rasa, Tuhan begitu tidak adil kepadaku. Begitu banyak ujian yang Dia berikan, hingga tak jarang membuatku jatuh tersungkur tak berdaya.Mas Hafidz pergi, dan usahaku bangkrut. Entah harus bagaimana lagi aku menghadapi dunia yang sangat kejam ini. Ini semua tidak adil bagiku, Tuhan begitu jahat."Aarrgghh ...." teriakku kencang dengan melempar kaca riasku dengan ponsel yang tergeletak di samping bantal, hingga menimbulkan sebuah suara pecahan yang sangat nyar

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 47

    Part 7Hatiku bimbang, ketika beberapa hari yang lalu Bu Santika dan Kak Hany mengabari kalau Mas Hafidz pergi. Ya, pergi ... Dan kami semua tidak tahu kemana.Kutatap foto kami berdua di layar ponselku nanar, senyum mengembang dengan indah di setiap sudut bibir kami masing-masing. Dan kini, untuk kesekian kalinya aku harus kehilangannya lagi. Entah, kemana ia pergi sekarang, dan karena apa ia pergi. Aku pun tak pernah tau alasannya.Nomor teleponnya pun sama sekali tak bisa kuhubungi. Semua teman kerjanya juga tidak tahu dimana keberadaannya. Aku benar-benar kehilangan jejaknya. Mas Hafidz hilang bak ditelan bumi.Kusandarkan tubuhku di atas kursi teras, satu jam sudah aku duduk termenung disini. Menatap dengan indahnya warna jingga yang terpancar di ufuk barat. Namun tidak dengan hatiku yang kini tengah hampa, dan kembali kosong."Nduk," ucap Ibu mengagetkanku.Aku tersentak, lalu menoleh kearahnya. Kulihat Ibu pun ikut sedih dengan

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 46

    Part 6Pov HafizSinar mentari semakin meninggi, ketika sudah kuputuskan untuk pergi menjauh dari Humaira. Wanita yang dulu adalah istriku yang kusia-siakan demi wanita lain, dan kini telah memantapkan hatinya untuk rujuk kembali denganku.Bukan karena aku tak cinta, ataupun aku terlalu menggantung perasaannya. Namun, aku rasa akan ada seseorang yang akan lebih bisa membahagiakannya dibanding diriku. Kini aku bangkrut, dan hanya bekerja sebagai cleaning service. Itu semua juga karena ulahku sendiri, terlalu memanjakan gundik dan ibu kandungku sehingga sekarang semua hartaku telah habis.Kuhembuskan nafas perlahan, menatap nanar pada kedai Huma yang ramai pengunjung itu. Dari kejauhan kulihat Ibuku, yang dulu adalah wanita yang menginginkan perpisahanku dengan Huma kini malah bekerja padanya. Juga Kak Hany, yang sekarang sudah benar-benar berubah dan ikut serta mencari uang di kedai Huma.Entah terbuat dari apa hatinya, hingga mampu memaafkanku,

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 45

    Part 5Nafasku terengah-engah ketika kulihat Arfan berdiri di belakang kerumunan orang-orang yang sedang melihatku berkelahi dengan Riska. Ia tetap dengan tatapannya yang teduh, tak sedikitpun terlihat sorot amarah di dalam manik matanya.Ia datang bak seorang pujangga yang menyejukkan siapapun yang mendengar suaranya. Bahkan Riska pun berhenti berteriak ketika mendengar suara lembutnya. Aku yakin dia pasti juga sangat terkagum dengan sosok Arfan.Kulepaskan cengkeraman tanganku dari tubuh Riska, lalu beranjak berdiri dan menjauhinya. Sedang kulihat Mas Hafiz juga masih sama tercengangnya dengan Riska."A-arfan," ucapku lirih.Terlihat dari ekor mataku Mas Hafiz beralih menatapku, lalu mendekat kearahku. Sedang aku memilih merapikan baju gamis yang sedikit sobek akibat ulah Riska."Hentikan. Tidak baik berkelahi di depan umum, malu dilihat orang. Selain itu memang tidak ada manfaatnya jika harus berkelahi." Arfan menasehati kami dengan

  • Maduku Tak Tahu Aku Kaya   Bab 44

    Season 2Maduku Tak Tahu Aku KayaPart 4Suara deru mobilku memecah keheningan di antara aku dan Mas Hafiz yang tengah bersama menuju rumahnya untuk mengunjungi Bu Santika yang belum juga sembuh. Kami bertemu setelah jam kerja Mas Hafiz selesai dengan menjemputnya di tempatnya bekerja.Kutatap awan yang seolah bergerak mengikutiku dan Mas Hafiz, seakan tak rela jika saat ini aku tengah berduaan dengan mantan suamiku ini. Mas Hafiz menekan tombol audio, lalu memutar sebuah lagu yang tak asing di telingaku.Tersadar didalam sepikuSetelah jauh melangkahCahaya kasihmu menuntunkuKembali dalam dekap tanganmuTerima kasih cinta untuk segalanyaKau berikan lagi kesempatan ituTak akan terulang lagiSemua kesalahankuYang pernah menyakitimuTanpamu tiada berartiTak mampu lagi berdiriCahaya kasihmu menuntunkuKembali dalam dekap tanganmuTerima kasih cinta untuk segalanyaKau berikan lagi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status