Share

2. Romantis di Pagi Hari

Author: Fn. Nurmala17
last update Huling Na-update: 2021-11-02 11:19:58

Paginya, Asha berjalan dari dapur dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat secangkir teh madu kesukaan ibu mertua dan cemilan. Ia meletakkannya di atas meja, tepat di depan mertua.

"Bu, ini tehmu," ujar Asha memberitahu.

Selina Watson--ibu mertua Asha hanya berdehem dan kembali meletakkan majalah yang sedang ia baca.

"Sudah ada tanda-tanda?" tanya Selina yang langsung membuat Asha bergeming.

Asha tahu maksud dari pertanyaan itu. Ia pun menggeleng ragu yang membuat Selina menghembus napas gusar.

"Asha, kenapa belum ada tanda-tanda? Kau sudah menikah dengan anakku selama tiga tahun, berapa lama lagi aku harus menunggu. Aku tidak akan mati dengan tenang sebelum memastikan bahwa penerus perusahaan keluarga dilahirkan!" tegas sang mertua, Asha hanya menunduk, mengatup bibirnya rapat-rapat. Ini juga bukan kehendaknya, wanita mana yang tidak menginginkan anak setelah ia menikah?

"Bu, kenapa kau terus menekan istriku? Ini adalah masalah kami, jadi jangan ikut campur dalam urusan rumah tanggaku," sela Luke yang baru saja turun dari lantai atas, lelaki itu telah rapi dengan seragam kantornya lalu berhenti di samping sang istri.

<span;>"Luke, ini juga menjadi masalah Ibu. Jangan sampai perusahaan kita jatuh ke tangan yang bukan darah daging keluarga Watson. Itu adalah titah dari almarhum mediang Kakekmu. Apa kau mengerti?"

Luke menghela napas gusar. "Bu, aku tidak akan pernah lupa. Kau bahkan sudah mengatakan itu beribu kali, telingaku ini hampir sakit mendengarnya. Aku adalah suami, jadi aku yang bertanggung jawab atas semua masalah rumah tanggaku. Luke mohon, Mama jangan ikut campur lagi dalam masalah ini. Jangan memberi tekanan pada istriku, Bu," ujar Luke penuh harap.

Selina berdecak kesal seraya menatap tajam Asha yang masih menunduk. "Luke sampai kapan pun jika itu menyangkut penerus perusahaan keluarga. Mama tidak akan pernah tinggal diam." Selina langsung beranjak pergi meninggalkan Luke dan Asha.

"Jangan terlalu memikirkan ucapan Ibu tadi, yah," ucap Luke memutar tubuh Asha menghadapnya.

Wanita itu hanya tersenyum tipis seraya memperbaiki letak dasi yang sedikit miring.

Luke memandangi wajah istrinya dengan penuh cinta seraya mengelus wajah itu. Kemudian ia menarik pinggang istrinya hingga wajah mereka begitu dekat.

"Nanti malam berdandalah yang cantik. Aku akan membawamu ke suatu tempat, hm," bisik Luke memberi sensasi hangat di telinga Asha.

"Jadi, selama ini aku tidak cantik?" tanya Asha seraya memanyunkan bibirnya.

"Kalau kau tidak cantik, mana bisa aku tertarik padamu lalu menikahimu sedang begitu banyak gadis yang mengantri waktu itu," goda Luke hingga membuatnya mendapatkan pukulan dari sang istri.

"Menyebalkan!"

"Eh ...." Luke menahan lengan istrinya yang hendak kembali melayangkan pukulan di dadanya. "Sudah lama aku tidak mendengar kau mengatakan itu. Kau ingat, bagaimana dulu kau sangat membenciku. Kau bahkan tidak absen dalam mengataiku. Menyebalkan, Tuan angkuh, sok tampan," ucap Luke mengingat kenangan dulu lalu terkekeh.

"Memang benar dan sekarang kau masih seperti dulu. Tidak berubah sama sekali." Asha menghempaskan tangannya dari cengkraman suaminya.

"Tapi bedanya, sekarang aku sangat mencintaimu," bisik Luke yang membuat Asha sedikit merasa geli.

Sedetik kemudian, rasa hangat langsung menjalar ke pipinya. Asha tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak melengkung. Luke langsung menarik pinggang sang istri hingga tubuh mereka saling menempel.

"Asha, tetaplah bersamaku." Setelah mengucapkan kalimatnya. Luke langsung menyatukan bibir mereka.

Dalam beberapa menit mereka tenggelam dalam kehangatan. Para pembantu yang tidak sengaja melihat, langsung senyum-senyum sendiri melihat kemesraan majikan mereka. Layaknya sedang menonton drama china.

Dari arah pintu utama, seorang wanita yang terpaut dua tahun lebih tua dari Asha mengeram marah. Tangan yang sedang memegang kantong plastik buah tergenggam erat. Tampak matanya telah memerah dan berkaca-kaca.

"Asha, kenapa kau lagi-lagi mengambil kebahagiaanku? Kenapa semua yang kuinginkan dirampas olehmu!" geramnya dalam hati lalu kemudian langsung berbalik. Meninggalkan rumah besar itu dengan amarah yang memuncak.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   41. In Belgium II

    "Kita mau ke mana?" tanya Asha seraya menghentikan tarikan tangan sang suami. Luke menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sang istri yang masih menampakkan rasa takut. "Ke atas. Jika hanya di sini, kita tidak bisa melihat hal yang lebih menakjubkan lagi," terang Luke dengan senyum lebar. Bukannya berbinar atau antusias atas keterangan suaminya, Asha malah semakin mengerutkan dahi sembari menggigit bibir saat matanya menjelajahi eskalator yang bergerak ke atas membawa beberapa orang yang menaikinya. "Ayo." Luke kembali menarik tangan Asha. Namun kembali berhenti ketika wanita itu menolak ajakannya. Saat Luke menoleh lagi, ia langsung disambut gelengan kepala oleh istrinya. Membuat lelaki itu mengembuskan napas samar. "Bagaimana jika kita menunggu orang-orang itu untuk turun dulu. Baru kita ke atas," usul Asha. Mengetahui jika sang istri masih ditakuti oleh perasaannya akan robohnya bang

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   40. In Belgium

    "Luke, ke mana kau mau membawaku? Biarkan aku tetap membuka mata dan melihat keindahan di negara ini," protes Asha yang entah sudah ke berapa kali. Ia kecewa karena sejak turun dari mobil sampai sekarang ia masih tidak bisa menikmati pemandangan di sekitarnya."Kenapa kau begitu cerewet Asha? Tidak bisakah kau membiarkan aku melancarkan kejutan?" Luke menahan tangan istrinya yang hendak membuka penutup mata.Di tengah mata tertutup itu, Asha mengerutkan kening. "Kejutan apa? Bukankah kau berjanji tidak akan merencanakan kejutan lagi?"Luke mendesah mendengar sang istri yang belum juga berhenti bicara. Dengan embusan napa kecil, ia mencoba sabar. "Kali ini beda. Kau bersamaku, jadi otomatis keselamatanmu terjamin.""Sudah jangan bicara lagi. Kau akan tau setelah kita sampai di sana," lanjut Luke yang kembali menuntun tubuh sang istri untuk kembali berjalan.

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   39. Menghangatkan Ranjang

    Luke membuka pintu kamar, tepat pada saat itu ia melihat Asha tengah merapikan kasur yang sepertinya tidak menyadari kedatangan dirinya.Dengan senyum yang telah terpasang, Luke menutup pintu dengan pelan tanpa memberi suara. Dengan langkah pelan juga ia menghampiri sang istri dan langsung memeluknya dari belakang.Asha yang tengah pokus dengan pekerjaannya, otomatis terkejut ketika sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Ia baru bisa bernapas lega setelah melihat siapa pelakunya."Luke, kenapa kau begitu suka mengejutkanku? Kau bahkan masuk tanpa bersuara," sungut Asha yang kembali melanjutkan kegiatannya tanpa mempedulikan sang suami yang semakin mengeratkan pelukan."Aku tidak mengejutkanmu. Kau sendiri yang terlalu pokus dengan pekerjaanmu sampai kau tidak menyadari kepulanganku," timpal Luke dengan nada tidak terima.Mendengar pernyataan dari sa

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   38. Pertolongan Pertama

    "Asal kau tau, butuh usaha keras untuk tidak memelukmu saat itu, Asha. Bagaimana bisa kau mengatakan jika aku tidak merindukanmu lagi?" ujar Luke setelah melepaskan tautan bibir mereka. "Lalu kenapa kau mengacuhkanku?" Pertanyaan itu membuat Luke merubah ekspresi, otaknya mengingat saat ia berada di pesawat ketika hendak pulang dari hanymoon. Entah ide dari mana ia ingin membuat kejutan yang benar-benar tidak terduga kepada sang istri. "Untuk memberimu kejutan di hari ulang tahunmu," sahut Luke setelah beberapa saat. "Ulang tahunku?" ulang Asha sebelum menggerakkan bola matanya ke sudut, setelah beberapa saat mengingat, ia tersenyum dan kembali menatap sang suami. "Aku bahkan tidak ingat jika hari ini adalah ulang tahunku. Sikapmu yang tiba-tiba berubah membuat pikiranku teralih, Luke." Asha memajukan bibir tanda protes.  

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   37. Rasa Bersalah

    "Asha, kau tidak apa-apa?" Luke membantu istrinya duduk dengan hati-hati.Suara ringisan berhasil membuat kekhawatiran Luke semakin memuncak. "Ada apa? Apa yang sakit?"Bukannya menjawab, Asha malah menatap sang suami begitu dalam, bola matanya bergerak menjelajah setiap inci tubuh suaminya."Kau tidak terluka?" tanyanya seraya menyentuh wajah suaminya dengan penuh keharuan. Air matanya kembali merembes keluar, ia lega karena masih bisa melihat sang suami.Luke memegangi tangan yang terasa dingin di wajahnya lalu kemudian mengecup telapak tangan itu. Setelah itu ia langsung memeluk erat tubuh istrinya."Maafkan aku Asha. Maafkan aku, jika aku tidak merencanakan kejutan konyol itu. Mungkin sekarang kau tidak terluka seperti ini. Aku benar-benar payah karena telah membawamu ke lubang bahaya," ungkap Luke seraya membaui aroma sang istri. Ia semakin meme

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   36. Pencarian

    "Kenapa kita berhenti di sini? Bukankah kita harus pergi ke hotel Admaja?" ujar Asha di tengah sesenggukan akibat terlalu khawatir akan kabar yang begitu mengejutkan.Asha celingak-celinguk menatap ke sekeliling dengan kerutan tebal di dahi. Karena mobil itu kini berhenti di pinggir jalan yang di kelilingi oleh hutan belantara.Tiba-tiba ia mengalihkan pandangan ke depan, tepat ke kaca spion tengah saat ia mendengar suara tawa menggema dari sang supir."Apakah kau sangat berharap jika suamimu celaka?"Mencium bau mencurigakan, barulah Asha mulai berpikir di otaknya. "Siapa sebenarnya kau? Di mana Luke?" teriak Asha yang tidak sabaran."Tenanglah Nyonya. Siapa yang bisa mencelakai suamimu itu, hah? Seharusnya sekarang kau pikirkan keselamatanmu sendiri." Setelah menyelesaikan kalimatnya, pria bertopi hitam itu turun dari mobil dan membuka pintu belaka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status