Home / Rumah Tangga / Maduku adalah Kakakku Sendiri / 3. Kekecewaan yang Masih Menemani

Share

3. Kekecewaan yang Masih Menemani

Author: Fn. Nurmala17
last update Last Updated: 2021-11-03 09:13:04

"Ilona, tadi kau bilang ingin ke rumah. Kenapa belum datang?" tanya Selina dari seberang telpon.

Ilona menarik napas sedalam-dalamnya, berusaha menyurut emosi di dalam diri. Hatinya begitu panas di pagi hari ia harus melihat hal yang menjijikkan.

"Hm, maaf Tante. Tiba-tiba, Ilona ada urusan mendadak di kantor. Mungkin lain kali, Ilona bakal nyempetin buat ke rumah," ucapnya dengan suara normal seperti tidak terjadi apapun.

"Yah, padahal tadi Tante berharap banget kamu ke sini. Tante butuh teman ngobrol, nih."

Alis Ilona tertaut mendengar keluhan dari seberang. "Butuh teman ngobrol? Bukankah Asha ada untuk nemenin Tante ngobrol?"

"Jangan membahas adikmu itu, dia yang bikin mood Tante buruk. Menyebalkan sekali," gerutu Selina.

Kedua sudut bibir Ilona seketika terangkat. Kalimat Selina barusan mampu menyiram hatinya yang tadi terasa panas.

"Dulu Tante berharap banget yang nikah sama Luke adalah kamu bukan Asha. Tante gak tau kenapa Luke sukanya sama Asha dibanding kamu, padahal dulu kalian sering banget jalan bareng pas waktu kuliah," terang Selina lagi.

Ilona dan Luke adalah teman yang lumayan dekat pas waktu kuliah dulu. Mereka sering jalan bareng dan mengerjakan tugas kuliah bersama. Saat itulah Ilona mulai menyukai sosok tampan Luke. Baginya, Luke adalah pria yang berbeda dari sekian banyaknya pria yang ia kenal.

Namun, cintanya tidak berbalas. Luke menolak Ilona dengan alasan telah mempunyai wanita pujaan. Kecemburuan Ilona semakin memuncak kala ia tahu bahwa wanita pujaan Luke adalah adiknya--Asha. Sejak saat itu hubungan kakak-beradik itu mulai merentangkan jarak.

"Yah, mau gimana lagi Tante. Semuanya udah terjadi. Oh yah, kalau gitu Ilona tutup dulu yah. Ilona masih ada kerjaan. Bye Tante."

Ilona langsung menutup telpon. Tatapannya seketika menajam seiring seringaiannya semakin lebar. Ia langsung memasuki taxi yang baru saja ia hentikan.

"Ke perusahaan Watson Group, Pak," ucap Ilona memberitahu alamat tujuan.

***

Seorang wanita berada di kamar mandi dengan benda panjang berwarna putih di tangannya. Ia memejamkan mata, ini adalah test pack yang kesekian kalinya. Ia berharap keajaiban datang dan benda ditangannya itu bisa memberi ia dua garis biru.

Perlahan ia mulai membuka kelopak matanya seiring terus melafazkan doa dalam hati.

Criiing!

Kelopak matanya terangkat sempurna, untuk hitungan tiga detik, Asha bergeming dengan otak terus mencerna apa yang ia lihat di bawah sana.

Untuk kesekian kalinya pula ia menghela napas panjang dengan kedua pundaknya ikut menurun lemah. Tangannya yang memegang test pack yang menampilkan satu garis biru itu pun ia letakkan ke atas wastafel bersama test pack lainnya yang juga menampilkan satu garis.

Asha menatap dirinya di pantulan cermin, kekecewaan masih menemaninya setelah tiga tahun lamanya. Kapan harapannya segera datang?

Di tengah kemurungannya, ponselnya membunyikan notifikasi yang ternyata pesan dari sang suami.

@Luke_Watson

(Honey, jangan lupa untuk berdandan dengan cantik. Aku akan memberi suprise besar malam ini.)

Pesan itu berakhir dengan emoticon love dan satu pesan kembali masuk, sebuah stiker Luke yang sedang melakukan kiss bye. Membuat Asha seketika melengkungkan bibir tanpa sengaja.

Suaminya itu selalu bisa mengembalikan senyumannya yang sempat memudar. Asha menarik napas dalam lalu kembali menatap dirinya di cermin. Ia mengulas senyum lebar dan memastikan bahwa malam ini, ia tidak akan mengecewakan Luke.

Di jalanan kota yang padat, sebuah taxi menepi tepat di depan gedung yang tingginya hampir mencapai langit. Seorang wanita keluar dari taxi itu dengan menenteng sebuah tas kecil yang di dalamnya terdapat kotak makanan.

Ia terus berjalan dan memasuki lobi menuju meja resepsionis. Dengan senyuman yang terus melengkung indah, ia berkata.

"Aku teman dekatnya Tuan Luke Watson dan ingin bertemu dengannya."

"Baik, Nona. Silahkan, Tuan Luke berada di ruangannya," ucap sang resepsionis ramah.

Tanpa mengucapkan terima kasih, Ilona melangkah dengan anggun memasuki lift. Hatinya berdebar tidak sabar ingin segera bertemu dengan lelaki pujaan.

Pintu lift terbuka, wanita berambut pendek itu langsung melangkah keluar menuju ruangan sang direktur. Tanpa memudarkan senyuman lebarnya, ia mulai mengetuk pintu. Beberapa saat, terdengar dari dalam yang memerintahkannya untuk masuk.

Ilona membuka daun pintu, hatinya berdesir hangat saat melihat lelaki pujaannya terlihat begitu berkharisma ketika sedang pokus dengan pekerjaannya.

"Apa aku menganggu waktumu?" tanyanya seraya menutup pintu dan berjalan mendekati meja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   41. In Belgium II

    "Kita mau ke mana?" tanya Asha seraya menghentikan tarikan tangan sang suami. Luke menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sang istri yang masih menampakkan rasa takut. "Ke atas. Jika hanya di sini, kita tidak bisa melihat hal yang lebih menakjubkan lagi," terang Luke dengan senyum lebar. Bukannya berbinar atau antusias atas keterangan suaminya, Asha malah semakin mengerutkan dahi sembari menggigit bibir saat matanya menjelajahi eskalator yang bergerak ke atas membawa beberapa orang yang menaikinya. "Ayo." Luke kembali menarik tangan Asha. Namun kembali berhenti ketika wanita itu menolak ajakannya. Saat Luke menoleh lagi, ia langsung disambut gelengan kepala oleh istrinya. Membuat lelaki itu mengembuskan napas samar. "Bagaimana jika kita menunggu orang-orang itu untuk turun dulu. Baru kita ke atas," usul Asha. Mengetahui jika sang istri masih ditakuti oleh perasaannya akan robohnya bang

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   40. In Belgium

    "Luke, ke mana kau mau membawaku? Biarkan aku tetap membuka mata dan melihat keindahan di negara ini," protes Asha yang entah sudah ke berapa kali. Ia kecewa karena sejak turun dari mobil sampai sekarang ia masih tidak bisa menikmati pemandangan di sekitarnya."Kenapa kau begitu cerewet Asha? Tidak bisakah kau membiarkan aku melancarkan kejutan?" Luke menahan tangan istrinya yang hendak membuka penutup mata.Di tengah mata tertutup itu, Asha mengerutkan kening. "Kejutan apa? Bukankah kau berjanji tidak akan merencanakan kejutan lagi?"Luke mendesah mendengar sang istri yang belum juga berhenti bicara. Dengan embusan napa kecil, ia mencoba sabar. "Kali ini beda. Kau bersamaku, jadi otomatis keselamatanmu terjamin.""Sudah jangan bicara lagi. Kau akan tau setelah kita sampai di sana," lanjut Luke yang kembali menuntun tubuh sang istri untuk kembali berjalan.

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   39. Menghangatkan Ranjang

    Luke membuka pintu kamar, tepat pada saat itu ia melihat Asha tengah merapikan kasur yang sepertinya tidak menyadari kedatangan dirinya.Dengan senyum yang telah terpasang, Luke menutup pintu dengan pelan tanpa memberi suara. Dengan langkah pelan juga ia menghampiri sang istri dan langsung memeluknya dari belakang.Asha yang tengah pokus dengan pekerjaannya, otomatis terkejut ketika sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Ia baru bisa bernapas lega setelah melihat siapa pelakunya."Luke, kenapa kau begitu suka mengejutkanku? Kau bahkan masuk tanpa bersuara," sungut Asha yang kembali melanjutkan kegiatannya tanpa mempedulikan sang suami yang semakin mengeratkan pelukan."Aku tidak mengejutkanmu. Kau sendiri yang terlalu pokus dengan pekerjaanmu sampai kau tidak menyadari kepulanganku," timpal Luke dengan nada tidak terima.Mendengar pernyataan dari sa

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   38. Pertolongan Pertama

    "Asal kau tau, butuh usaha keras untuk tidak memelukmu saat itu, Asha. Bagaimana bisa kau mengatakan jika aku tidak merindukanmu lagi?" ujar Luke setelah melepaskan tautan bibir mereka. "Lalu kenapa kau mengacuhkanku?" Pertanyaan itu membuat Luke merubah ekspresi, otaknya mengingat saat ia berada di pesawat ketika hendak pulang dari hanymoon. Entah ide dari mana ia ingin membuat kejutan yang benar-benar tidak terduga kepada sang istri. "Untuk memberimu kejutan di hari ulang tahunmu," sahut Luke setelah beberapa saat. "Ulang tahunku?" ulang Asha sebelum menggerakkan bola matanya ke sudut, setelah beberapa saat mengingat, ia tersenyum dan kembali menatap sang suami. "Aku bahkan tidak ingat jika hari ini adalah ulang tahunku. Sikapmu yang tiba-tiba berubah membuat pikiranku teralih, Luke." Asha memajukan bibir tanda protes.  

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   37. Rasa Bersalah

    "Asha, kau tidak apa-apa?" Luke membantu istrinya duduk dengan hati-hati.Suara ringisan berhasil membuat kekhawatiran Luke semakin memuncak. "Ada apa? Apa yang sakit?"Bukannya menjawab, Asha malah menatap sang suami begitu dalam, bola matanya bergerak menjelajah setiap inci tubuh suaminya."Kau tidak terluka?" tanyanya seraya menyentuh wajah suaminya dengan penuh keharuan. Air matanya kembali merembes keluar, ia lega karena masih bisa melihat sang suami.Luke memegangi tangan yang terasa dingin di wajahnya lalu kemudian mengecup telapak tangan itu. Setelah itu ia langsung memeluk erat tubuh istrinya."Maafkan aku Asha. Maafkan aku, jika aku tidak merencanakan kejutan konyol itu. Mungkin sekarang kau tidak terluka seperti ini. Aku benar-benar payah karena telah membawamu ke lubang bahaya," ungkap Luke seraya membaui aroma sang istri. Ia semakin meme

  • Maduku adalah Kakakku Sendiri   36. Pencarian

    "Kenapa kita berhenti di sini? Bukankah kita harus pergi ke hotel Admaja?" ujar Asha di tengah sesenggukan akibat terlalu khawatir akan kabar yang begitu mengejutkan.Asha celingak-celinguk menatap ke sekeliling dengan kerutan tebal di dahi. Karena mobil itu kini berhenti di pinggir jalan yang di kelilingi oleh hutan belantara.Tiba-tiba ia mengalihkan pandangan ke depan, tepat ke kaca spion tengah saat ia mendengar suara tawa menggema dari sang supir."Apakah kau sangat berharap jika suamimu celaka?"Mencium bau mencurigakan, barulah Asha mulai berpikir di otaknya. "Siapa sebenarnya kau? Di mana Luke?" teriak Asha yang tidak sabaran."Tenanglah Nyonya. Siapa yang bisa mencelakai suamimu itu, hah? Seharusnya sekarang kau pikirkan keselamatanmu sendiri." Setelah menyelesaikan kalimatnya, pria bertopi hitam itu turun dari mobil dan membuka pintu belaka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status