Beranda / Romansa / Magang di hati CEO tampan / Bab 127 - Suara dari Masa Lalu yang Hangat

Share

Bab 127 - Suara dari Masa Lalu yang Hangat

Penulis: Dacep
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-01 18:00:46

​Beberapa hari setelah konfrontasi dengan Sandra, kedamaian yang sesungguhnya akhirnya mulai terasa di rumah baru Alya. Bukan lagi kedamaian yang rapuh, melainkan ketenangan yang lahir dari rasa aman dan saling percaya. Atmosfer di antara Alya dan Arka telah berubah total. Mereka kini bergerak di sekitar satu sama lain dengan kelembutan dan pengertian yang baru ditemukan.

​Pagi itu, Alya sedang duduk di sudut kerjanya, dengan serius membuat laporan bahwa ia akan mulai bekerja kembali, dan membuat pofosal untuk klien-klien “Warga Maju”-nya. Arka, yang memutuskan untuk bekerja dari rumah hari itu, duduk di seberang meja kerja yang besar, sibuk dengan laptopnya sendiri. Keheningan di antara mereka terasa nyaman dan produktif. Bara sedang bermain di taman belakang di bawah pengawasan Mbak Rini. Semuanya terasa begitu normal, hingga Alya sendiri nyaris tidak percaya.

​Tiba-tiba, ponsel Alya berdering dengan nada dering khusus yang sudah lama tidak ia dengar. Di

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Magang di hati CEO tampan    Epilog

    ​Dua Tahun Kemudian... Garut, 15 November 2027​Udara pagi di Garut terasa jernih dan sejuk, dipenuhi aroma tanah basah sisa hujan semalam dan wangi bunga-bunga dari taman Bu Aminah. Di dalam rumahnya yang kini terasa lebih ramai, Alya sedang dengan sabar menguncir rambut seorang gadis kecil yang duduk di pangkuannya.​“Nah, sudah cantik putri Bunda,” bisik Alya sambil mengecup pipi gembil itu.​Larasati Alya Wijaya, atau Lara, putrinya yang baru berusia satu setengah tahun, tertawa riang. Ia memiliki mata ibunya yang berbinar dan senyum ayahnya yang menawan. Kehadirannya adalah penanda dari babak baru kehidupan mereka yang penuh cinta.​“Bunda! Ayah! Ayo, nanti kita terlambat!” seru sebuah suara yang tidak lagi terdengar kekanak-kanakan. Bara, yang kini sudah berusia delapan tahun, berdiri di ambang pintu, tampak gagah dengan kemeja batiknya. Ia tumbuh menjadi anak laki-laki yang cerdas, percaya diri, dan sangat menyayangi adik perempuannya.​Arka muncul di belakangnya, sudah rapi d

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 150 - Gema Kemenangan

    Alya menghabiskan sisa siang itu dalam kecemasan yang tertahan. Ia mencoba fokus menemani Bara bermain, namun sebagian pikirannya terus bertanya-tanya apa yang sedang Arka lakukan di luar sana. Ia tahu suaminya sedang berperang demi mereka, tapi ia tidak tahu seperti apa medan perang itu atau senjata apa yang Arka gunakan.​Arka pulang tepat seperti janjinya, sebelum jam pulang sekolah Bara. Saat ia melangkah masuk ke dalam rumah, Alya langsung bisa merasakan perubahan. Aura dingin dan berbahaya yang tadi pagi menyelimutinya telah hilang, digantikan oleh kelelahan yang mendalam, namun juga sebuah ketenangan yang final.​Ia tidak langsung bicara. Hal pertama yang ia lakukan adalah menghampiri Alya, mengecup keningnya lama, seolah sedang mengisi kembali energinya. Lalu ia berjalan ke kamar Bara, yang sedang asyik bermain, dan memeluk putranya itu erat-erat. Bagi Arka, ini adalah ritualnya: kembali ke pusat dunianya, ke alasan di balik semua pertarungannya.​Setela

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 149 - Menghancurkan Sumber Racun

    ​Setelah meninggalkan Alya di rumah—dengan janji bahwa ia akan berada di sana sebelum Bara pulang sekolah—Arka tidak kembali ke Arroihan Tower. Ia meminta sopirnya untuk menuju ke sebuah gedung perkantoran butik di kawasan bisnis Kuningan. Alamat yang ia dapatkan dari Vira semalam. Alamat kantor redaksi portal gosip ‘Jakarta Socialite Scene’.​Di dalam mobil, ia melakukan beberapa panggilan telepon lagi, suaranya dingin dan efisien.​“Vira, bagaimana hasilnya?”​“Sudah siap, Pak,” jawab Vira dari seberang telepon. “Penulis artikel itu bernama Desi Puspita. Jurnalis lepas. Kami sudah melacak aliran dananya. Ada dua transferan besar masuk ke rekeningnya tiga hari yang lalu dari sebuah rekening atas nama perusahaan cangkang. Dan setelah digali lebih dalam, perusahaan cangkang itu ternyata dimiliki oleh asisten pribadi Ibu Liana.”​Arka tersenyum tipis. “Bagus. Kirimkan semua buktinya ke emailk

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 148 - Parade Kepala Tegak

    Malam itu, tidur terasa seperti sebuah kemewahan yang mustahil. Alya terus-menerus membolak-balikkan badannya, setiap kali ia memejamkan mata, kalimat-kalimat berbisa dari artikel itu kembali terngiang di kepalanya. Di sampingnya, Arka juga tidak tidur. Ia tidak menyentuh Alya, memberinya ruang, namun Alya bisa merasakan kehadiran suaminya yang waspada, seperti seekor singa yang sedang berjaga di mulut gua.​Pagi harinya, saat Alya bercermin, ia melihat bayangan wanita yang tampak lelah dengan mata yang sedikit bengkak. Ia merasa rapuh, terekspos, dan sama sekali tidak ingin meninggalkan rumah. Ia ingin bersembunyi di bawah selimut bersama Bara dan tidak pernah keluar lagi.​Tepat saat itu, Arka masuk ke kamar, sudah rapi dengan setelan kerjanya yang tajam. Ia membawa secangkir teh hangat untuk Alya.​“Aku tahu ini sulit, Sayang,” katanya lembut, seolah bisa membaca pikiran Alya. “Aku tahu kamu ingin sekali bersembunyi. Tapi hari ini, kita tida

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 147 - Perang di Dunia Maya

    ​Pelukan Arka terasa seperti satu-satunya hal yang nyata di dunia yang tiba-tiba terasa begitu rapuh. Alya menyandarkan kepalanya di dada suaminya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu kencang. Gema teriakan Sandra dari telepon tadi seolah masih tertinggal di udara, meracuni kedamaian akhir pekan mereka.​“Dia tidak akan berhenti, kan?” bisik Alya.​Arka mengelus punggung istrinya dengan lembut. “Tidak,” jawabnya jujur, suaranya terdengar berat. “Tapi kita juga tidak akan berhenti melawannya. Aku tidak akan membiarkannya menang, Al. Tidak lagi.”​Malam itu, mereka menghabiskan waktu dengan lebih banyak diam. Bukan keheningan yang canggung, melainkan keheningan dua prajurit yang sedang mengumpulkan kekuatan setelah pertempuran pertama. Mereka tahu perang sesungguhnya baru saja dimulai.​Keesokan harinya, hari Minggu, Arka bersikeras untuk membuat hari itu senormal mungkin demi Bara. Ia mengajak mereka ke seb

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 146 - Gema di Rumah

    ​Alya pulang ke rumah dengan perasaan menang. Ia telah berhasil melewati rapat komite yang menegangkan, tidak hanya dengan bertahan, tetapi dengan secara aktif mengubah dinamika di dalamnya. Ia merasa kuat, kompeten, dan setara. ​Arka menyambutnya di pintu, seolah sudah bisa merasakan perubahan energi istrinya. “Bagaimana hasilnya, partner?” tanyanya dengan senyum penuh antisipasi. ​“Jauh lebih baik dari yang kita duga,” jawab Alya, senyum kemenangan terukir di bibirnya. Ia menceritakan setiap detail rapat itu—penolakan halus Liana, intervensi cerdas Seraphina, dan bagaimana proposalnya diterima dengan baik oleh anggota lain. ​Arka mendengarkan dengan tatapan bangga. “Aku tahu kamu bisa melakukannya,” katanya, tangannya terulur untuk merapikan helai rambut di pipi Alya. “Sekarang, Liana tidak bisa lagi meremehkanmu. Kamu bukan hanya ‘istri Arka’, kamu adalah kontributor berharga bagi komite itu.” ​“Dan Seraphina…” Alya berhenti sejenak. “Aku masih tidak tahu harus berpikir apa tent

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status