Share

Bab 9 : Jangan Salahkan Aku

Qinan menghela nafasnya panjang. Ia hanya bisa menatap kepergian Satya tanpa menahannya dengan sepatah katapun. Sepertinya bicarapun untuk apa, Qinan siapa bagi Satya saat ini?

Ya, walaupun sebenarnya ingin ia berteriak meminta Satya agar tak perlu mengejar Sofiana. Lalu membeberkan kelakuan wanita pujaan Satya yang sesungguhnya. Tapi mana bisa?Lagi-lagi Qinan itu siapa bagi Satya? Punya posisi apa ia di hati Satya? Dan yang jelas, punya bukti apa?

Baiklah, untuk saat ini biar Qinan tahan dan perpanjang stok kesabarannya dulu. "Perjalananmu baru akan dimulai, Qinandra Larasati. Bermainlah dengan cantik kalau perlu lebih cantik dari permainan Sofiana itu," lirih Qinan. Ia tersenyum smirk kemudian. "Cih, airmata buaya." Rasanya Qinan ingin tertawa saat melihat akting Sofiana tadi, menangis? Wow.

Ya, mungkin Qinan juga nantinya harus belajar demikian.

°°°

Sementara Qinan melewati malamnya sendirian di Rumah Sakit. Satya dan Sofiana kini tengah berdua di apartemen milik Satya, yang saat ini ditempati Sofiana. Satya terpaksa ke sana karena ia rasa itu adalah tempat terbaik keduanya bicara dengan kepala dingin tanpa merasa terganggu oleh apapun dan siapapun. Di sini mereka bebas menyuarakan apa saja, pun Satya bebas melakukan apapun pada Sofiana.

"Aku hanya takut kamu berpaling dariku, biar bagaimanapun gadis itu lebih muda dariku. Dan kalau aku lihat-lihat dia cukup cantik," ujar Sofiana setelah perdebatan panjang mereka. Sofiana berucap lirih sambil menunduk. Satya raih dagu Sofiana agar menghadap ke arahnya, ia seka lembut airmata yang mengaliri pipi putih Sofiana.

"Dari dulu aku selalu di kelilingi wanita cantik. Tapi dari dulu juga aku hanya mencintaimu, Sof. Kamu tau aku sangat mencintaimu, dan jatuh cinta bukan keahlianku." Satya katakan itu dengan menatap dalam kedua netra hitam Sofiana.

"A-aku hanya takut kehilangamu Sat," ucap Sofiana lagi. Untuk satu hal ini Sofiana memang sungguh-sungguh mengatakannya. Memang tulus dari dalam hatinya. Ia memang takut Satya mulai mencintai Qinan.

Sofiana memang mencintai Satya, biarpun cintanya tak lagi tulus seperti semula, tapi tetap saja melibat Satya mulai perhatian pada wanita lain membuat hati Sofiana merasakan cemburu. Apalagi jika mengingat posisinya yang belum menjadi apa-apanya Satya, ia merasa posisinya sedikit terancam.

"Kalau begitu menikahlah denganku. Maka ketakutanmu akan berakhir," pungkas Satya. Satya juga lelah menjalani hubungan tanpa status dengan wanita yang begitu dicintainya. Ia ingin menempatkan wanita itu di posisi yang seharusnya. Sebagai istrinya.

"Kamu bahkan sudah menikah dengan perempuan lain Sat,"

"Aku akan menceraikannya segera lalu menikah denganmu. Jangan pusingkan itu,"

Andai itu dulu, jelas Sofiana langsung anggukan kepalanya dan menyerukan kata 'ya' dengan yakinnya. Tapi sekarang semuanya berbeda, hinaan keluarga Satya dulu masih terngiang jelas di memory otak Sofiana. Begitu dalam dan menyayat, sampai membelokkan cinta Sofiana yang dulunya tulus menjadi keruh bercampur sebuah dendam yang akan ia tuntaskan.

Sofiana menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Satya. Jelas itu membuat dahi Satya berkerut, cekalan di dagu Sofiana mengendur, seiring tatapan teduh Satya yang juga memudar menjadi keraguan.

"Kalau begitu semua yang kamu ucapkan tadi bohong. Kamu nggak takut kehilanganku sama sekali," tegas Satya yang mulai malas membahas hal serupa. Sofiana selalu menolak saat Satya mengajaknya menikah.

"Bukannya aku nggak mau menikah sama kamu Sat. Aku mau, aku mau menikah dan jadi istri sahmu juga. Tapi aku tanya sekarang, apa orang tuamu akan merestuinya? Apa mereka akan memberi restu jika kamu menikah dengan wanita kelas rendahan seperti aku ini sekarang?"

Alasan itu lagi, dan selalu itu yang Sofiana lontarkan. Satya sampai tak paham apa itu hanya alasan atau memang betul sumber kegundahan Sofiana.

"Aku yakin mereka nggak akan setuju Sat, nggak akan! Mereka tetap sama, hanya menganggapku sebagai wanita murahan yang menikah sama kamu kareja mengincar hartamu."

"Berhenti bicarakan itu Sof! Aku tau kamu bukan wanita seperti itu."

"Tapi sayangnya mereka nggak tau Sat, bahkan kamu sendiri nggak bisa menyakinkan mereka kalau aku bukan wanita seperti itu Sat."

Satya menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian membuangnya dengan kasar. Satya kini berusaha meyakinkan Sofiana lagi, ia raih kedua bahu Sofiana dengan tangannya. Ia tatap netra hitam wanitanya dalam-dalam. "Aku mohon maafkan ucapan orangtuaku, maafkan mereka Sof. Kalau kamu terus seperti ini, hanya akan menghambat laju hubungan kita kedepannya. Aku ingin segera menikah denganmu, hanya itu."

"Aku juga sama. Tapi bukan dengan status wanita rendahan seperti yang orangtuamu katakan, melainkan dengan status yang sepadan." Sofiana turunkan kedua tangan Satya dari bahunya, pelan. "Mulai besok aku akan bekerja di ZaZ.group. Aku harap kamu nggak menghalangi niatku," ucap Sofiana dengan tegas.

"A-Apa? ZaZ.group? Kalau kamu mau bekerja bisa denganku langsung Sof, kenapa harus ZaZ.group?" Satya menatap Sofiana dengan kecewa.

Sofiana mendecih pelan. "Kalau aku bekerja denganmu, sama aja nggak akan merubah apapun tentang pandangan orang tuamu terhadapku Sat. Aku harap kamu mengerti dengan keputusanku. Aku hanya ingin bisa bersanding denganmu dengan kata layak untuk mereka. Dituding benalu dan wanita yang hanya mengincar hartamu itu nggak enak Sat, sakit!"

'Terlalu sakit, sampai perkataan itu sendiri akhirnya menjadi tujuanku menjalin hubungan denganmu Sat.'

'Jangan salahkan aku jadi begini Sat, itu semua karena do'a yang selalu mereka lontarkan terang-terangan di depanku. Yang aku lakukan ke depannya hanya sebatas mengabulkan do'a dan keinginan mereka.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status