Aisha menghirup aroma teh hangat yang disajikan oleh salah satu waiters. Entah sejak kapan ia tidak lagi menyentuh atau bahkan sekedar duduk di tempat yang membuatnya melupakan masalah menjeratnya."Gila ya itu perempuan berani-beraninya dia datang ke kantor cuma meminta sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan padamu." Geram Wina. Seandainya hari itu dia di kantor tentu orang pertama yang akan temui Esti adalah Wina, tangannya sudah gatal untuk memberikan pelajaran pada wanita yang sudah menghancurkan rumah tangga sahabatnya."Dia tidak akan pernah mendapatkan apa yang diinginkan, jika dia tidak gila mana mungkin dia bisa merebut suamiku. Sebenarnya bukan salah Esti tapi juga salah suamiku karena dia mudah tergoda dengan daun muda seperti Esti.""Haha, daun muda dari mana? Mungkin umurnya masih muda tapi lihatlah cara makeup dan berpenampilannya yang oh, sungguh melebihi kita yang sudah dewasa. Aisha, apa Ferdi tidak datang untuk menemui kamu untuk meminta maaf begitu?" "Entahlah,
Di sisi lain Ferdi baru saja keluar dari rumah mewah ibu mertuanya. Senyum tercetak jelas di sana semua bisa di lakukan asal ada niat dan keberanian, jika ada seorang sutradara tentu akan memberikan tawaran untuk bermain drama dengan bayaran yang cukup mahal.Berulang kali Ferdi mencium cek sudah di tangan sedikit drama dan air mata maka selembar kertas berisikan nominal yang di inginkan telah ia dapatkan.Semua akan merubah bukan hanya dirinya tapi ibu, istri dan mama mertuanya dengan cek itu akan merubah hidup mereka. Ibu mertuanya yang tak lain Ajeng tidak tahu jika Aisha dan dirinya akan bercerai bahkan mereka tinggal di tempat yang berbeda.Ferdi ingat dengan jelas bagaimana ia yang meminta pada ibu mertuanya untuk membantunya dalam mendapatkan dana agar bisa memenangkan gugatan lahan yang akan ia gunakan untuk pabrik baru. Tentu saja ibu mertuanya dengan senang hati bersedia memberikan apa yang di butuhkan menantunya."Bund, tapi bagaimana kalau Aisha lebih dulu tahu soal ini?"
Wulan mendelik tidak menyangka jika putrinya berani mengatakan yang sebenarnya, siapa dirinya yang suka berjudi. Tatapan tidak suka Bu Winarti membuatnya salah tingkah, Wulan merutuki sikap Esti yang asal bicara."Jadi alasan ini yang membuat kamu menjodohkan putrimu dengan anakku?" tanya Bu Winarti, sengit melihat tingkah besannya itu. Tidak menyangka jika besannya adalah wanita yang gila judi."Bukan itu, tapi ada hal lain yang membuat aku ingin menjodohkan putriku dengan putramu. Yang pasti bukan untuk menipu kalian berdua ini masalah pribadi yang tidak mungkin aku ceritakan di sini pada kalian, biarlah ini menjadi rahasiaku. Tapi yang pasti pernikahan putriku dengan putramu itu tidak ada hubungannya dengan masalahku. Ini murni karena hati Esti yang terpaut pada Ferdi mengenai kebohonganku, aku hanya ingin membantu Ferdi menyelesaikan masalahku yang ditinggalkan oleh suamiku sayang masalahnya semakin bertambah karena aku. Bu Winarti percayalah semuanya tidak seperti yang kalian p
Aisha yang sibuk berapa pertemuan dan proyek baru untuk pabrik baru miliknya. Di kota kecil adalah pilihan Alice setidaknya adanya pabrik di sana membuka peluang pekerjaan untuk warga sekitar yang terbiasa bertani. Aisha ingin anak remaja yang tidak sekolah bisa membantu perekonomian keluarga."Apa bisa di kerjakan secepatnya?" "Bisa, cuma kita akan lebih banyak membutuhkan tenaga mengingat pabrik yang ibu Aisha inginkan cukup besar dan–""Tidak masalah. Bapak seorang mandor pasti bisa mengerjakan dengan teliti dan cepat.""Tentu bisa, Bu Aisha. Jangan khawatir, saya usahakan tidak sampai setahun selesai. Mengingat permintaan anda yang tak biasa sehingga waktu mungkin bisa lebih lama. Saya akan semaksimal mungkin untuk lebih cepat selesai." "Saya percaya dengan bapak."Aisha di temani Wina dan Khandra mengelilingi perkebunan yang tak jauh dari lokasi. Tempat ini akan menjadi pabrik baru milikinya cabang dari pabrik milik pribadinya. Khandra yang tahu tujuan utama Aisha mencoba meng
Satu minggu sudah Aisha berada di luar kota dan hari ini adalah hari dimana dia akan kembali ke rumah yang sebenarnya membuatnya mengingat masa-masa bahagia sebelum kehadiran orang ketiga dalam pernikahannya. "Apa kamu ingin aku menginap di rumah?" Wina menawarkan diri untuk menemani Aisha."Istirahat di rumah, aku tahu kamu juga lelah kita akan bertemu besok di kantor.""Ya, kamu yakin akan baik-baik saja?""Hum, tidak perlu dicemaskan. Aku yakin tidak ada orang jahat. Pulanglah istirahat jangan lupa kabari aku jika sudah sampai di rumah, biar bagaimanapun kamu adalah sahabatku. Aku khawatirkan kondisi tubuhmu yang juga lelah."Wina tidak lagi bisa mengelak akhirnya ia pun pulang dengan taksi online yang di pesan mereka berdua.Langkah kaki Aisha begitu berat namun Aisha tidak mungkin bisa menghindar lagi. Aisha menghentikan langkahnya ia di kejutkan karena kehadiran wanita yang sudah melahirkan. "Bunda!""Wa'alaikumsalam, nak. Bagaimana kabarmu?""Assalamualaikum, bunda, kabarku s
Rayyan mengerutkan keningnya melihat reaksi terkejut Aisha."Ada apa sayang? Kamu tak ingin ayah dan bunda kesana? Apa ayah –""Tidak ayah, maaf. Tidak masalah aku hanya kelewat bahagia jadi berteriak spontan," Aisha tersenyum memeluk cinta pertamanya. Menyembunyikan jika hatinya yang lara.Khandra mengulurkan segelas air putih pada Aisha. Wajahnya tak bisa di bohongi ada rasa khawatir dan rasa nyeri di sana."Minumlah dulu, semua akan baik-baik saja." Aisha menerima menenggak habis minum yang di berikan Khandra."Kamu yang merencanakan ini?""Maafkan aku, Aisha.""Kamu terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga ku, Khandra. Aku tidak suka ini.""Aisha, dengarkan dulu–""Sayang, yang di katakan Khandra benar. Cara ini yang membuat kita kembali menyatu. Aku masih mencintaimu sampai kapanpun, dan hanya kamu yang pantas menjadi penghuni di dalam sana." Ferdi menunjuk dadanya.Suasana semakin hangat Aisha meninggalkan Ferdi dan memilih bergabung dengan Sekar, wanita kedua yang selalu
Ferdi memiliki kesempatan untuk mendekati Aisha dan ia pun kembali ke kamar di mana tempat yang ternyaman untuknya namun sayang Aisha menolak kehadirannya di kamar itu. "Aisha, mulai hari ini mas akan tidur di sini. Kamu tahu bagaimana Bunda yang begitu sangat menyayangi kita, aku harap dengan kehadiran Bunda di sini kamu kembali membuka hati untukku dan juga untuk Esti walau bagaimanapun dia sedang mengandung anakku dia adalah madumu anggap saja dia adalah adik–""Sementara. Hanya sementara dan tidak untuk selamanya selama bunda di sini, kamu bisa menepati kamar ini Mas tapi bukan tidur dalam satu ranjang denganku. Jadi bukan berarti harus tidur di tempat tidur yang sama, kamu bisa tidur di kursi dan aku di kasur. Mengenai Esti aku tidak akan berubah pikiran dan tentang hubungan kita pun tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti sebelumnya.""Aku yakin bunda akan menerima kehadiran Esti asalkan kamu bersedia menerimanya lebih dulu. Kenapa kamu tidak mencoba bersahabat deng
Sikap Esti yang semakin memuakan dan desakan Bu Winarti agar mereka segara membeli salah satu tanah atas nama Ferdi semakin menambah kekesalan Aisha.Ajeng yang merasa jika ada sesuatu tak beres dalam rumah tangga putrinya pun tak bisa mencari tahu, sikap Ferdi yang begitu perhatian dan manjanya Esti padanya menimbulkan tanya besar dalam diri Ajeng. Lagi, sebagai Ibu tentu aja tidak bisa mengambil keputusan sepihak tanpa tahu permasalahan yang sebenarnya terjadi karena ia pun tak memiliki bukti siapa Esti yang sebenarnya karena yang ia tahu Esti adalah sepupu Ferdi yang dititipkan kepada besannya."Mas, susu hamil yang sudah habis. Jangan lupa beli ya, kasihan anak kit–" Esti menutup mulutnya tersadar jika hampir saja keceplosan."Ya, dek, nanti mas beliin. Sayang, kamu mau di belikan apa nanti?" Ferdi mendekati Aisha dan memeluk pinggang wanita yang masih ia cintai meski terlihat Aisha keberatan."Tidak, ada.""Kamu yakin tidak ingat sesuatu?""Tidak. Yang aku inginkan saat ini untu