Home / Romansa / Mahligai Abu dan Berlian / BAB 40: KABAR BAHAGIA

Share

BAB 40: KABAR BAHAGIA

Author: ryoonella
last update Last Updated: 2025-12-18 04:30:37

Kunjungan ke dokter kandungan keesokan harinya mengkonfirmasi segalanya. USG pertama menunjukkan gambar samar-samar yang membuat hati mereka berdesir.

“Ini jantungnya berdetak kuat. Semuanya tampak baik,” kata dokter dengan senyuman meyakinkan.

Ayu menatap layar monitor, air matanya mengalir tanpa suara. Sebuah kehidupan kecil tumbuh di dalamnya, sebuah keajaiban setelah semua penderitaan.

“Denger nggak? Detak jantungnya,” bisik Bima, tangannya menggenggam erat tangan Ayu.

“Kehidupan baru tumbuh dari cinta yang diperbarui.”

Berita kehamilan itu dengan cepat menjadi rahasia umum yang membahagiakan. Seluruh keluarga diselimuti kegembiraan yang jarang mereka rasakan.

Ratma di panti jompo menjadi lebih bersemangat. Dia mulai merajut selimut kecil, meski tangannya sudah tidak stabil.

“Ini buat cucuku. Warna biru dan merah, ya. Siapa tau kembar,” katanya pada perawat dengan mata berbinar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 45: KELAHIRAN ANAK KETIGA

    Kehamilan ketiga Ayu jauh lebih mudah dari yang pertama. Namun tekanan bisnis dan mengasuh dua balita membuatnya tetap lelah.“Aku kayak truk engkel yang diminta angkut kontainer,” keluhnya suatu sore sambil merebahkan diri di sofa.“Makanya, cuti aja dulu. Urusan kantor aku yang handle,” usul Bima sambil memijat kakinya.“Nggak bisa. Proyek dengan mitra Eropa lagi krusial. Aku harus tetap involved.”Mereka menemukan ritme baru. Ayu kerja dari rumah, Bima ke kantor tapi pulang lebih awal. Dion dan Mbah Nani membantu jaga Alika-Kania.Ratma bahkan pindah sementara ke rumah mereka. Dia tinggal di kamar tamu, ingin lebih terlibat dalam persiapan kelahiran cucu ketiganya.“Dulu aku nggak bisa dampingin kamu waktu lahirin Bima. Sekarang aku mau tebus,” katanya dengan tekad.Hari perkiraan lahir semakin dekat. Namun bayi ketiga ini rupanya ingin datang lebih cepat. Kontraksi dimulai saat tenga

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 44: PENGAKUAN PUBLIK

    Setahun setelah krisis, perusahaan mengadakan acara tahunan dengan skala besar. Kali ini, untuk merayakan ketahanan dan masa depan baru.Ayu, sebagai pemimpin, diminta memberikan pidato utama. Dia memutuskan untuk tidak hanya berbicara tentang angka, tetapi tentang nilai.“Malam ini, saya tidak akan bicara soal laba atau rugi. Saya mau bicara soal makna,” bukanya di depan ratusan karyawan dan mitra.“Karena perusahaan ini selamat, bukan karena kita genius. Tapi karena kita punya ‘mengapa’ yang kuat.”Dia kemudian menceritakan kisahnya dengan jujur. Tentang masa kecil di panti asuhan, pernikahan yang dipaksakan, hingga perjuangan menemukan kebenaran.Beberapa tamu terlihat terkejut. Ini adalah pertama kalinya Ayu membuka masa lalunya secara publik.“Saya adalah Anastasia Widjaya. Tapi saya juga Ayu, anak panti yang beruntung masih bisa berdiri di sini.”Bima berdiri di samping panggung, m

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 43: UJIAN BISNIS

    Pasar saham mengalami gejolak tak terduga. Sebuah perusahaan teknologi besar kolaps, menarik banyak sektor lain ke dalam krisis likuiditas.Perusahaan keluarga Ayu dan Bima terkena imbas. Harga saham mereka anjlok 30% dalam dua hari perdagangan.“Kita harus tenang. Panik cuma bakal bikin keadaan makin parah,” nasihat Paman Li dalam rapat darurat.“Tapi pemegang saham minoritas udah pada jual. Kalau terus begini, kita bisa diambil alih,” tambah Bima, wajahnya tegang.Ayu yang hadir melalui video call dari rumah mendengarkan dengan saksama. Dia menggendong Kania yang sedang rewel.“Pertama, kita kumpulin tim. Kedua, kita analisis arus kas. Jangan sampai operasional terganggu.” Ayu berbicara dengan tenang yang menular.Mereka bekerja sepanjang malam. Dion bahkan membatalkan ujiannya untuk membantu menganalisis data. Solidaritas keluarga diuji dalam tekanan.“Laporan ini nunjukkin, kita masih kuat

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 42: PERUBAHAN RATMA

    Ratma mulai kunjungan rutin tanpa didampingi perawat. Dokter mengizinkannya, melihat perkembangan kesehatan mental dan fisiknya yang signifikan.Dia datang setiap Rabu, selalu membawa sesuatu. Kadang kue buatannya yang sedikit gosong, kadang buku cerita anak.“Nenek baca buku, ya. Tapi suaranya udah jelek,” katanya pada Alika yang mendekut di pangkuannya.Alika memandangnya dengan mata bulat, seolah mengerti. Ratma tersenyum, sebuah ekspresi lembut yang jarang terlihat di wajahnya.Kania lebih aktif, selalu meraih rambut atau kalung Ratma. “Ini cicit yang nekat. Kayak ibunya dulu,” komentar Ratma sambil tertawa.Hubungan mereka berkembang dengan cara yang tak terduga. Ratma belajar menjadi pendengar, bukan pengatur.“Aku dulu salah, Ayu. Aku pikir keluarga cuma soal kendali dan warisan,” akunya suatu sore di taman.“Sekarang Ibu pikir apa?” tanya Ayu sambil menyuapi Kania bubur.&

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 41: MASA ADAPTASI

    Membawa pulang bayi kembar ternyata jauh lebih menantang dari yang dibayangkan. Ayu dan Bima seperti hidup dalam zona waktu yang berbeda, dikelilingi botol susu dan popok.“Aku nggak pernah bayangin segini banyak cucian dari manusia sekecil itu,” keluh Bima sambil menjepit tumpukan onesies dengan mulut klip.“Ini baru dua minggu pertama. Konon katanya tahun pertama lebih berat.” Ayu membalas sambil menimang Alika yang rewel.Alika dan Kania. Nama yang mereka pilih bersama, berarti “pemimpin yang mulia” dan “terlahir dengan kemurnian”. Sebuah harapan untuk masa depan yang berbeda.“Pupnya kayak ledakan warna, ya. Aku kira cuma di iklan,” canda Dion saat berkunjung, sambil dengan gagah menawarkan diri mengganti popok.“Jangan cuma ngomong doang, aksi!” tantang Bima, melemparkan popok bersih ke arahnya.Tawa kecil mengisi rumah yang dulu sunyi. Namun di balik tawa, ada kele

  • Mahligai Abu dan Berlian   BAB 40: KABAR BAHAGIA

    Kunjungan ke dokter kandungan keesokan harinya mengkonfirmasi segalanya. USG pertama menunjukkan gambar samar-samar yang membuat hati mereka berdesir.“Ini jantungnya berdetak kuat. Semuanya tampak baik,” kata dokter dengan senyuman meyakinkan.Ayu menatap layar monitor, air matanya mengalir tanpa suara. Sebuah kehidupan kecil tumbuh di dalamnya, sebuah keajaiban setelah semua penderitaan.“Denger nggak? Detak jantungnya,” bisik Bima, tangannya menggenggam erat tangan Ayu.“Kehidupan baru tumbuh dari cinta yang diperbarui.”Berita kehamilan itu dengan cepat menjadi rahasia umum yang membahagiakan. Seluruh keluarga diselimuti kegembiraan yang jarang mereka rasakan.Ratma di panti jompo menjadi lebih bersemangat. Dia mulai merajut selimut kecil, meski tangannya sudah tidak stabil.“Ini buat cucuku. Warna biru dan merah, ya. Siapa tau kembar,” katanya pada perawat dengan mata berbinar.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status