Dengan kasar Rizal menarik Lily mundur, lalu maju kembali. Tangan kanannya meraup kerah baju Arjuna dan tangan kirinya terangkat mengepal, siap untuk memberikan Arjuna sebuah bogem mentah.
Arjuna berdiri dan menangkap kepalan tangan Rizal dengan cepat. Kemudian menurunkannya dengan gerakan pelan.
"Santai, Zal! Bini tuamu ini, salah tempat ngamuk. Nih, rambutku dipentung pake sutil panas dan pedas, jangan takut! Aku cuma minta dia bertanggung jawab aja!" ucap Arjuna sambil mengibas-ngibaskan rambutnya yang masih dialiri sedikit air.
Rizal langsung melepas kerah baju Arjuna. Ia percaya langsung, karena melihat sutil dan sedikit sambal berceceran di lantai ketika melewati dapur tadi. Perlahan emosi Rizal mulai menurun, dan ia melepas Arjuna begitu saja sambil berbalik menatap Lily.
"Ngapain lagi bengong di sini! Lanjutin masaknya," sentak Rizal pada Lily yang masih berdiri dengan raut tegan
Hampir sebulan sudah Nessa menjadi nyonya Rizal yang kedua. Selama itu juga Lily tidak pernah disibukkan dengan kegiatan memasak untuk suaminya yang luar biasa tersebut. Ia lebih banyak mengurung diri di kamar, sambil melakukan perawatan. Kapan lagi, ia memiliki waktu sesantai saat ini.Setiap hari, Nessa dengan pongahnya memperlihatkan pada Lily, bagaimana mesranya dia dan Rizal berangkat kerja berdua, pulang berdua. Makan pun kerap hanya berdua. Nessa selalu berharap Lily merasa panas dan akhirnya keluar sendiri dari rumah tersebut.Untuk sarapan pagi Rizal benar-benar sepenuhnya disiapkan oleh Nessa. Lily sendiri hanya memasak makanan untuknya dan anak-anak. Itu pun sangat jarang. Ia lebih sering membeli makanan saat mengantar dan menjemput anaknya sekolah. Untuk malam lebih sering memesan secara online. Cemohan dan nyinyiran dari Bu Erna yang mengatakan dirinya sok kebanyakan uang tak lagi digubrisnya. Menurut Lily, selama yang dia lakukan tidak mengurangi is
Rizal yang sudah sebulan merasa jauh dengan Lily, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia melangkah dengan tergesa kembali ke kamarnya untuk mencari keberadaan Nessa. Jujur saja, dalam hati ia memuji Lily yang saat ini terlihat lebih fresh dan cantik dari sebelumnya."Aku akan melakukan apapun agar Lily mau tidur denganku bukan hanya malam ini saja," pikir Rizal penuh semangat.Sampai di kamarnya pun Rizal terus terbayang wajah Lily dan perlakuan manisnya hari ini. Nessa yang tengah asik memainkan ponsel sambil berbaring langsung menegakkan badan sambil menatap suaminya penuh keheranan. Tidak biasanya Rizal seceria itu masuk kamar."Nes, aku mau minta tolong boleh?" Rizal langsung mengutarakan keinginannya tanpa basa-basi."Apasih yang enggak buat seorang suami, Mas? Bilang aja. Kamu mau minta tolong apa?" tanya Nessa langsung menyanggupi sambil menyunggingkan senyum. Rizal pun bal
"Ada apa, ini Mas? Habis Jogging kamu kok bonyok-bonyok gini sih, Nes?" Lily langsung mendekat untuk memegang bagian pipi Nessa yang nampak mengenaskan, namun Nessa langsung menjauhkan wajahnya dari jangkauan Lily."Dia dijambret pas lagi lari. Ngeledek kamu, Ly? Orang lagi kena musibah juga!"Ibu mertuanya yang langsung naik pitam mendengar pertanyaan Lily yang dianggap mengejek menantu kesayangannya."Orang nanya, Kok dibilang ngeledek sih, Bu. Ya sudah sini aku bantu bersihin memarnya, hitung-hitung ucapan terima kasih, karena kamusudah kerja keras seharian ini membersihkan kamar untukku secara gratis tadi," Lily meraih lengan Nessa untuk berdiri. Nessa mendengkus sebal mendengar ucapan Lily mengingatkan dirinya soal membersihkan kamar tadi. Sial sekali nasibnya hari ini."Ya sudah, Nes. Biar Lily bersihin tuh, luka kamu dulu. Kalung sama gelangmu yang putus kasih ke Rizal dulu biar disimpan, n
"Egois kamu, Mas!"Nessa mendengkus kesal. Rizal mengusap tengkuknya berulang kali."Nes! Kamu yang egois. Aku sudah sebulanan sama kamu, masih enggak puas juga!" jawab Rizal membuat Nessa langsung menatapnya tajam dengan mata memerah."Kamu yang enggak pernah puas, Mas!" balasnya tak kalah kasar membentak."Nes, jangan lupa. Lily itu juga istriku!""Aku tahu, Mas. Tapi bukan berarti, kamu harus ninggalin aku yang lagi sakit begini, Mas! Aku ini lagi dapat musibah. Enak aja, kamu malah mau enak-enakan sama istri tua!" sanggah Nessa tak mau kalah alasan."Sakit begitu doang, dasar kamunya aja, yang cengeng," ujar Rizal sembari menegakkan tubuh.Mata Nessa terbeliak mendengar ucapan yang keluar dari mulut suaminya. Hatinya mulai merasa kesal pada Lily. Sepertinya Lily mulai mengalihkan perhatian Rizal kembali. Nessa tidak akan membiarkan
Rasa-rasanya, baru saja Rizal memejamkan mata, tapi suara bising Abidzar dan Hessein sudah memenuhi kedua telinganya. Sambil mengerjap-ngerjapkan matanya yang terasa perih karena tidak bisa tidur dengan tenang semalaman, Rizal bangkit lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.Ternyata hari sudah pagi. Abi dan Husen sudah mengenakan seragam sekolah masing-masing, meskipun masih belum rapi total."Kok Papa tidurnya di sini?" Abi dan Husen mendekat. Di belakang kedua bocah polos tersebut Bu Erna dan Nessa sama-sama menatap pada Rizal dengan arti yang berbeda.Bu Erna meminta menatapnya meminta penjelasan sedangkan Nessa menatap Rizal tajam seolah berkata 'awas kamu!' Rizal mengusap tengkuk mencari alasan."Oh, i-iya. Ketiduran. Tadi malam ... Papa kepanasan di kamar. Iyakan, Nes?" Rizal menatap Nessa sambil tersenyum. Nessa yang tak mau terlihat egois di depan Bu Erna pun langsung tersenyum sok bijak.
Lelaki tersebut membalikkan badan."Kak Juna!" tanpa sadar Lily menyebut nama kakak iparnya dengan suara tercekat.Tubuh Lily kembali membeku saat menyadari lelaki yang berbicara dengan nada ketus itu benar-benar Arjuna, kakak ipar yang memang tak pernah ramah terhadapnya. Sekilas tadi pagi Lily melihat Arjuna mengenakan baju senada, kemeja lengan panjang berwarna biru malam. Arjuna memang tadi terlihat berangkat pagi-pagi sekali meninggalkan rumah, sampai-sampai dia melewatkan sarapan begitu saja.Ah, Lily menepuk jidatnya. Tadi di luar, kenapa dia hanya memperhatikan warna mobil, dan tidak memperhatikan nomor platnya.Nomor ponsel pun, sangking tak pentingnya seorang Arjuna, Lily tak pernah bertanya apalagi menyimpannya. Arjuna pun nampaknya sampai hari ini tidak menyimpan nomor ponselnya karena itu mereka tidak bisa membaca bahwa Lily calon penyewanya. Selain itu, Lily juga telah menyetting foto profilnya hanya bisa dilihat oleh
Sial bagi Lily. Niat mencari tempat melepaskan diri dari rumah lama, malah menjeratnya ke dalam masalah baru yang diciptakan oleh Arjuna."Apa-apa'an sih, Kak Juna? Jangan mengambil kesempatan!"Gantian Lily yang berdiri, menatap Arjuna yang malah mengeluarkan ponsel dari saku celana."Aku sih, punya dugaan sendiri. Tapi, aku mau dengar langsung dulu dari mulutmu. Hitung-hitung buat ngukur tingkat instingku," ucap Arjuna membuat Lily mulai penasaran. Tapi ia tetap memilih bungkam. Apalagi ia melihat Arjuna memegang ponsel. Lily takut, Arjuna merekam dan melaporkan pada adik dan ibunya bila harus berbicara jujur. Bisa mati digantung dia."Masih enggak mau ngomong? Ya sudah enggak usah pulang! Aku telpon Mang Dirman, biar enggak usah bukain pintunya sampai besok pagi!" ucap Arjuna acuh sambil mengusap layar ponsel, bersiap menghubungi Mang Dirman yang diduga Lily adalah lelaki paruh baya yang menyambut kedatangannya tadi."Jangan macam-macam Kak Juna,
Lily mendongakkan wajah menatap Arjuna lekat. "Maksudnya aku harus patuh sama Kak Juna begitu? Kalau aku enggak mau?""Akan kuberitahukan sepulang dari sini, bahwa kamu menipu mereka semua!" ancam Arjuna sambil berdiri dan menatap Lily tajam.Wajah Lily berubah pucat. Sikap Arjuna benar-benar tidak bisa ditebak olehnya. Sebentar seperti melindungi, sebentar mengancam. Arjuna seperti orang berkepribadian ganda di mata Lily."Dari sisi mana aku harus yakin, bahwa Kak Juna benar-benar akan membantuku? Jangan-jangan Kak Juna hanya ingin mengerjaiku?" tanya Lily masih sangsi karena belum bisa menebak Arjuna benar-benar baik atau hanya sedang berpura-pura baik."Terserah kamu! Mau darimana saja. Pilihanmu cuma ada dua, mau kubongkar rahasiamu hari ini juga atau ikuti patuh sama perkataanku?"Ya ampuuun!Dua-duanya pilihan yang buruk bagi Lily. Tapi dia juga benar-benar takut Arjuna membongkar semuanya sebelum dia pergi."Oke ... okee ..