Dalam hati ia menaruh sedikit rasa curiga pada Arjuna. Kenapa dia terlihat begitu mendukung perceraian Lily dan Rizal? Jangan-jangan dugaan Rizal benar. Arjuna dalang di balik semuanya. Jika itu benar, Nessa akan kerja keras untuk membuktikan setelah Rizal cerai nanti. Tujuannya tentu saja ingin segera mendepak Arjuna dari rumah tersebut agar ia lebih leluasa.
"Gimana? Jadi disimpan?" tanya Arjuna sambil mengaduk-aduk kopi dalam gelas. Nessa hanya berdehem, lalu kembali ke depan menemui s
Nessa kembali ke rumah dengan langkah yang dibuat selemas mungkin. Sampai di depan pintu, ia melirik sebentar pada Arjuna, yang sedang memanaskan mesin mobil sambil menepuk-nepuk tempat duduknya.Nessa buru-buru masuk ke dalam rumah berniat langsung mengurung diri di kamar. Bu Erna yang melihat gelagat Nessa agak aneh, langsung menghampiri."Kenapa kamu enggak kerja, Nes?" tanyanya sambil nyelonong masuk karena pintu kamar Nessa masih terbuka."Capek, Bu. Enggak enak badan," jawabnya agak ketus karena Bu Erna bertanya seperti orang sewot. Padahal baru sehari ia tidak bekerja."Ditanyain baik-baik malah marah," gerutu Bu Erna dengan bibir manyun."Habis, ibu kaya maksa aku kerja terus sih. Aku juga capek, tahu. Pulang kerja, masak buat Mas Rizal! Ibu sama Arjuna juga," jawab Nessa mengomel. Dia mulai merasa bosan dan lelah dengan rutinitasnya."Itu kan memang tugasnya seorang istri," jawab Bu Erna santai. Nessa mencibir dala
"Ya sudah, cepat kita bawa ke rumah sakit. Takutnya ada benturan di bagian tubuhnya Abi yang bisa menyebabkan luka dalam Ly!" perintah Arjuna kemudian."Husen?" Lily jadi bingung menatap Arjuna."Ya Tuhan! Ya dibawa juga, Lily! Masa di tinggal ...." ucap Arjuna gemas melihat Lily mendadak jadi lamban bertindak.Lily mengangguk, kemudian mengangkat tubuh Hussein yang suhu tubuhnya terasa semakin memanas. Arjuna sendiri membopong tubuh Abidzar yang lebih besar. Abidzar dimasukkan terlebih dahulu, kemudian Arjuna mengambil alih Hussein dari gendongan Lily. Setelah Lily masuk dan duduk, baru Arjuna mendudukkan Abi di sebelah kiri Lily. Posisi Lily ada di tengah-tengah kedua putranya. Ia meraih kepala kedua putranya dan membaringkan di paha kanan-kiri.Tanpa banyak bicara, Arjuna langsung melajukan kendaraan menuju Penajam Paser Utara kembali. Arjuna lebih memilih kembali ke Penajam karena jarak tempuhnya lebih dekat daripada dari Babul
Akhirnya Lily memilih kembali ke dapur menyiapkan makan malam mereka saja. Sambil menyiapkan makanan, telinga Lily tetap fokus mendengar apa yang dilakukan Arjuna di kamar mandi."Makan dulu, Kak!" ajak Lily sambil menata makanan dalam wajah di atas meja makan bulat."Enggak bisa, Ly. Kepalaku pusing sekali," tolak Arjuna."Ya ... itu karena perutnya kosong. Ya obatnya diisi!" ucap Lily memaksa."Di bilangin aku pusing, kok! Enggak tahan duduk lama!" gerutu Arjuna mengomel. Ia melangkah terhunyung-hunyung. Terpaksa Lily menggandeng tubuh Arjuna kembali ke depan.Arjuna kembali berbaring, sambil memegang perutnya yang makin melilit. Lily jadi panik sendiri. Ia berlari ke dapur mengambil nasi dan menyatukan dengan lauk pauk dalam satu piring. Ragu-ragu dia mendekat pada Arjuna yang berbaring. Kemudian meyodorkan sendok yang berisi nasi dan ikan."Nganga!" perintah Lily.Arjuna menatap sebentar ke dalam piring yang di pegang
Beberapa jam sebelum kejutan datang untuk Lily dan Arjuna, Rizal pulang seperti biasa. Nessa menyambutnya dengan menyunggingkan senyum manis. Hari ini dia berdandan lebih cantik dari hari-hari sebelumnya."Sudah sehat kamu?" tegur Rizal melihat wajah Nessa yang tampak segar, tidak seperti orang yang sedang sakit."Udah dong, Mas. Tadi kan sudah minum obat," jawab Nessa manja sambil menggandeng suaminya masuk.Rizal langsung membersihkan diri. Nessa memang sengaja menunggu Rizal sudah mandi baru mulai menjalankan aksinya.Saat Rizal berpakaian, Nessa berpura-pura merapikan tempat tidur yang sebenarnya sudah rapi sejak tadi. Ia mengibas-ngibaskan tempat tidur dengan selimut, kemudian menyimpan kacamata ke dalam laci."Eh, Mas! Hampir lupa. Untung aku buka laci ini. Tadi ada orang nitipin ini, katanya untuk Mas Rizal," ucap Nessa pada suaminya yang sedang menyisir rambut di samping.Rizal meraih amplop tersebut. Ia membola
"Sialan! Benar-benar sialan!" Rizal mengepalkan tangannya dengan wajah berang, langsung berjalan menuju ruko diiringi Bu Erna, membuat beberapa warga yang ada di situ bertanya-tanya."Ada apa ini? Ada apa ini?" tanya beberapa orang dari mereka penasaran."Mereka di dalam itu, pasangan selingkuh, bapak-bapak. Mereka itu berzinah di dalam. Pemilik ruko itu, yang melarikan perempuan tadi!" jawab Nessa yang masih menahan langkahnya menyempatkan diri menghasut warga yang sedang bersiap-siap bermain kartu."Oh, jadi mereka itu bukan kakak adik?""Oh, bukan! Mereka itu ipar. Perempuan itu istri pertama suami saya yang di larikan oleh kakaknya sendiri. Warga sini dibohongi kalau mereka mengaku adik-kakak! Mereka itu pasangan kumpul kebo!" Melihat kebingungan warga Nessa bersemangat menebar fitnah."Wah, harus laporkan RT ini. Ngotorin daerah kita aja!" celetuk salah seorang warga."Harus Pak!" sahut Nessa senang karena berhasil menyulut emosi warga.
Rizal memutar wajah seketika dengan bola mata membulat sempurna. Ia mendekat pada Lily dengan rahang mengeras dan tangan mengepal. Sorot matanya bak seekor singa yang siap menerkam mangsa."Berani-beraninya kamu berbohong hanya untuk melindungi selingkuhanmu Lily! Mana buktinya kita sudah bercerai? Aku tidak pernah menceraikanmu," ucap Rizal dengan napas terengah-engah. Tangannya terangkat ingin menarik Lily, namun Mang Dirman lekas menghalau."Aku yang sudah menggugatmu Rizal! tunggu sebentar dan jangan melakukan gerakan apapun sebelum aku kembali membawa buktinya!" Lily menunjuk wajah Rizal lalu berlari masuk untuk mengambil akta cerai mereka.Tak lama berselang, ia kembali dan langsung memperlihatkan pada Rizal. Tulang belulang Rizal serasa rontok satu persatu. Tubuhnya mendadak lemas. Rizal sungguh tak menduga, ia akan bertemu Lily dalam keadaan sudah bukan pasangan suami istri lagi."Silahkan diambil yang jadi bagianmu di pengadilan
"Heeh, kalau diarak ngapain juga pake kolor. Biarin aja gak pake apa-apa. Seperti kalau mereka lagi maksiat!" celetuk salah satu dari warga di sambut gaduh warga lainnya. Ada yang bersorak, ada yang tertawa, ada juga yang meringis membayangkan mereka berdua jadi tontonan tanpa sehelai busana pun.Lily mulai gelisah. Wajah Arjuna pun yang biasanya selalu tenang, mulai menampakkan kerisauan. Arjuna tahu, lingkungan di sekitar rukonya hukum adat cukup berpengaruh dan selalu diutamakan. Harapan Arjuna dan Lily satu-satunya ada pada Pak RT."Tenang ... tenang ... tenang! Mohon tenang dan beri saya kesempatan berbicara sebagai RT di sini." Pak Rt mengangkat kedua tangannya menenangkan warga."Jangan kasih ampun! Mereka itu sudah mengotori daerah kita, Pak. Pasangan pezinah. Buktinya sudah jelas, tuh yang cowok keluar dengan pakaian acak-acakan begitu!" Salah seorang diantara mereka kembali nyolot."Iya ... benar! Benar! Sudah, arak kelil
Di antara riuh suara Warga, Pak RT mengedarkan pandangannya bergantian pada Arjuna, Lily, Rizal, Nessa dan Bu Erna."Ayo, cepat dipilih!" titahnya kemudian karena tak satu pun di antara mereka ada yang bersuara."Ka-mi ... pilih menikah saja, Pak!" jawab Arjuna membuat Lily hampir tersedak. Matanya melirik tajam pada Arjuna. Ia bergeser supaya lebih dekat dengan Arjuna."Kami? Itu keputusanmu sendiri!" protes Lily setengah berbisik karena merasa ia belum mengeluarkan pendapat."Lah, kamu mau diarak keliling kampung enggak pakai apa-apa? Terus kalau diantara warga ada yang siaran langsung terus membagikan di sosial media gimana?" jawab Arjuna juga balas berbisik.Bulu kuduk Lily meremang mendengar bisikan Arjuna. Membayangkan mereka di arak tanpa memakai apa-apa dan tersebar di sosial media? Oh, tidak! Mati lebih baik daripada melakukan itu. Tapi, bukankah menikah adalah penawaran yang jauh lebih bagus daripada mati?"