"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Tok.Tok.Tok.Terdengar suara pintu yang membuat Riani sedikit mengendus kesal, karena baru saja aku merebahkan tubuhnya di atas sofa."Permisi!" Seseorang itu terus-menerus mengetuk pintu seperti tidak sabar."Iya tunggu sebentar!" Riani sedikit berteriak dan mencoba bangun dari sofa dan melangkah menuju pintu.Saat Riani membuka pintu dan melihat seorang laki-laki tua yang sudah basah kuyup, seorang laki-laki itu langsung tersenyum pada Riani."Maaf, siapa ya?" tanya Riani pada laki-laki tua itu, dan Riani sedikit melangkah mundur. Riani hanya takut orang ini adalah pencuri yang akan menghipnotis dirinya."Ini aku, ayahmu," jawab laki-laki tua itu dengan wajah yang percaya diri."Ayah?" Riani mengulang ucapan laki-laki tua itu.Selama ini, Riani hidup dari sebuah panti asuhan dan Riani tidak mengenal siapa orang tua yang sebenarnya. Karena Riani di telantarkan sejak bayi dan bahkan sejak dirinya di lahirkan oleh ibunya. Namun, Riani tidak merasa benci pada ibunya. Mungkin saja ia m
"Bekerjalah kau di rumahku untuk menjadi pembantu!"Karena Roni tau pekerjaan anaknya apa, ia langsung menuntun anaknya masuk kedalam kamar dan mengunci anaknya disana. Roni tidak ingin anaknya menjadi pembantu hanya karena hutangnya di masa lalu. Roni kembali menghampiri tuan Prawira setelah mengunci sang anak di dalam kamarnya."Jadi, kau bisa lunasi semua hutangmu hari ini?" Tuan Prawira menatap Roni dengan tatapan sinis."Berikan saya waktu, tuan!" Suara Roni terdengar memohon dan hampir saja ia ingin bertekuk lutut pada tuan Prawira agar dirinya mendapat tambahan waktu.Tuan Prawira bersedih dan berkata. "Aku akan memberikan kamu penawaran," ucap tuan Prawira yang membuat Roni langsung menatapnya dengan tatapan penasaran."Penawaran apa, tuan?" Roni sangat penasaran dengan penawaran yang akan di berikan tuan Prawira kali ini padanya.Karena selama Roni mengutang pada tuan Prawira selalu saja dirinya di berikan penawaran menarik yang membuat dirinya selalu ingin berhutang padanya.
"Haduh, abang Jefan selalu saja sibuk dengan urusan kantor!" Jonathan menggeleng-gelengkan kepalanya.Daniel Prawira memiliki dua anak laki-laki, anak pertamanya adalah Jefan dan anak keduanya Jonathan. Jefan sudah menikah namun saat ia ia sedang berstatus sebagai seorang duda. Jelita adalah anaknya Jefan dan Vany selaku mantan istrinya Jefan."Ya begitulah ayahku," ucap Jelita dengan nada lirih.Jonathan langsung mengusap lembut kepala keponakannya, lalu ia berkata. "Tenang saja, ada om yang akan menemani kamu!" Jonathan memberikan senyuman manis pada keponakannya. Senyuman yang memiliki dua lesung pipi disana."Terimakasih, om!" Jelita langsung memeluk Jonathan namun langsung ia lepaskan lagi. Jelita menatap serius wajahnya Jonathan dan berkata. "Tapi, hari ini om tidak pergi, kan?" Jelita sepertinya sudah tau kebiasaan Jonathan tiap hari yang selalu pergi-pergi.Jonathan langsung melirik kearah jam dinding yang ada di dalam kamarnya, sudah pasti malam ini Jonathan akan pergi namun
Jonathan menelan ludah dan berkata. "Kenapa dia menggoda sekali," batin Jonathan."Om sedang libur ya?" tanya Jelita sambil menatap Jonathan."Iya om libur, kenapa sayang?" jawab Jonathan yang diakhiri dengan pertanyaan lainnya."Tidak apa, sebenarnya aku ingin jalan-jalan ke mall tapi ...""Ayo kita jalan-jalan!" Jonathan bersuara penuh semangat."Tapi ayahku belum pulang," ucap Jelita."Sama om dan bi Riani saja!" Sekilas Jelita melirik kearah Riani.Riani langsung menatapnya dan berkata. "Ke ... kenapa dengan saya tuan?" Riani sedikit bengong dan gugup saat anak majikan menyebutkan namanya."Ya kau harus ikut biar tidak bosan di rumah terus, lagi pula tugas kau menjaga Jelita juga, kan?" Jonathan masih menatap asisten rumah tangganya itu."Iya benar tuan!" Lagi-lagi Riani menundukkan kepalanya karena malu saat di tatap oleh Jonathan.Namun, sebenarnya Riani bukan malu tapi sedikit salah tingkah saat Jonathan menatapnya. Bagaimana tidak salah tingkah, seseorang yang menatapnya adala