"K-kau?" kata Reva dengan suara tercekat ketika membuka pintu kamarnya dan melihat dia disana.
Artan berdiri di ambang pintu kamar Reva yang terbuka, menatap Reva dengan tatapan cemas.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Artan khawatir.
"Hah?" respons Reva bingung. "Aku memangnya kenapa?"
Artan menghembuskan nafas beratnya, "tadi ibumu mengatakan jika kau sedang tidak enak badan, makanya kau tidak ikut hadir makan malam. Oleh karena itu aku kesini demi mengecek keadaanmu, kau tahu, jika aku khawatir saat mendengar kabarmu tadi."
Kedua mata Reva mendelik kaget mendengarnya, "k-khawatir?"
Artan tak menjawab pertanyaan
Reva menurut saja saat Artan menyeretnya untuk ikut ke rumah saudara jauh Johan. sesampainya disana, Reva dan Artan di sambut hangat Lila dan keluarganya. Johan dan istrinya yang duduk bersama keluarga Lila pun tersenyum menatap Reva dan Johan bergantian.Artan mengkode Johan untuk mengajaknya berbicara berdua di tempat lain, Johan yang mengerti pun mengangguk dan membisikkan sesuatu di telinga istrinya. Felly mengangguk mengiyakan seraya tersenyum sebelum Johan melangkah pergi bersama Artan.Felly melangkah mendekati Reva yang tengah mengobrol bersama keluarga Lila selepas Artan berpamitan pergi sebentar padanya.Reva menolehkan kepalanya saat merasakan tangan seseorang menepuk pundaknya, mendapati seorang wanita cantik yang tengah mengandung tengah tersenyum menatapnya."Kamu Reva?" Reva mengangguk."Bisa kita mengobrol berdua di tempat lain?" ajak Felly yang ingin mengobrol berdua bersama Reva.Reva menoleh ke arah keluarga Lila yan
Johan melirik Artan dengan wajah yang senyum-senyum sendiri, Artan yang sedang fokus menatap ke depan tak mengetahui kelakuan Johan yang tersenyum geli melihatnya."Aku tidak menyangka, tinggal dua hari di kampung bisa menjadi seminggu. Waah, hebat!" Artan menoleh saat mendapati ucapan sindiran dari Johan."Katakan saja yang sebenarnya, tak usah pakai acara sindir-menyindir segala, Jo."Johan mendengkus, "ah, syukurlah kalau bos cepat tanggap." cengir Johan cengengesan."Sialan kau!"Johan tertawa mendengar umpatan Artan, "jadi, kapan kita balik pulang ke kota?"Artan tertegun mendengar pertanyaan Johan, pasalnya hingga kini Artan tak tahu kapan mereka akan balik pulang ke kota. Sebenarnya Artan memang sengaja menunda kepulangannya yang katanya akan tinggal di kampung selama dua hari. Tentu saja Artan tahu alasan apa yang membuatnya memperlama masa tinggalnya di kampung adalah Reva. Artan menunggu sampai Reva juga mau pulan
Cinta itu adalah, disaat aku dan dirimu saling membutuhkan. Merasakan rindu yang teramat jika sedang berjauhan, merasa kesal ketika berdekatan.Perasaan berdebar ketika saling menatap, merasakan sakit dan cemburu apabila kau memandang, memikirkan dan membicarakan wanita lain.Tak berkutik bila ada di dekatnya dan menjadi salah tingkah, berdebar ketika mendengar suaranya yang terdengar indah di telinga kita.*****Reva masih terus terbayang-bayang ucapan Felly tadi siang mengenai apa itu arti cinta? Dan lucunya setiap bait demi bait kata-kata Felly, Reva selalu teringat Artan.Arti cinta yang dikatakan Felly kenapa sama seperti dia dan Artan, Reva merasa rindu ketika ia berjauhan dengan Artan dan mereka berdua akan saling adu mulut jika berdekatan.Dan Reva merasakan sakit dan cemburu ketika Artan bersama Niken, Reva memegang dadanya yang terasa sesak saat mengingat kebersamaan Niken dan Artan.Reva terperanjat saat merasak
Reva dan Artan sama-sama tersenyum senang ketika mereka sama-sama yakin dengan perasaan mereka masing-masing. Ya, Artan dan Reva percaya jika mereka saling jatuh cinta.Setelah berpikir satu malaman, akhirnya mereka meyakini perasaan mereka masing-masing. Dan rencananya pagi ini baik Reva maupun Artan akan mulai jujur mengungkapkan isi hati mereka.Ya, tekad mereka berdua sudah bulat!Artan bahkan sampai bermimpi jika ia sudah menyatakan perasaan cintanya pada Reva. Dan betapa bahagianya Artan saat dalam mimpinya Reva menerima serta menyatakan perasaannya jika Reva juga mencintai Artan.Ternyata tak hanya Artan yang bermimpi seperti itu, Reva juga bermimpi hal yang sama seperti Artan.Reva dan Artan sama-sama bangkit dari tidurnya dan melangkah menuju pintu. Dengan gerakan perlahan mereka kompak membuka pintu.Pintu terbuka, Reva dan Artan sama-sama saling menatap ketika pintu sudah terbuka sepenuhnya. Kamar Deva dan
Reva berjalan ke arah ruang tamu dimana asal tempat suara ibunya yang berteriak tadi. Alangkah kagetnya saat Reva melihat sosok Aldy yang berdiri di ambang pintu dengan memegang koper di sebelah tangannya.Reva lebih syok lagi saat melihat seorang wanita yang berdiri persis di samping Aldy. Bibirnya keluh tak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun, suaranya menghilang dan lenyap begitu saja."Hai Reva!" sapa Aldy dan Niken bersamaan.Aldy masuk dan mendekati ibu Reva, mencium punggung tangan ibu Reva dan memeluknya."Aldy rindu ibu," ucap Aldy di sela pelukannya."Hanya rindu ibu saja?" Aldy menggeleng."Rindu kalian semua, rindu kampung ini juga." ibu Reva tertawa mendengar ucapan Aldy.Aldy melepaskan pelukannya dan melangkah mendekati Reva, hal yang Aldy lakukan ternyata juga di ikuti Niken yang kini ikut mencium punggung tangan ibu Reva."Nak Aldy, perempuan cantik ini siapa ya? Apakah pacar nak Aldy?
"Katakan!" lagi, Niken menuntut jawaban pada Artan.Artan kelimpungan, bingung ingin menjawab pertanyaan Niken. Artan tahu jika Niken tak akan bisa diam dengan tenang jika Artan tak kunjung memberikan jawaban. Untuk itu, Artan harus segera mencari alasan yang tepat."Ayo," Artan menarik pelan tangan Niken, meninggalkan Aldy sendirian yang termangu di tempatnya.Aldy tak ingin ambil pusing, memilih duduk di kursi ruang tamu rumah Reva sambil menunggu sang empunya rumah keluar.Tak berapa lama Reva keluar lagi dan menghampiri Aldy, Aldy tersenyum sumringah melihat kehadiran Reva.Reva tersenyum menatap Aldy, "maaf membuatmu lama menunggu.""Tidak apa-apa, bagaimana dengan keadaan ibu?""Ah, ibu tadi tiba-tiba merasakan kepalanya pusing sekali.""Sudah diberi obat?" tanya Aldy khawatir."Belum, ibu belum sarapan. Jadi aku hanya memberinya minyak angin yang aku olesi di dahinya."Aldy menepuk s
Saat malam hari tiba setelah semua orang selesai makan, kedua orang tua Reva sibuk menonton televisi. Sedangkan Reva sibuk mengobrol di teras depan rumah bersama Aldy berduaan. Artan yang kesal pun memilih masuk ke kamar Deva lebih awal dengan beralasan matanya sudah sangat mengantuk.Niken kecewa mendengar Artan yang ngantuk dengan mulut yang terus menguap-nguap. Dengan berat hati Niken akhirnya memutuskan masuk ke dalam kamar Reva.Deva yang sedang membaca buku menoleh ke pintu yang terbuka, heran melihat Artan yang masuk ke kamar lebih awal. Artan tersenyum pada Deva yang juga membalas senyumnya."Deva, ada alas tidur yang untuk dibawah itu tidak? Uhm, apa itu namanya?""Apa kak?" tanya Deva bingung."Itu loh alas yang untuk di taruh di lantai.""Apa mungkin maksud kak Artan itu tikar?""Ah iya, benar! Ada tidak?" mata Artan langsung berbinar bahagia ketika Deva mengerti maksudnya."Ada sih, tapi untuk apa
Deva masih tak percaya dan tak habis pikir dengan apa yang di lihatnya, di depannya Aldy dan Niken tengah bercumbu mesra dan sangat panas.Deva memalingkan wajahnya ke arah lain, tak sanggup lagi mengintip kedua manusia yang lebih dewasa darinya tengah kehausan di landa nafsu.Hampir saja Deva kelupaan sesuatu yang menjadi sangat penting, dengan tergesa-gesa Deva merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya yang ada di dalam. Deva tak akan melewatkan kesempatan emas ini yang akan menjadi bukti penting untuk ia tunjukkan kepada Reva dan Artan nanti.Ckrek.Jepretan pertama yang sangat bagus Deva ambil.Tak hanya foto saja tetapi Deva juga mengambil momen perselingkuhan tak terduga Aldy dan Niken ke dalam bentuk sebuah video. Dengan sangat hati-hati Deva merekam mereka, tersenyum puas setelah selesai merekam video. Dan untuk terakhirnya lagi Deva mengambil beberapa jepretan kembali.Deva menyudahi acara mengintipnya di rasanya suasana