Eros POV
Aku merasakan ada yang aneh dengan pria bernama Samuel. Perasaanku tidak bisa tenang membiarkan Kanya dekat dengannya, atau sebenarnya aku menganggapnya sebagai saingan cinta?
Tidak. Aku tidak sedang bersaing dengan siapa pun.
Akan tetapi aku merasa tidak tenang karena aura Samuel terlihat berbahaya. Apalagi ketika matanya menyorot ke arahku, begitu berbahaya, bahkan sampai membuatku sedikit tertekan oleh auranya.
Ketika Samuel dan Kanya memasuki apartemen, mereka terlihat akrab. Mungkin saja mereka sudah lama berteman dan aku tidak punya hak untuk menyuruh Kanya berhenti berteman dengan Samuel.
“Apa yang sedang aku pikirkan saat ini? Samuel hanya pekerja kantoran biasa dengan aura mencekam. Ya, aura pria itu sedikit mencekam. Sorot matanya sangat berbeda ketika melihatku tadi. Dia seperti ingin meremukkan tubuhku dengan kakinya atau menusukku ribuan kali dengan belati
Kanya POVSaat ini aku menyandarkan punggungku pada pintu apartemen. Menatap lurus ke depan, serta membuat ekspresi kosong. Aku baru saja datang dari membuang sampah dan ketika masuk ke dalam apartemen, seorang wanita berjalan ke arah apartemen Eros. Lantas karena penasaran, aku mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka. Siapa kiranya wanita yang masuk ke apartemen Eros barusan?Haruskah aku bertamu ke apartemen Eros dan bertanya padanya? Akan tetapi, itu bukanlah urusanku. Siapa pun yang datang atau masuk ke apartemen Eros tidak ada hubungannya denganku. Mungkin saja wanita itu adalah pacarnya; wanita itu cantik, tinggi dan penampilannya berkelas.Eros pernah bilang kalau aku bukanlah tipenya, dan sekarang tampaknya aku tahu bagaimana tipe wanita yang disukai Eros. Ya, seperti wanita yang dia biarkan masuk ke dalam apartemennya.Aku menyentuh dadaku, menempatkan tanganku untuk beberapa s
POV ErosTatapan tajam aku arahkan pada Siska dan tampaknya membuat punggungnya merasa tertusuk. Sudah aku katakan untuk segera pergi dari gedung ini, tapi dia malah berbincang dengan Kanya, dan kenapa Kanya juga keluar ketika wanita ular ini keluar dari apartemenku?“Kenapa kamu masih di sini?” tanyaku pada Siska dengan nada yang tentunya tidak ramah seraya melangkah ke arah dua wanita yang sedang berdiri menatap ke arahku.Aku dapat merasakan kalau Kanya takut-takut melakukan kontak mata denganku, dia memilih untuk menundukkan kepalanya. Entah apa yang telah dikatakan oleh Siska, sehingga Kanya menjadi enggan untuk melihat ke arahku dengan berani seperti sebelumnya.“Eros, aku hanya—”“Pergilah! Kamu sudah tidak ada urusan lagi di sini.” Potongku dengan kasar.Aku tidak senang kalau dia memasang wajah cerah di depan Kanya hanya untuk memanipulasi Kanya, dan aku tahu Kan
Kanya POV
Eros POVSudah sangat jelas kalau dia merasa cemburu; awalnya aku hanya menggoda saja, tapi Kanya terlihat gugup dan dia tidak mau mengaku. Ya, siapa juga yang mau me
Kanya POV
Eros POVSetelah setengah hari bersama makan siang dan berbelanja bahan makanan bersama Kanya. Aku merasa lelah, dan bukan hanya itu, aku merasa ada seseorang yang mengawasi kami sejak berada di restoran.Aku melihat ke sekeliling mini market, tap
Kanya POVAku cekikikan sambil menutup mulutku dengan punggung tangan. Lucu sekali ketika Bambang mengatakan—Eros adalah tetangga baru yang tidak sopan. Kesan pertama Eros ketika datang kemari memang sangat arogan dan tidak sopan. Dia bahkan tidak mau menjabat tangan Bambang, dan berlalu menuju apartemennya.“Maafkan saya karena sudah tidak sopan, Pak Bambang,” ucap Eros.“Sudah terlambat! Harusnya kamu minta maaf di hari itu juga. Sekarang sudah berlalu dan saya nggak mau permintaan maaf,” ujar Bambang sinis. Kemudian dia mengalihkan tatapannya padaku. “Kalian berdua jadi cukup akrab. Padahal waktu pertama ketemu kamu kayak orang kesurupan Kanya.”Aku tersenyum canggung. “Hehe ... iya, Pak Bambang. Ternyata dia bukan hantu.”“Nah, baguslah kalau kalian bisa akrab. Jadi, kamu nggak akan terika-teriak lagi kayak orang gil
Eros POV