Lantai menebal karena debu tak disapu. Tak tersisa secuil tempat untuk duduk karena sofa penuh dengan pakaian. Begitulah keadaan apartemen Evelyn karena beberapa hari tak dirawat.
"Pelan-pelan!" Evelyn memapah Han dari keluar taksi hingga masuk ke dalam rumah, meskipun sebenarnya Han bisa berjalan sendiri.
"Luka saya tidak separah itu, Ev. Saya mungkin bisa berjalan sendiri."
"Tidak! Bagaimana jika kau terjatuh?"
"Baiklah! Terima kasih karena sudah khawatir."
"Aku hanya tidak ingin kerepotan lebih lama jika kau terjatuh lagi dan tak kunjung sembuh."
"Astaga! Rumah ini sudah seperti bangunan yang terbengkalai selama berabad-abad." ucapnya setelah masuk ke dalam apartemen.
"Apa saya boleh membantu membersihkannya?"
"Tidak! Kau harus istirahat. Aku akan mengantarmu ke kamar."
"Duduk!" perintahnya, lalu membantu meluruskan kaki Han di atas ranjang kamarnya.
"Kau sangat perhatian. Beruntung sekali bagi
"Dicari atau mencari, sengaja atau tidak, kau pasti akan bertemu dengan pasanganmu." Kalimat yang diucapkan oleh Han tadi melintas di kepalanya. Membuatnya yang sedang melamun menatap ke luar jendela, mengenang sebuah kenangan di masa lampau. "Pasangan?" Di bangku sekolah dasar pada saat bel istirahat berbunyi, seluruh Siswa berlomba-lomba keluar kelas untuk makan siang. Terkecuali, Evelyn kecil. Dia terlihat enggan untuk keluar kelas. Ia mulai melipat kedua tangannya di atas meja, lalu menopangkan kepalanya. "Eyin, kau tidak makan siang?" tanya seorang anak laki-laki yang baru saja menghampirinya. Evelyn mendongak, "Aku tidak bawa bekal. Uang sakuku sedikit. Jika habis, aku pasti akan kena marah. "Ayo makan bersama! Ibuku membawakan bekal yang sangat banyak. Jika tidak habis, ibuku akan memarahiku." Dua anak itu akhirnya makan bersama di bangku kantin. Mereka duduk saling berhadapan. "Masakan ibumu sangat enak," koment
Kondisi Han sudah benar-benar pulih. Pagi ini, Evelyn dan Han pergi bersama untuk menjemput Hyunki di rumah Hwang Seol He, nenek Evelyn. Di sofa ruang tamu, mereka saling bicara sebelum membawa Hyunki pulang. Sedangkan Hyunki masih bermain bersama Asistant rumah itu. "Bagaimana dengan kondisimu, Nak Han? Apa kau sudah sepenuhnya sehat?" tanya Seol He sebagai bentuk perhatiannya. "Seperti yang Anda lihat, Ny. Hwang. Saya sudah merasa sangat sehat." "Syukurlah kalau begitu. Tapi, bisakah kau memanggilku dengan sebutan 'Nenek' saja? Aku sudah menganggapmu sebagai cucuku juga." "Tadinya saya juga ingin begitu, tapi saya takut dianggap lancang dan tidak sopan." "Tidaklah. Omon-omong ... Aku minta maaf atas kesalahan James. Aku bahkan tidak tahu, kapan jiwanya mulai terganggu." "Mungkinkah itu sebuah karma?" sahut Evelyn tiba-tiba. "Apa maksudmu, Ev?" Wanita itu mengernyitkan dahi. "Atas kesalahan dan dosa-dosan
Suasana di kantin sangatlah ramai. Para pasien berkumpul jadi satu untuk sarapan. Para petugas memberikan bimbingan kepada mereka agar dapat makan dengan benar. Ae Ra pergi ke kantin untuk mengambilkan James makanan dengan suasana hati yang sangat kesal. "Bertahun-tahun bekerja di sini, baru kali ini aku kesal menghadapi orang gila." Sambil mengambil nasi dan lauk pauk ke atas piring. "Siapa yang tidak mau pergi ke kantin, Ae?" tanya Seo Ji. "Pasien 401. Benar katamu. Merawatnya pasti sangat kewalahan." "Sudah kubilang. Aku juga baru mendengar kabar, katanya, dia masuk ke sini setelah membantai seseorang sampai hampir mati. "Benarkah?" Raut wajahnya terkejut. "Aku jadi merinding." Ae Ra kembali ke kamar James untuk memberikan makanannya. "Ini, makanan untukmu." Kemudian ia duduk untuk memastikan pasiennya itu makan dengan benar atau tidak. "Aku benci melakukakan sesuatu jika diawasi." ucapnya yang baru h
Dengan memakai jaket tebal di malam yang dingin menusuk tulang, Evelyn baru saja pulang dari sebuah kedai membawa beberapa botol soju yang baru saja ia beli. Dengan mood yang kurang baik, ia meletakkannya di atas meja makan secara kasar, "Tak!" Ia menuangnya ke dalam gelas kecil, lalu menenggaknya. Dia terlihat sangat kesulitan ketika mendorong soju tersebut untuk melewati tenggorokannya. Meski begitu, ia melakukanya sampai tak terasa satu botol sudah hampir habis. Wajahnya memerah. Keseimbangan dan kesadarannya juga mulai terpengaruh. Ia menyandarkan kepalanya yang terasa pusing di atas meja tersebut. Han yang tidak sengaja melihat, datang menghampirinya. "Ev? Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Melirik botol itu, "Kau minum?" Evelyn melihat Han tanpa mengangkat kepalanya. Han ikut duduk di kursi sebelahnya. "Kenapa kau melakukan ini?" "Aku tidak butuh pasangan. Tidak. Sebenarnya aku butuh. Tapi tidak
Tertampilkan sebuah bio data yang tertulis dengan tinta biru di halaman pertama buku catatan usang milik Evelyn. Sambil merebahkan tubuh di atas kasur, Jari-jari Han mulai lanjut membuka dan membaca lembaran catatan itu. Disana tertulis, 'Halo, buku baruku! Aku menggunakan uang sakuku hari ini untuk membelimu. Aku rela menahan haus dan lapar di sekolah demi untuk mendapatkanmu.' 'Sudah rela berjuang seperti ini, kuharap kau bisa menghargaiku. Temani aku saat aku butuh. Aku ingin kau menjadi teman ceritaku. Jangan bosan menyaksikan apa yang aku tulis, karena aku akan menulis setiap senang, sedih dan keluh kesahku kepadamu.' Satu lembar selesai dibaca dengan singkat. Jemari Han mulai membuka halaman kedua. 'Dear My Book,' 'Aku tidak menyangka, ternyata cerita pertama yang aku bagikan kepadamu adalah sebuah cerita yang menyedihkan.' 'Kau tahu gitar kecil milikku? Itu satu-satunya benda untuk mengasah imajinasik
Tak terasa beberapa menit berlalu digunakan James dan Ae Ra untuk mengobrol. Mereka duduk bersebelahan di atas ranjang yang sempit tersebut.James meminta agar Ae Ra bersedia untuk menjadi perawat pribadinya dengan membayar lebih pada pihak rumah sakit dan membayar Kim Ae Ra."Wanita itu dulunya adalah kekasihku. Suatu hari, aku memutuskan untuk meninggalkannya karena dia selingkuh bahkan hamil dan melahirkan seorang anak dari pria lain. Mungkin karena itu ia akhirnya melakukan bunuh diri.""Kau satu-satunya orang yang mampu melihat wujudnya. Aku mohon, bantu aku lepas dari dia. Aku ingin kau menjadi perawat pribadiku. Jadi, kau bisa mengawasiku lebih." sambungnya."Aku tidak ingin terlibat dengan masalah orang lain. Apa lagi ini berurusan dengan makhluk lain.""Ini tidak gratis. Entah berhasil atau tidak aku akan tetap memberimu bayaran.""Meskipun aku mempunyai kemampuan untuk melihat mereka, tapi aku tidak pernah berinteraksi dengan mereka apa lagi memanfaatkannya untuk mencari uan
Ae Ra datang ke kamar James dan memberikan sebuah dokumen. "Apa ini?" tanya James yang sedang duduk di ranjangnya. "Perjanjian kontrak. Untuk berjaga-jaga." tersenyum. James mengambil dan membaca isi dari kontrak tersebut. Di dalam kontrak itu menyatakan, bahwa berhasil atau tidak dalam menyelesaikan misi, pihak kedua tetap menerima bayaran. "Aku juga akan menambahkan perjanjian." ucapnya setelah selesai membaca kontrak tersebut. James menambahkan, pihak kedua harus berusaha bersungguh-sunguh dalam menyelesaikan misinya.Pihak kedua juga harus menuruti seluruh perintah dari pihak pertama. "Agar kau tidak bekerja seenaknya dan tidak berusaha." Kemudian mereka saling berjabat tangan setelah selesai melakukan tanda tangan. ***** Han keluar dari kamar dengan pakaiannya yang sudah terlihat rapi. Memakai celana cargo pants dan kaos putih polos yang dilengkapi dengan kemeja sebagai outer. "Kau jadi pemotretan hari ini?" tanya Evelyn yang sedang duduk di sofa. "Iya." sambil melip
Wajah Han terlihat sangat sumringah sepulang dari pemotretan. Ia duduk di sofa sambil tersenyum menatap layar ponselnya. Evelyn yang menyaksikan hal itu pun menanggapinya dengan bertanya, "Apa hal baik sedang terjadi padamu?""Wah, Apa terlihat sangat jelas?""Sudut bibirmu sangat bersemangat naik ke atas."Han tertawa kecil, "Haha ... Ini adalah suatu keberuntungan yang terjadi tanpa diduga.""Oh, ya? Apa itu?" Duduk menyilangkan kaki di sebelah Han."Seperti kebetulan. Baru kemarin kita membicarakan tentang Jasmine YP, hari ini saya bertemu dengannya, bahkan bekerja bersama.""Apa kau baru saja menceritakan tentang khayalanmu?""Saya tidak mengkhayal. Lihat ini!" Menunjukkan layar ponselnya yang terdapat foto berdua, dirinya dengan Jasmine.Evelyn mengambil ponsel itu dan mengamatinya dengan serius. "Bagaimana ini bisa terjadi?""Sudah saya bilang, ini adalah keberuntungan. Kami menjadi Brand Ambassador di sebuah brand yang sama, yaitu Suprim."Ekspresi Evelyn mendadak berubah seper