Share

Bab 3.Toko Roti

Malam semakin larut.

Han membopong bayi tersebut sambil menelusuri jalan dengan perut kelaparan.

Dia menoleh kanan dan kiri. Namun, tiada satu pun tempat yang dapat ia singgahi.

Toko dan tempat-tempat makan semua nampak redup. 

Bagai menemukan secercah cahaya dalam gulita, saat langkahnya terasa semakin berat, pandangannya berhasil menemukan sebuah toko yang masih buka.

Segera ia bergegas menuju ke sana.

Tempat yang sedang dituju malaikat kelaparan itu adalah sebuah toko yang menjual beragam roti dan kue.

Di dalam sana, terdapat sang pemilik toko yang duduk menopang dagu.

Dia terlihat bukan seperti gadis Asia dengan rambut pirang dan bola mata biru.

"Lima menit lagi aku akan menutup toko jika tidak ada pembeli yang datang," katanya sambil melirik jam dinding dengan jarum panjang dan pendek saling tumpang tindih di angka 11.

"Bisa-bisanya jumlah roti yang terjual sama saja meskipun buka lebih awal dan tutup lebih larut."

Kembali dia melirik jam, "Sepertinya sudah tidak ada lagi pembeli. Sebaiknya aku pulang."

Belum sampai ia beranjak dari tempat duduknya, Han masuk ke dalam toko.

"Permisi!"

"Selamat Datang di toko Eve cake's! Silakan melihat daftar menu untuk memesan," sambutnya dengan ramah.

Tanpa membaca daftar menu, Han langsung menunjuk beberapa  jenis roti yang berada di dalam lemari kaca, "Saya ingin yang ini, yang ini juga, juga yang itu."

Gadis pemilik toko tersebut sempat merasa aneh melihat pria yang terlihat seperti sepantaran dengannya membawa seorang bayi tengah malam. Tapi, ia tak ingin banyak tanya dan langsung melayani pelanggannya tersebut, "Apakah dibungkus atau makan di sini, Tuan?"

"Saya ingin memakannya langsung."

"Baiklah. Kalau begitu, silakan duduk di meja yang sudah disediakan!"

Selang beberapa menit, ia membawakan rotinya ke hadapan Han, "Silakan, Tuan!"

Han membuka bungkus roti dengan satu tangan sebelah kanan, sementara tangan kirinya memegangi bayi yang ia pangku. 

Tak butuh waktu lama, Han sudah menghabiskan dua roti dan akan menikmati roti ketiga. Namun, tangis si bayi menghambat aktivitasnya.

"Ssst ... Kumohon tenanglah sebentar, makhluk kecil!" katanya sambil menggoyang-goyangkan bayi tersebut pelan.

Melihat pelanggannya kerepotan, pemilik toko itu segera menghampiri, "Maaf, mungkin saya bisa bantu menenangkannya supaya Tuan bisa menikmati makanan Anda."

"Ah, silakan! Saya sangat butuh bantuanmu."

Bayi itu berhasil tenang di pangkuan gadis pemilik toko.

"Apakah dia ini anak Anda, Tuan?" tanyanya.

"Bukan."

"Lalu? Apakah seseorang menitipkannya padamu?"

"Bukan seseorang. Tapi, Tuhan yang menitipkan."

Mendengar jawaban Han yang membingungkan, dia memilih diam.

"Saya sudah selesai makan. Terima kasih banyak atas bantuannya. Saya pamit pergi." Han kemudian mengambil bayinya dan keluar tanpa membayar.

"Tunggu, Tuan! Anda belum membayar," teriaknya menghentikan langkah Han.

"Dengan apa saya bisa membayar?" tanya Han polos.

"Tentu saja dengan uang."

"Saya tidak memilikinya."

"Bagaimana bisa anda membeli roti sedangkan Anda tidak punya uang?"

"Karena saya kelaparan."

"Tapi, penampilan Anda tidak seperti gelandangan. Cepat bayar sekarang!"

Han merogoh sakunya dan hanya menemukan sehelai sayap berwarna putih menyerupai bulu ayam, "Apa saya bisa membayarnya dengan ini?"

"Apa kau gila?" nada dan bahasa gadis itu berubah menjadi tidak formal.

"Ah, sebentar. Saya bisa melakukan sesuatu. Tolong gendong bayi ini!"

Dia memejamkan mata sambil melakukan gerakan seperti menyulap. Sayangnya, tak ada perubahan wujud yang terjadi pada sehelai bulu tersebut ketika ia membuka mata.

"Haiss ... Aku lupa jika sudah tidak memiliki kemampuan menyihir," gumamnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Evelyn si pemilik kedai.

"Saya hanya ingin mengubah bulu ini menjadi uang. Sama seperti saat saya merubahnya menjadi tiket konser, tapi ternyata saya sudah tidak memiliki kemampuan itu," jawab Han jujur dan polos.

"Pria aneh. Sepertinya dia sedikit tidak waras," batin Evelyn dan lanjut mengusirnya.

"Silakan pergi dari sini dan bawa bayimu! Toko saya akan segera tutup."

Tanpa menjawab, Han segera pergi meninggalkan toko bersama bayinya.

    

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status