Bella kini telah berdiri tepat di hadapan Langit. Kedua tangannya bersedekap di dada. Tatapan matanya pun terhunus tajam pada Langit. "Bagaimana, Langit. Setelah mengetahui wanita itu sedang mengandung darah dagingmu apa kau masih berniat lari dari tanggung jawab?" Tanya Bella.
Wajah Langit terlihat datar menatap sang kakak. Ia sudah menduga jika Bella mengetahui keadaan Sora saat ini mengingat dokter pribadi keluarganya baru saja keluar dari ruangan kerjanya dan pasti bertemu dengan Bella. "Belum tentu anak yang ada di dalam kandungannya itu anakku. Bisa jadi dia pernah tidur bersama pria lain." Jawab Langit.PlakTelapak tangan Bella menempel tepat di pipi Langit. Wajah wanita itu nampak geram terlihat jelas dari tatapan matanya yang semakin tak bersahabat. "Berani sekali kau berkata seperti itu, Langit. Sudah jelas anak itu adalah anak kandungmu. Dia tidak mungkin melakukannya dengan pria lain!" Maki Bella.Langit mengalihkan pandangan matanya ke samping merasa enggan melihat kemarahan yang terpancar di raut wajah sang kakak. Sebenarnya ia juga merasa yakin jika anak yang dikandung Sora adalah darah dagingnya. Namun ia masih saja ingin mengelak."Aku tidak menyangka jika bisa memiliki adik pecundang seperti dirimu!" Bella kembali memaki. Menjatuhkan harga diri Langit sebagai seorang pria. "Suka tidak suka, mau tidak mau, kau harus tetap menikahi wanita itu. Jika tidak, kau akan tahu sendiri akibatnya. Berita ini akan sampai di telinga Mama dan Papa." Ancam Bella.Langit terkesiap. Jangan sampai sikap buruknya itu diketahui oleh kedua orang tuanya. Sebab, ia pasti akan diusir dari keluarganya dan tidak mendapatkan warisan apa pun dari kedua orang tuanya. Sudah dapat Langit pastikan jika sampai itu terjadi ia akan hidup sebagai gelandangan di luar sana."Maaf, Tuan, Nona. Nona Sora sudah sadar." Theo bersuara menghentikan perdebatan adik dan kakak itu saat melihat kedua kelopak mata Sora yang tertutup akhirnya terbuka.Pandangan Bella beralih pada sosok wanita yang kini sedang berbaring di atas sofa. Secepat kilat Bella melangkahkan kaki mendekati Sora."Sora, kau sudah sadar?" Kata Bella pada Sora.Dahi Sora mengkerut. Menatap bingung pada sosok wanita yang berjongkok di samping tubuhnya saat ini. "Maaf, anda siapa dan kenapa saya bisa berada di sini." Sora memperhatikan sekitarnya. Sedetik kemudian ia segera bangkit dari posisi berbaring setelah menyadari jika saat ini ia berada di dalam ruangan Presdir."Umh..." Sora memegang kepalanya yang masih terasa sakit.Bella menatap lekat wajah Sora yang kini miringis menahan rasa sakit. "Kau berada di ruangan kerja Langit. Tadi kau pingsan di kamar mandi." Jawab Bella. Informasi itu tentu saja ia dapatkan dari dokter pribadi keluarganya.Sora terkesiap. Pandangannya seketika tertuju pada Langit yang ternyata tengah menatapnya dingin. Tubuh Sora seketika bergetar. Bayangan kejahatan Langit kembali terlintas di benaknya."Saya harus pergi dari sini!" Sora berniat untuk bangkit dari posisi duduk. Ia harus segera keluar dari dalam ruangan tersebut. Ia tidak boleh berlama-lama berada dekat dengan Langit. Pergerakan akhirnya Sora terhenti saat tangan Bella mencekal lengannya."Tetaplah di sini. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan kepadamu." Kata Bella.Sora memperhatikan wajah Bella yang nampak serius menatap wajahnya. Kemudian ia mengangguk menghargai keinginan wanita itu.Langit masih berdiam diri di posisinya. Ia menunggu Bella mengatakan sesuatu pada Sora."Sora, apa kau sudah mengetahui jika saat ini kau sedang hamil?" Tanya Bella hati-hati."A-apa, hamil?" Sora terbata. Wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut. Melihat ekspresi yang ditunjukkan Sora, membuat Bella menyimpulkan jika Sora belum mengetahui jika dirinya sedang mengandung saat ini.Bella menganggukkan kepala. Kemudian memberitahu Sora jika dokter keluarganya sudah memeriksa kondisi Sora saat Sora pingsan tadi."Tidak... itu tidak mungkin. Aku tidak mungkin hamil" Sora berteriak seraya menggelengkan kepala merasa tidak percaya dengan perkataan wanita asing di depannya saat ini."Tapi kenyataanya benar begitu, Sora. Dokter tidak mungkin salah mendiagnosa penyakitmu.""Jangan bercanda. Aku tidak hamil. Dan siapa anda? Saya tidak mengenal anda tapi tiba-tiba saja anda datang memberitahu saya jika saya sedang hamil!" Tanya Sora keras."Saya Bella, Kakak kandung dari pria yang sudah menodaimu satu bulan yang lalu." Jawab Bella.DegSora terkesiap. Pernyataan Bella sangat mengejutkannya. Ditatapnya wajah Langit sejenak yang masih menatapnya dengan dingin. "Saya tidak peduli siapa anda. Sekarang biarkan saya pergi dari sini!""Tidak bisa. Kau tidak boleh pergi sebelum kau menyetujui niat baik Langit untuk menikahimu sebagai bentuk pertanggung jawaban Langit atas dirimu dan janin yang berada di dalam rahimmu."Kedua kelopak mata Sora terbuka lebar. Tidak percaya dengan apa yang Bella katakan.**Nyatanya, desakan Bella pada Sora agar menerima Langit untuk menikahinya ditolak mentah-mentah oleh Sora. Setelah menolak dengan keras permintaan Bella, Sora segera keluar dari dalam ruangan kerja Langit. "Walau pun benar saat ini saya sedang mengandung, namun saya tidak mau menerima tawaran anda untuk menikah dengan Tuan Langit." Kata Sora sebelum pergi meninggalkan ruangan kerja Langit. Menurut Sora, lebih baik ia mengandung dan merawat anaknya seorang diri dari pada harus menikah dengan pria seperti Langit.Penolakan Sora tentu saja membuat Langit geram. Jika Sora menolak untuk menikah dengannya, sudah pasti Bella akan mengadukan sikap buruknya pada kedua orang tua mereka. Tidak ingin tinggal diam dengan penolakan Sora, akhirnya hari itu Langit berniat mendatangi Sora ke kediamannya. Berbekal sebuah alamat dari Theo, kini Langit sudah berada di depan kediaman Sora. Tanpa membuang waktu lama, Langit segera mengetuk pintu rumah."Maaf, anda siapa?" Tanya Bibi Rida seraya menatap kagum sosok pria tampan yang berdiri di depannya saat ini."Apa Soranya ada?" Tanya Langit balik tak ingin berbasa-basi."Sora?" Wajah Bibi Rida nampak tak bersahabat setelah menyebut nama Sora. "Dia tidak ada di rumah ini. Dia sudah saya usir dari sini karena ketahuan hamil di luar nikah!" Jawab Bibi Rida sedikit keras.Langit terkesiap. Tanpa kata ia membalikkan tubuh dan melangkahkan kaki meninggalkan rumah tersebut."Hei, Tuan?" Bibi Rida memanggil Langit. Namun Langit menulikan telinganya hingga akhirnya masuk ke dalam mobilnya kembali. "Tampan sih, tapi tidak sopan!" Gerutu Bibi Rida.Langit melajukan mobilnya seraya melakukan panggilan telefon pada Theo untuk membantunya mencari keberadaan Sora. Ia tidak boleh membiarkan wanita itu pergi begitu saja setelah membuat kekacauan di hidupnya. Cukup lama Langit menyusuri jalanan mencari keberadaan Sora sambil menunggu kabar dari Theo. Hingga akhirnya, ia mendapatkan kabar dari Theo jika anak buah mereka sudah berhasil menemukan keberadaan Sora.***Beberapa hari berlalu, Pandu nampak masih berupaya untuk bertemu dengan Sora. Namun lagi-lagi, dia harus menelan kekecewaan sebab Sora begitu sulit untuk ditemui bahkan tidak pernah keluar dari dalam apartemen. Pandu dibuat bingung dan bertanya-tanya, kenapa sikap Sora saat ini seperti orang yang sedang dikurung saja? Agh, memikirkannya membuat Pandu jadi semakin berpikiran buruk saja.Di saat Pandu terus kepikiran dengan sosok Sora, sosok yang tengah dipikirkannya itu ternyata turut memikirkannya. Dia bahkan sering berupaya untuk bisa keluar dari dalam apartemen namun selalu berujung dengan kegagalan sebab Langit begitu sulit untuk memberikannya izin untuk keluar.Bukan tanpa alasan Langit melakukannya, dia hanya tidak ingin Sora bertemu kembali dengan bibinya dan membuat hati wanita itu jadi bersedih karenanya.Berita Sora yang dikurung di dalam apartemen akhirnya sampai di telinga Bella. Ibu dari satu anak itu nampak berang karena Langit sudah bersikap sangat gegabah mengurung istr
Pertemuan Sora tadi bersama Pandu akhirnya membuat Sora terus kepikiran dengan pria itu. Bagaimana masa sekolahnya saat bersama Pandu dulu hingga pada saat ia menolak cinta Pandu karena takut bibinya akan marah jika ia ketahuan menjalin hubungan dengan seorang pria."Huh, kenapa aku jadi memikirkan Kak Pandu terus." Gumam Sora diikuti helaan napas yang terasa berat. Akibat terlalu banyak memikirkan sosok Pandu, Sora sampai lupa jika tadi ia sempat merindukan sosok Langit dan ingin segera bertemu dengannya."Baby, apa kau akan marah pada Mama jika Mama memikirkan pria yang bukan ayah kandungmu?" Sora berbicara pada janinnya yang masih bersemayam di dalam rahimnya. Rasanya tidak pantas sekali dia memikirkan pria yang tidak memiliki hubungan apa pun di dalam hidupnya.Di apartemen berbeda, Pandu yang tadi sempat berniat untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Sora berinisiatif menghampiri apartemen Sora setelah memastikan putri kecilnya sudah tertidur dengan lelap di atas ranjang.Keluar
Pandu yang turut melihat wajah Sora dibuat terkejut melihat wajah wanita itu setelah sekian lama mereka tidak bertemu."Sora." Kata Pandu sambil menatap intens wajah Sora.Bi Nina yang menyadari jika keduanya saling kenal pun menatap pada Sora. "Nona kenal sama pria itu?" Tanya Bi Nina.Sora mengangguk pelan. "Dia Kak Pandu, Bi. Kakak kelasku di sekolah dulu." Bi Nina yang hendak kembali bersuara mengurungkan niatnya saat Pandu berjalan mendekat pada mereka sambil menggendong gadis kecil di tangannya. "Sora, kau benar Sora, kan?" Tanya Pandu seakan memastikan. Sora mengangguk pelan. Dirinya sungguh tidak menyangka setelah sekian lama tidak bertemu dengan pria yang sempat menjadi idolanya, kini mereka kembali di pertemukan dalam situasi yang tak terduga.Pandangan Sora tertuju pada gadis kecil yang nampak manja berada di dalam gendongan Pandu. "Apa gadis kecil ini anak Kakak?" Tanya Sora.Pandu menganggukkan kepalanya. "Ya. Dia anakku dengan almarhum istriku." Jawab Pandu apa adanya
"Ada beberapa hal yang tidak bisa saya jelaskan pada Bibi. Yang terpenting saat ini, saya harap Bibi dapat mengikuti segala perintah saya demi kebaikan Sora."Bi Nina akhirnya mengangguk tanpa berniat bertanya lebih jauh. Ia mengerti Langit memiliki privasi dan ia tidak ingin terlalu ikut campur di dalamnya.Setelah berbincang sejenak dengan Bi Nina, Langit segera kembali ke ruangan tengah dimana Sora tengah menunggunya di sana.Wajah Sora terlihat tegang melihat kedatangan Langit. Wanita itu tengah berpikir jika Langit akan memarahinya mengingat kejadian yang terjadi tadi siang.Namun di luar ekspetasi, nyatanya Langit tidak memarahi atau membahas perkara yang terjadi tadi siang. Pria itu justru membahas hal lain tentang kehamilan Sora. Ya, jelas saja Langit tidak akan memarahinya karena pria itu tahu marah pun tiada guna. Memarahi Sora itu sama saja membuat Sora semakin takut kepadanya. Selain dari pada itu, dia juga sudah membicarakan permasalahan Sora tadi siang bersama Bi Nina. La
Sora menanti kedatangan Langit ke apartemen dengan harap-harap cemas setelah mendengar cerita dari Bibi Nina jika sudah menceritakan apa yang terjadi di supermarket tadi pada Langit."Apa Tuan Langit akan memarahiku. Atau dia akan melarangku untuk keluar lagi karena sudah membuat kekacauan." Sora bermonolog.Kecemasan yang Sora rasakan semakin bertambah saat melihat pintu apartemen terbuka dan memperlihatkan wajah Langit di sana."Tuan..." Sora bangkit dari posisi duduk menyambut kedatangan Langit.Langit yang sedang menenteng beberapa bungkus makanan di tangannya tak menyahut dan terus melangkah ke arah Sora. "Ini aku bawakan makanan untukmu." Kata Langit datar seraya menyerahkan plastik berisi makanan tersebut pada Sora.Sora menerimanya. Ia menatap kotak makanan tersebut dengan tatapan lapar. Kecemasan yang melandanya sejak tadi pun perlahan hilang melihat makanan tersebut.Langit dapat menangkap ekspresi Sora. Dia segera meminta Bi Nina untuk menyalin makanan yang ia bawa agar bis
"Heh, siapa anda yang berani ikut campur dalam urusan saya dan Sora!" Sahut Bibi Rida dengan tatapan tak kalah nyalang. Ia menatap tubuh Bi Nina dari atas sampai bawah dengan tatapan menghina. Dari penampilan Bi Nina saja Bibi Rida sudah dapat menyimpulkan jika Bi Nina adalah wanita rendahan sama seperti Sora."Saya adalah orang yang bertugas menjaga Nona Sora saat ini. Termasuk menjaganya dari wanita jahat seperti anda!" Tegas Bi Nina."Hahah." Bibi Rida tertawa mencemooh Bi Nina. "Kau pikir dia ini adalah bangsawan yang harus dijaga segala?!" Ketusnya.Bi Nina hendak kembali menjawab, namun Sora dengan cepat menghentikan niatnya dengan memegang lengannya."Bibi, sudahlah. Jangan membuat keributan di sini." Pinta Sora. Namun permintaan Sora tidak akan membuat Bi Nina menurut begitu saja. Sebab dia sangat tidak suka dengan sikap arogan yang Bibi Rida tunjukkan saat ini."Heh, Sora. Siapa wanita ini, kenapa dia sok dermawan sekali membela wanita seperti dirimu?" Tanya Bibi Rida dengan