Share

Bab 4 - Mencari Jejaknya

Bella kini telah berdiri tepat di hadapan Langit. Kedua tangannya bersedekap di dada. Tatapan matanya pun terhunus tajam pada Langit. "Bagaimana, Langit. Setelah mengetahui wanita itu sedang mengandung darah dagingmu apa kau masih berniat lari dari tanggung jawab?" Tanya Bella.

Wajah Langit terlihat datar menatap sang kakak. Ia sudah menduga jika Bella mengetahui keadaan Sora saat ini mengingat dokter pribadi keluarganya baru saja keluar dari ruangan kerjanya dan pasti bertemu dengan Bella. "Belum tentu anak yang ada di dalam kandungannya itu anakku. Bisa jadi dia pernah tidur bersama pria lain." Jawab Langit.

Plak

Telapak tangan Bella menempel tepat di pipi Langit. Wajah wanita itu nampak geram terlihat jelas dari tatapan matanya yang semakin tak bersahabat. "Berani sekali kau berkata seperti itu, Langit. Sudah jelas anak itu adalah anak kandungmu. Dia tidak mungkin melakukannya dengan pria lain!" Maki Bella.

Langit mengalihkan pandangan matanya ke samping merasa enggan melihat kemarahan yang terpancar di raut wajah sang kakak. Sebenarnya ia juga merasa yakin jika anak yang dikandung Sora adalah darah dagingnya. Namun ia masih saja ingin mengelak.

"Aku tidak menyangka jika bisa memiliki adik pecundang seperti dirimu!" Bella kembali memaki. Menjatuhkan harga diri Langit sebagai seorang pria. "Suka tidak suka, mau tidak mau, kau harus tetap menikahi wanita itu. Jika tidak, kau akan tahu sendiri akibatnya. Berita ini akan sampai di telinga Mama dan Papa." Ancam Bella.

Langit terkesiap. Jangan sampai sikap buruknya itu diketahui oleh kedua orang tuanya. Sebab, ia pasti akan diusir dari keluarganya dan tidak mendapatkan warisan apa pun dari kedua orang tuanya. Sudah dapat Langit pastikan jika sampai itu terjadi ia akan hidup sebagai gelandangan di luar sana.

"Maaf, Tuan, Nona. Nona Sora sudah sadar." Theo bersuara menghentikan perdebatan adik dan kakak itu saat melihat kedua kelopak mata Sora yang tertutup akhirnya terbuka.

Pandangan Bella beralih pada sosok wanita yang kini sedang berbaring di atas sofa. Secepat kilat Bella melangkahkan kaki mendekati Sora.

"Sora, kau sudah sadar?" Kata Bella pada Sora.

Dahi Sora mengkerut. Menatap bingung pada sosok wanita yang berjongkok di samping tubuhnya saat ini. "Maaf, anda siapa dan kenapa saya bisa berada di sini." Sora memperhatikan sekitarnya. Sedetik kemudian ia segera bangkit dari posisi berbaring setelah menyadari jika saat ini ia berada di dalam ruangan Presdir.

"Umh..." Sora memegang kepalanya yang masih terasa sakit.

Bella menatap lekat wajah Sora yang kini miringis menahan rasa sakit. "Kau berada di ruangan kerja Langit. Tadi kau pingsan di kamar mandi." Jawab Bella. Informasi itu tentu saja ia dapatkan dari dokter pribadi keluarganya.

Sora terkesiap. Pandangannya seketika tertuju pada Langit yang ternyata tengah menatapnya dingin. Tubuh Sora seketika bergetar. Bayangan kejahatan Langit kembali terlintas di benaknya.

"Saya harus pergi dari sini!" Sora berniat untuk bangkit dari posisi duduk. Ia harus segera keluar dari dalam ruangan tersebut. Ia tidak boleh berlama-lama berada dekat dengan Langit. Pergerakan akhirnya Sora terhenti saat tangan Bella mencekal lengannya.

"Tetaplah di sini. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan kepadamu." Kata Bella.

Sora memperhatikan wajah Bella yang nampak serius menatap wajahnya. Kemudian ia mengangguk menghargai keinginan wanita itu.

Langit masih berdiam diri di posisinya. Ia menunggu Bella mengatakan sesuatu pada Sora.

"Sora, apa kau sudah mengetahui jika saat ini kau sedang hamil?" Tanya Bella hati-hati.

"A-apa, hamil?" Sora terbata. Wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut. Melihat ekspresi yang ditunjukkan Sora, membuat Bella menyimpulkan jika Sora belum mengetahui jika dirinya sedang mengandung saat ini.

Bella menganggukkan kepala. Kemudian memberitahu Sora jika dokter keluarganya sudah memeriksa kondisi Sora saat Sora pingsan tadi.

"Tidak... itu tidak mungkin. Aku tidak mungkin hamil" Sora berteriak seraya menggelengkan kepala merasa tidak percaya dengan perkataan wanita asing di depannya saat ini.

"Tapi kenyataanya benar begitu, Sora. Dokter tidak mungkin salah mendiagnosa penyakitmu."

"Jangan bercanda. Aku tidak hamil. Dan siapa anda? Saya tidak mengenal anda tapi tiba-tiba saja anda datang memberitahu saya jika saya sedang hamil!" Tanya Sora keras.

"Saya Bella, Kakak kandung dari pria yang sudah menodaimu satu bulan yang lalu." Jawab Bella.

Deg

Sora terkesiap. Pernyataan Bella sangat mengejutkannya. Ditatapnya wajah Langit sejenak yang masih menatapnya dengan dingin. "Saya tidak peduli siapa anda. Sekarang biarkan saya pergi dari sini!"

"Tidak bisa. Kau tidak boleh pergi sebelum kau menyetujui niat baik Langit untuk menikahimu sebagai bentuk pertanggung jawaban Langit atas dirimu dan janin yang berada di dalam rahimmu."

Kedua kelopak mata Sora terbuka lebar. Tidak percaya dengan apa yang Bella katakan.

**

Nyatanya, desakan Bella pada Sora agar menerima Langit untuk menikahinya ditolak mentah-mentah oleh Sora. Setelah menolak dengan keras permintaan Bella, Sora segera keluar dari dalam ruangan kerja Langit. "Walau pun benar saat ini saya sedang mengandung, namun saya tidak mau menerima tawaran anda untuk menikah dengan Tuan Langit." Kata Sora sebelum pergi meninggalkan ruangan kerja Langit. Menurut Sora, lebih baik ia mengandung dan merawat anaknya seorang diri dari pada harus menikah dengan pria seperti Langit.

Penolakan Sora tentu saja membuat Langit geram. Jika Sora menolak untuk menikah dengannya, sudah pasti Bella akan mengadukan sikap buruknya pada kedua orang tua mereka. Tidak ingin tinggal diam dengan penolakan Sora, akhirnya hari itu Langit berniat mendatangi Sora ke kediamannya. Berbekal sebuah alamat dari Theo, kini Langit sudah berada di depan kediaman Sora. Tanpa membuang waktu lama, Langit segera mengetuk pintu rumah.

"Maaf, anda siapa?" Tanya Bibi Rida seraya menatap kagum sosok pria tampan yang berdiri di depannya saat ini.

"Apa Soranya ada?" Tanya Langit balik tak ingin berbasa-basi.

"Sora?" Wajah Bibi Rida nampak tak bersahabat setelah menyebut nama Sora. "Dia tidak ada di rumah ini. Dia sudah saya usir dari sini karena ketahuan hamil di luar nikah!" Jawab Bibi Rida sedikit keras.

Langit terkesiap. Tanpa kata ia membalikkan tubuh dan melangkahkan kaki meninggalkan rumah tersebut.

"Hei, Tuan?" Bibi Rida memanggil Langit. Namun Langit menulikan telinganya hingga akhirnya masuk ke dalam mobilnya kembali. "Tampan sih, tapi tidak sopan!" Gerutu Bibi Rida.

Langit melajukan mobilnya seraya melakukan panggilan telefon pada Theo untuk membantunya mencari keberadaan Sora. Ia tidak boleh membiarkan wanita itu pergi begitu saja setelah membuat kekacauan di hidupnya. Cukup lama Langit menyusuri jalanan mencari keberadaan Sora sambil menunggu kabar dari Theo. Hingga akhirnya, ia mendapatkan kabar dari Theo jika anak buah mereka sudah berhasil menemukan keberadaan Sora.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status