Share

Bab 5 - Izinkan Aku Menikahimu

Perasaan Sora dibuat tidak tenang setelah menyadari dua orang pria berbaju hitam mengikutinya sejak ia keluar dari dalam minimarket membeli sebuah roti untuk mengganjal perutnya yang terasa lapar. Sora terus melangkah menjauhi kedua pria tersebut hingga akhirnya langkahnya terhenti saat tubuhnya tidak sengaja menabrak tubuh seseorang.

"Aw..." Sora mengusap pelipisnya yang terasa sakit. Sedetik kemudian ia mendongak untuk melihat siapakah orang yang baru saja ia tabrak. "Tu-tuan Langit." Sora terbata. Tubuhnya bergetar hebat hingga membuat roti yang tadi ia beli jatuh ke atas tanah. Sora tak memperdulikan roti tersebut. Perlahan sepasang kakinya melangkah mundur berniat kabur dari Langit. Ya, ia harus pergi dari pria itu sebelum Langit berniat buruk kepadanya.

Dua orang pria yang sejak tadi mengikuti Sora bergerak cepat menahan langkah Sora saat menyadari wanita itu hendak kabur.

"Apa yang kalian lakukan. Lepaskan aku!" Sora berteriak. Bukan hanya roti di tangannya saja yang terjatuh ke atas tanah. Kini, tas berisi pakaiannya pun ikut terjatuh.

Langit melangkah mendekati Sora dengan tatapan tak terbaca. Kemudian, ia memberikan perintah lewat tatapan mata agar kedua anak buahnya melepaskan tangan Sora.

"Anda mau apa, Tuan? Saya mohon biarkan saya pergi dari sini!" Pinta Sora terbata sambil mengatupkan kedua tangannya.

Langit dapat melihat jika Sora sangat takut melihat wajahnya. Maka dari itu, ia memilih menurunkan egonya dengan bersikap lembut pada wanita itu agar tidak kabur. "Tenanglah, saya tidak berniat jahat kepadamu." Kata Langit.

Seakan tak percaya, Sora menggelengkan kepalanya. "Saya mohon biarkan saya pergi dari sini, Tuan. Saya berjanji akan pergi jauh dari kehidupan anda dan keluarga. Saya tidak akan membuat kehadiran anak ini menjadi aib untuk anda. Saya berjanji untuk diam." Mohon Sora. Walau awalnya ia menolak kehadiran anak di dalam rahimnya, namun kini ia sudah sadar dengan kesalahannya dan sangat menyayangi janinnya.

"Kau sudah salah paham. Saya tidak berniat buruk kepadamu."

Sora kembali menggeleng. Nampaknya ibu hamil itu sangat tidak percaya pada Langit.

Langit menghela napas dalam-dalam untuk menghilangkan rasa kesal. "Bisa kita bicara sebentar untuk menyelesaikan permasalahan di antara kita?" Kali ini Langit yang meminta. Dan permintaannya itu lantas saja dijawab gelengan kepala oleh Sora. "Kita bisa berbicara di depan toko roti yang berada di sana. Kau bisa berteriak jika saya berniat jahat kepadamu." Tawar Langit seraya menunjuk sebuah toko roti yang berada di seberang jalan.

Sora masih nampak enggan. Namun setelah Langit meyakinkannya kembali, akhirnya ia luluh juga. Dan di sinilah Langit dan Sora berada. Di depan sebuah toko roti yang nampak cukup ramai dengan kedatangan pengunjung.

"Saya ingin memberikan penawaran kepadamu untuk permasalahan kita saat ini." Kata Langit membuka percakapan di antara mereka.

Kepala Sora mendongak. Menatap wajah Langit yang tengah menatapnya dengan intens. "Penawaran apa maksud anda?" Tanyanya terbata.

"Sebagai bentuk tanggung jawab saya kepada dirimu dan anak kita, izinkan saya untuk menikahimu. Dengan menikah, saya bisa menjagamu dan memastikan kebutuhanmu terpenuhi selama mengandung anak saya. Dan tawaran yang saya maksud, kita bisa bercerai setelah anak kita lahir nanti. Kau mendapatkan hak asuh penuh atas anak kita dan aku akan tetap memberikan nafkah bulanan untukmu dan anak kita." Terang Langit.

"Saya tidak setuju. Saya bisa merawat anak ini dengan baik tanpa harus menikah dengan anda." Sora menyahut dengan cepat. Menikah dengan Langit menurutnya bukanlah sebuah solusi. Terlebih ia tidak mencintai pria itu.

"Kehidupan seperti apa yang akan kau berikan untuk anak kita nanti? Jangankan memberikan kehidupan yang layak untuknya setelah dia lahir nanti, untuk tempat tinggalmu saat ini saja kau tidak punya." Tekan Langit.

Sora terkesiap. Perkataan Langit memang benar adanya. Sudahlah tempat tinggal tidak punya, untuk makannya esok hari pun Sora tidak tahu harus bagaimana mengingat uang yang ia punya hanya tinggal sepuluh ribu saja.

"Percayalah, menikah dengan saya bukanlah pilihan yang buruk. Sama seperti dirimu, saya juga tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak saya cintai. Tapi permasalahan kita saat ini bukan hanya tentang cinta, namun juga pertanggung jawaban saya sebagai pria yang sudah melecehkanmu."

Sora tergugu. Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Langit.

"Jangan egois, pikirkan nasib anak kita. Saya akan memberikan tempat tinggal yang layak untukmu jika kau bersedia menikah dengan saya. Satu lagi, saya tidak akan tinggal di tempat yang sama denganmu jika kau menginginkannya." Lanjut Langit.

Perlahan Sora mengangkat kepalanya yang tertunduk. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya ia mengangguk mengiyakan perkataan Langit. "Saya setuju. Tapi saya membutuhkan surat perjanjian untuk itu. Saya tidak mau anak yang saya lahirkan nanti anda ambil hak asuhnya." Pinta Sora. Ia harus berjaga-jaga sebab ia sadar siapa Langit dan bagaimana kekuasaannya.

Langit langsung menyetujuinya. "Pengacara saya akan membuat surat perjanjian itu secepatnya untuk kita."

Sora kembali menundukkan kepalanya setelah cukup lama menatap wajah Langit.

"Sekarang ayo ikut dengan saya. Saya akan membawamu ke tempat tinggalmu yang baru." Ajak Langit.

Perasaan Sora mulai meragu. Bayangan malam kelam itu kembali terlintas di benaknya.

"Percayalah, saya tidak akan berbuat hal buruk kepadamu." Kata Langit seakan tahu apa yang ada di dalam pemikiran Sora.

Sora akhirnya luluh. Perlahan ia bangkit dari posisi duduk. Saat hendak meninggalkan depan toko roti tersebut, ia tiba-tiba saja teringat dengan roti miliknya yang tadi jatuh di atas tanah.

"Saya lapar. Bisakah anda membelikan sebuah roti untuk saya? Tadi roti saya jatuh karena anda."

**

Nyatanya Langit bukan hanya membelikan sebuah roti saja untuk Sora, namun juga mengajak Sora makan di sebuah restoran mewah sebelum membawanya ke apartemen yang akan menjadi tempat tinggal baru Sora.

"Kita akan menikah dua hari lagi." Beri tahu Langit setelah ia dan Sora berada di dalam apartemen miliknya.

Sora yang baru saja mendaratkan bokong di atas sofa mendongak menatap wajah Langit. "Kenapa cepat sekali?" Tanya Sora pelan nyaris berbisik.

"Karena saya tidak mau mengundur waktu lebih lama." Jawab Langit seadanya. Selain itu, ia juga tidak ingin terus didesak Bella untuk segera menikahi Sora.

Sora memilih diam. Protes pun tiada guna sebab ia sudah menyetujui permintaan Langit untuk menikahinya.

"Ada satu hal penting yang ingin saya ingatkan kepadamu sebelum kita menikah nanti." Kata Langit lagi.

Sora menatap wajah Langit menunggu jawaban.

"Jangan pernah mengharapkan cinta dari saya selama kita menikah. Karena sampai kapan pun itu, saya tidak akan pernah bisa mencintai wanita lain selain kekasih saya." Tekan Langit. Ia merasa perlu mengingati Sora agar tidak berharap lebih dengan pernikahan mereka nanti walau ia tahu jika saat ini Sora tidak menginginkan pernikahan dengannya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status