wkwkwk gimana? udah shock kalau papanya Kayden tau? 1 bab lagi menyusul yahh 🤗🤗
"A-aku belum mandi." Liora memalingkan wajahnya saat Kayden hampir kembali mempertemukan bibir mereka."Bohong.""Aku memang belum mandi, aku hanya cuci muka dan akan mengirim pesan padamu karena kamu tidak pulang-pulang," terang Liora."Tapi kenapa kamu sangat wangi, Princess?" bisik Kayden."Aku sungguh tidak mau."Liora mendorong Kayden agar menjauh, dada prianya yang bidang itu seperti akan menguncinya di manapun tempat.Dari sudut mata Kayden yang dijumpai oleh Liora, pandangan prianya itu mengarah pada pintu kamar mandi. Yang bisa ia pastikan dengan jelas bahwa Kayden ingin melakukannya di sana."Tidak menolak?" goda Kayden, tatapannya menelisik Liora.Meski ia menuruti gadisnya untuk menjauhkan diri dan melepas pelukan di pinggang kecil nan seksi itu, tapi sepasang matanya yang sensual tak berhenti."Sungguh tidak mau," balas Liora.Ia mendengus, sengit menatap Kayden."Apa tidak ada yang kamu pikirkan selain itu, Tuan Kayden Baldwin?!"Kayden memiringkan kepalanya, "Ada," jawa
"IRINA LARSON!" Donny berteriak keras-keras saat Evan menarik kepalanya dari air sehingga ia bisa menghirup udara segar sekali lagi. "Yang menyuruh saya adalah—AKHKK!" Mulutnya kembali terbungkam saat Evan memaksa kepalanya untuk masuk ke dalam tong. "AMPUN!" Donny sekali lagi berseru, kali ini lebih keras, dan penuh dengan permohonan. "Saya akan mengaku, tapi tolong hentikan!" Matanya yang merah menatap Kayden yang masih duduk dengan nyaman di bangku usang. Bibirnya yang mengepulkan asap rokok tipis tengah tersenyum, seolah menikmati pemandangan yang ada di hadapannya. Donny menunduk saat cengkeraman Evan terlepas. Ia menjatuhkan kepalanya ke tanah berumput saat berujar, "Ampuni saya, Tuan Kayden. Tolong jangan seperti ini ...." Tawa lirih Kayden terdengar, menggema mencekam di sekitarnya. "Di mana perginya pria yang hari itu memimpin dan meminta anak buahnya untuk membunuh istriku?" tanya Kayden. "Apa dia sudah berubah menjadi seorang pecundang sekarang?" Kepala Donny k
.... Sepertinya, semua terjadi begitu cepat. Donny tak sempat meraba apa yang akan dilakukan oleh Evan. Pria itu sama sekali tak terduga. Tubuhnya limbung sekali lagi ke jalan aspal seperti seonggok kayu yang dilemparkan dengan sebelah tangan. Tendangan kaki Evan mengenai bagian belakang kepalanya, dan itu adalah hal terakhir yang bisa diingatnya sebelum ia tersadar saat dadanya ... sesak! Ia tak bisa bernapas, pandangannya buram, kumpulan air memenuhi wajahnya. Ia mencoba menarik kepalanya ke tempat yang kering yang memiliki banyak oksigen, berharap ini hanya mimpi buruk yang menghantuinya mengingat ucapan Kayden dan Evan yang menyebut bahwa ia harus diperlakukan sama seperti Liora—ditenggelamkan. Tapi, Donny sadar bahwa ini bukan hanya sebatas mimpi. Ia bisa merasakan nyeri di kedua tangannya, ia terikat. Rahangnya yang bergeser akibat ditendang oleh Evan semakin tak tertangguhkan perihnya. Ia berdiri, tahu tubuhnya sedang dipaksa membungkuk, tapi tak bisa memberikan perlawana
⚠⚠TRIGGER WARNING⚠⚠ Bab memuat konten yang mengandung kekerasan dan dapat memicu rasa tidak nyaman. Harap bijak dalam membaca! ———— Di tepi danau Washington kala itu, Donny mendengar dengan jelas Liora mengatakan kurang lebih seperti, 'Siapa yang melindunginya selama ini, sejak ia dikejar oleh preman bayaran di bar', yang sebenarnya ia tahu bahwa itu adalah Kayden Baldwin. Tapi, ia mengabaikannya. Ia kesampingkan kegusarannya saat itu sebab ia telah mendapatkan bayaran dari Irina. Sehingga mau tidak mau ia pun melakukan 'pekerjaannya'. Ia tak tahu bahwa apa yang dilakukannya saat itu akan membuatnya terjebak dalam peristiwa mengerikan seperti ini. Mana tahu ia dibuntuti oleh Kayden dan Evan? Ia sudah ada di batas kota, hanya tinggal melewati sekian kilometer untuk kembali ke tempat persembunyiannya. Tapi, ia tertangkap! Kayden dan Evan pasti telah mengikutinya sejak ia bertemu dengan Irina di halaman pertokoan bobrok itu sehingga mereka meringkusnya di sini, di jalan yang leng
⚠⚠TRIGGER WARNING⚠⚠ Bab memuat konten yang mengandung kekerasan dan dapat memicu rasa tidak nyaman. Harap bijak dalam membaca! ———— Tubuhnya telah terkulai tak berdaya setelah jatuh dari puluhan anak tangga. Helaian rambutnya menutupi wajah saat dirinya tergeletak di bawah sana. Nyonya Lin hampir tak bergerak lagi, selain suara lemahnya yang berulang kali menggumamkan, "T-tolong ...." Pada Irina yang berjalan menuruni tangga dan berdiri di sampingnya. Gadis itu tersenyum setelah menoleh ke sekitar, seakan memastikan tak ada yang melihatnya. Ia membungkuk dan berbisik di dekat telinga sang Ibu. "Mama terlalu berisik," katanya. "Sudah cukup mengaturnya, hm?" Irina tak menunggu jawaban beliau. Ia bangun dan meninggalkan Nyonya Lin begitu saja. Beranjak pergi meninggalkan tubuh sang Ibu yang semakin melemah, tertelungkup di lantai, meregang nyawa. Suara langkah Irina terdistorsi, kemudian menghilang di kejauhan, meninggalkan Nyonya Lin yang tidak bisa menggerakkan tubuhnya bahk
.... Sekitar pukul tujuh malam saat Irina berjalan meninggalkan rumah untuk menemui preman bayaran yang bernama Donny itu. Mereka sudah sepakat untuk bertemu malam ini. Ia bergegas, berpikir bahwa semakin cepat menemui pria itu, lalu segera pulang. Mobil yang ia kemudikan berhenti di sebuah halaman pertokoan yang sudah tak terpakai. Irina melihat sebuah Jeep yang berhenti di sana yang ia hampiri dengan cepat. Mobil mereka berhenti berdampingan dan cukup dekat. Irina mengirim pesan pada Donny untuk membuka kaca jendela mobilnya jika benar pria itu di dalam sana. Donny tak membalas pesan itu, tapi sedetik kemudian, kaca mobil jeep itu benar terbuka sehingga Irina melakukan hal yang sama. "Nona," sapa Donny saat pandangan mereka bertemu. Lampu jalan yang ada di kejauhan menjadi penerang selain yang tergantung dari teras pertokoan yang hampir bobrok. "Menunggu lama?" balas Irina. "Tidak, Nona." "Kamu sudah memastikan tidak ada yang mengikutimu?" "Ya," jawab pria berkepala bota