done 2 bab ya 🙂↕️ sudah tahu syarat dari Kayden kan? gimana nasib si Panjul habis ini 🤣🤣 siapkan pop corn 🌽bentar lagi Daddy buka puasa sama Mommy 🤣
"Ahh ...."Pada akhirnya, cinta panas meleburkan mereka menjadi satu. Liora hanya dipenuhi oleh Kayden, dalam hening yang membuat isi kepalanya seakan kosong.Ia menjumpai wajah Kayden yang tak berjarak, ciuman di bibirnya semakin panas, tak memberinya jeda sedang hentakan manisnya seperti akan membelah tubuhnya menjadi dua bagian.Saat Kayden menarik wajahnya, manik mereka bertemu, bertukar pandang di bawah temaram. Dan di bawah Kayden pula ia dikendalikan.Dadanya berdenyut saat Kayden menjatuhkan bibirnya di sana, memberi usapan dengan lidahnya dan menyesap seperti yang senantiasa ia lakukan."Ahh ...."Seperti hampir gila karena terlalu nikmat.Berulang kali Liora memanggil Kayden, saat pria itu juga mengucapkan namanya, atau "Aku mencintaimu" yang menghujaninya tanpa henti."Terima kasih untuk malam yang nikmat ini," bisik Kayden dengan masih menggerakkan pinggulnya.Mendorong lebih dalam, desahannya yang dulu hampir tak pernah didengar oleh Liora kini menggodanya."Ah—sempit."L
Liora bisa melihat kedua telinga Kayden yang memerah. Di saat seperti ini, ia yakin prianya itu pasti sedang salah tingkah, atau malah merasakan kegugupan. Ia yang tadinya hanya memandang Liora tanpa sepatah kata pun kini berdeham, mematikan tabletnya dan meletakkannya di meja. Ia bangun dari duduknya, berjalan menghampiri Liora yang menyambutnya mendekat dengan senyuman. Saat Kayden berhenti, pria itu memandanginya dari bawah, pada gaun tidur panjang yang sebenarnya sangat menggoda sebab ada belahan di kakinya dari mata kaki hingga ke pinggulnya. Pada tali kecil di lengannya, di mana gaun itu tidak bisa dikatakan benar-benar melindungi bagian depan tubuh Liora sebab pada bagian dadanya menunjukkan keindahan yang tak pernah lelah disentuh Kayden setiap kali berdekatan dengannya. "Kayden," panggil Liora sehingga manik pria itu menguncinya. "Cantik sekali ...." Liora suka dengan pujian itu. Tapi, yang ia lakukan tidak semata hanya untuk mendapat pujian. Melainkan untuk membakar ke
Liora yang duduk di atas ranjang besar di dalam kamar menjumpai kedatangan Kayden setelah pria itu mandi. Muncul dengan wangi sabun mandinya yang terkesan lembut dan mengancingkan sleepwear yang ia kenakan kemudian ikut naik ke atas tempat tidur. “Apa yang kamu bicarakan dengan Pak Evan?” tanya Liora sembari menutup buku yang dibacanya. “Aku tadi mendengar sepertinya kamu telepon dengannya?” Kayden mengangguk sebagai pembenaran, “Iya. Evan menghubungiku. Dia bilang kalau laporan tentang Allen sudah naik dan dia akan ditangkap dalam waktu dekat.” “Setelah Julia, lalu Pak Allen?” “Kenapa? Kamu sedih karena mantan calon ayah mertuamu harus tidur di penjara?” “Tidak!” jawab Liora dengan cepat. “Kalau benar begitu ... mungkin aku harus bersiap menerima kemarahan dari ibumu lagi, Kayden.” “Kenapa?” “Beliau pasti akan mencari pelampiasan karena anak lelakinya dipenjara, biasanya ... yang paling lemah yang akan ditindas.” “Kalau ibuku begitu, saat kamu tahu beliau akan menyalahkanmu, l
Di dalam kamarnya, Liora kembali tidak menemukan Kayden. Liora baru saja kembali setelah beberapa lama berada di dalam kamar milik si kembar yang sudah rapi dan bagus. Tapi di sini, ia tak menemukan Kayden. Dilihat dari kegiatan yang hampir rutin ia lakukan, sepertinya pria itu sedang berada di ruang gym yang ada di rumah belakang. Di meja tempat di mana laptopnya berada, ponsel milik Kayden tertinggal di sana. Saat Liora mendekat dan hendak meletakkan aksesoris kecil di atas mejanya, Liora menjumpai sebuah pesan yang masuk. Tadinya Liora tak akan mempedulikan itu, tetapi karena dikirim oleh orang yang sedikit ... ‘mencolok’, maka Liora memutuskan untuk mengintipnya. Dari Carlos Dean—ayahnya Julia—yang mengatakan, [Julia sudah ada di rumah sakit jiwa seperti yang kamu minta, Kayden. Dia juga sudah tahu kamu yang melunasi utangnya, termasuk dirinya yang pura-pura gila agar tidak ditetapkan menjadi tersangka.] ‘Bagus kalau dia akhirnya benar-benar tahu,’ ucap Liora dalam hati. ‘Di
Tuan Carlos ingat, apa yang saat itu dikatakan oleh Kayden adalah, 'Tetap masukkan dia ke rumah sakit jiwa, tapi ... jangan beri Julia ruangan eksklusif. Biar dia bergabung dengan pasien yang lainnya. Kalau Paman Carlos setuju, aku akan kirim bukti pembayaran lima puluh miliarnya pada Cascade Bank lebih cepat.' Tuan Carlos menyetujuinya agar DN Construction bertahan. Meski pada akhirnya ... nanti itu mungkin saja terlepas dari genggaman tangannya. "Aku minta ruangan eksklusif seperti ibunya Liora," ucap Julia dengan nada meninggi. "Bukan seperti ini!" "Ruangan itu biayanya sangat mahal," jawab sang Ayah. "Liora saja bisa memfasilitasi ibunya ruangan sebagus itu, jadi kenapa Papa tidak bisa!" "Kamu pikir kenapa Liora bisa memfasilitasi ibunya sebaik itu? Karena dia bekerja keras, Julia! Dia jatuh bangun bekerja agar ibunya selamat. Dia tidak sepertimu yang malah membuat DN Construction terlilit utang!" Julia menatap ruangan itu sebelum menoleh pada sang ayah dengan cepat, meminta
.... Apa yang dikatakan oleh Kayden membuat Liora tahu bahwa Kayden benar-benar melakukan apa yang ia mau, membuat Julia masuk ke dalam rumah sakit jiwa dan merasakan ‘penderitaan’ di dalam sana. Seperginya Tuan Carlos dari ruang tamu rumahnya, Liora berjalan ke lantai atas seorang diri, sedang Kayden masih tertinggal di bawah, bersama ayahnya. Angannya masih belum sepenuhnya kembali. Masih terpaku pada kalimat, ‘Akan aku lakukan itu, Kayden’ yang dikatakan oleh Tuan Carlos. Pria itu bersedia melakukan apa yang diinginkan oleh Kayden pada Julia, demi agar DN Construction tidak tumbang. “Kenapa melamun?” tanya Kayden setibanya mereka di dalam kamar. Liora yang duduk di tepi ranjang mengangkat wajahnya, memandang Kayden yang mendekat setelah menutup pintu dan duduk di sampingnya. “Tidak,” jawab Liora. “Apakah Papa sudah istirahat?” Kayden mengangguk sebagai pembenaran. “Sudah,” katanya. “Kenapa melamun?” tanya pria itu sekali lagi. “Hanya ... memikirkan, mungkin nanti s