Share

34. Parfum perempuan

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2024-12-20 23:53:12

Ciuman yang tiba-tiba itu sungguh mengagetkan, namun aku dengan gilanya berani membalasnya. Perasaan senang bercampur dengan kekencangan jantung yang semakin terasa.

Hangat dan manis, bibir Kak Calvin membuatku merasa nyaman dan terpikat. Rasa sukaku padanya semakin dalam, membuatku yakin bahwa hatiku sudah sepenuhnya miliknya.

Aku telah mencintai Kak Calvin.

Ya, aku yakin ini adalah hal yang disebut sebagai cinta. Itulah sebabnya aku terus memikirkannya siang dan malam.

Cinta yang kurasakan pada Kak Calvin begitu kuat, begitu dalam, sehingga sulit untuk diabaikan. Tapi, adakah ini sebuah keterlambatan, atau sebuah kesalahan?

Kak Calvin kini telah bersama Nona Agnes, namun mereka baru bertunangan, belum menikah, bukan? Sebelum janur kuning melengkung, masih ada harapan bagiku untuk mendapatkannya kembali.

Aku yakin, aku percaya bahwa ada jalan untukku dan Kak Calvin.

Dalam hanyutan ciuman yang memikat, aku merasakan kedua tangan Kak Calvin meraih pinggangku dengan lembut, membuat cium
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aishwa Maira
drpd nyesel mending jujur aja kan udah ada anak juga
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 118. Akan menangkapku!

    "Nona! Cepat habiskan makan malam Nona lalu sembunyi!" seru Bu Yuli dengan nada panik yang membuat jantung Keiko berdegup kencang. Dia menghampiri Keiko dengan langkah tergesa-gesa, matanya memancarkan ketakutan yang nyata.Keiko cepat-cepat menelan kunyahannya yang terasa seperti pasir di tenggorokan. Dahinya berkerut heran, tak mengerti dengan kepanikan tiba-tiba Bu Yuli. "Ada apa memangnya, Bu?" tanyanya dengan suara tercekat."Di luar ada polisi, Nona. Ibu khawatir polisi itu berusaha masuk untuk mencari Nona." Bisik Bu Yuli dengan suara bergetar, seolah takut didengar oleh orang di luar."Polisi??" Keiko langsung berdiri dari duduknya, kursi yang didudukinya bergeser ke belakang dengan kasar. Matanya membulat sempurna, napasnya tercekat. "A-aku, a-aku sembunyi di mana, Bu?" tanyanya dengan nada panik yang semakin menjadi."Masuk ke gudang dulu saja, Nona, terus kunci pintunya dari dalam, ya?" saran Bu Yuli dengan cepat, sambil menunjuk ke arah gudang yang terletak di dekat dapur.

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 117. Pria setia

    Benda itu mirip seperti alat kela*min wanita, namun berbahan silikon.Pikiran Kenzie langsung liar. Bukan karena nafsu pada benda itu, melainkan bayangan Zea yang tiba-tiba menyeruak di benaknya. Hasratnya membuncah tak terkendali."Papa apa-apaan, ngasih aku beginian?! Lapa lagi ngeledekin aku, ya?" Kenzie membanting benda itu ke lantai dengan kesal, napasnya memburu.Untunglah karena berbahan silikon, jadi tidak pecah."Kamu jangan salah paham, Ken. Papa sama sekali nggak bermaksud ngeledekin kamu." Papa Bahri segera memungut benda itu, lalu menyodorkannya kembali pada menantunya. "Justru dengan memberikan benda ini padamu, Papa sama dengan membantumu. Papa cuma khawatir kamu nggak bisa menahan diri, lalu kamu selingkuh. Jadi, untuk sementara... pakai 'mainan' ini saja, Ken.""Ya Allah, Pa. Aku nggak mungkin selingkuh! Aku ini pria setia!!" tegas Kenzie dengan nada meninggi. "Lagipula, aku nggak sudi menerima benda ini, apalagi memakainya!"Papa Bahri menghela napas berat, raut waja

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 116. Untuk jaga-jaga

    "Papa sama Mama serius, Zea. Kamu ini kok kayak nggak percaya gitu sih?" tanya Papa Bahri yang heran dengan reaksi Zea. Namun, dari sikapnya yang malu-malu kucing, jelas terlihat bahwa putrinya itu tengah salah tingkah."Ya aku nggak percaya aja, soalnya selama ini Kak Kenzie nggak pernah begitu sama aku," Zea perlahan melepaskan tangannya dari wajahnya yang merona, lalu berjalan mendekat ke arah Mama Eva."Namanya manusia pasti ada berubahnya, Zea. Tapi baguslah kalau memang berubahnya itu ke arah yang lebih baik," Papa Bahri menghela napas lega, membayangkan bahwa rumah tangga putrinya akan semakin harmonis."Tapi Papa yang ngomong sama Kak Kenzie, ya, tentang niat Papa ingin aku dan dia tidur terpisah. Karena kalau nantinya aku yang ngomong... bisa panjang urusannya, bisa-bisa dia mengira aku memang nggak mau tidur dengannya," pinta Zea dengan nada khawatir."Tenang, nanti Papa kasih tau setelah kita makan malam," janji Papa Bahri, berusaha menenangkan kegelisahan putrinya.***"

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 115. Tergila-gila

    Tiba-tiba, kamar mandi terasa panas membara.Dengan gerakan tergesa, Kenzie membuka kancing demi kancing kemeja Zea. Kain itu jatuh, memperlihatkan kulit seputih susu berada di hadapannya.Jantung Zea berdebar tak karuan. Ada gejolak ingin menolak, namun tubuhnya seolah menyerah pada sentuhan-sentuhan yang menggelitik saat bibir Kenzie mulai menjelajahi lehernya. Setiap kecupan seolah menjadi bisikan rayu yang membangkitkan hasratnya."Kaaakkkk, geliii!" Zea terkikik, namun tak ada upaya untuk menghentikan Kenzie. Tangannya justru melingkar di leher pria itu, seolah memberi izin untuk melanjutkan.Kenzie tak menjawab. Bibirnya semakin gencar memberikan kecupan-kecupan panas di leher dan bahu Zea, menciptakan sensasi merinding yang nikmat.'Wangi dan lembut, sepertinya Zea sudah mandi. Apa dia sengaja, karena ingin menyambutku pulang kerja?' batin Kenzie senang.Dengan lembut, Kenzie menuntun Zea untuk duduk di tepi bathtub yang sudah terisi air hangat. Uapnya mengepul, menambah kesan

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 114. Pelit amat

    Kenzie membuka chat dari Heru dan membaca isinya dalam hati dengan dahi berkerut. [Kenzie, aku dengar kamu sudah menjadi Ayah, ya? Selamat, ya, Ken. Aku ikut senang. Oh ya... nanti malam kamu ada waktu nggak? Apa kita bisa ketemu? Aku mau berikan hadiah untuk anakmu.] Sebaris kalimat itu membuatnya semakin curiga. Dengan berat hati, Kenzie membalas chat itu, meskipun sebenarnya dia sangat malas berurusan dengan masa lalunya. [Terima kasih, Her. Tapi maaf... nanti malam aku sibuk.] Jawabnya singkat, padat, dan jelas. Tidak butuh waktu lama, Heru kembali mengirim chat. [Kalau besok bagaimana, Ken? Sekalian kita makan siang bareng?] Kenzie menghela napas. Heru benar-benar tidak menyerah. [Besok juga aku sibuk, banyak meeting di kantor. Lain kali saja ya, Her.] Balasnya. Ini bukan sekadar alasan, karena kenyataannya jadwalnya memang padat dengan berbagai pertemuan penting. [Oh ya sudah, nggak apa-apa. Nanti kabari aku kalau kamu sudah ada waktu, ya? Maaf aku udah nganggu.]

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 113. Pasti ada hubungannya

    "Pengirimnya atas nama Jamal, Pak. Dan sudah dibayar juga lewat aplikasi," jawab kurir itu, menunjuk nama pengirim yang tertera di layar ponselnya."E-eh, Mas Jamal??" Zea terkejut, suaranya tercekat.Selain nama yang disebutkan oleh kurir itu, dia juga merasa heran mengapa Jamal bisa tahu alamat rumah ini. Zea saja tidak tahu alamat lengkap rumah orang tuanya."Kamu kenal Jamal, Zea?" tanya Papa Bahri semakin penasaran, matanya mengamati ekspresi wajah anaknya yang masih dipenuhi keterkejutan."Dia mantan pacarku, Pa.""Lho, kok bisa mantan pacarmu ngirim paket ke sini segala? Kenapa kamu izinkan, Zea?" Papa Bahri bertanya dengan nada heran dan sedikit khawatir. Dia tidak suka dengan situasi yang tidak jelas ini."Aku nggak izinkan kok, Pa," Zea menggeleng cepat, lalu menjelaskan dengan cepat karena khawatir Papanya salah paham. "Aku malah nggak tau apa-apa. Aku juga nggak pernah kontak-kontakan sama dia, Pa. Sudah berbul

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status