Share

Bab 33 : Pertengkaran

Penulis: Nadira Dewy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-25 21:26:50

Mendengar pertanyaan dari Rania, Wilson pun tersenyum namun sorot matanya yang dingin itu membuat Rania tanpa sadar memundurkan langkahnya.

“Bercanda? Dengan mu?” katanya dengan nada yang terasa menekan. “Aku dan kalian berdua sama sekali tidak akrab, kenapa aku harus bercanda dengan kalian? Lagi pula, aku memang sudah lama menyukai Juliet. Gadis yang sangat multitalenta seperti dia, bagaimana mungkin ada orang yang tidak suka untuk jadi pasangannya?”

Juliet menelan ludahnya dengan sangat kesulitan seolah-olah sedang menelan pasir gurun.

Rania menggigit bibir bawahnya. Takut... sungguh dia takut sekali dengan cara Wilson menatap dan berbicara dengannya.

Wilson mengarahkan tatapan matanya yang tajam itu kepada Argan. “Jangan lupa dengan beberapa waktu terakhir ini, kalian benar-benar membuat kehebohan yang cukup menggangguku. Aku sudah mengeluarkan surat peringatan untuk kalian berdua, sekarang kalian masih ingin mencari gara-gara?”

Argan langsung menggelengkan kepalanya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 100 : Tidak Ada Kebahagiaan

    Wilson menyerahkan sebuket bunga mawar putih yang tertata rapi, diikuti dengan sebuah kotak beludru berisi perhiasan elegan berwarna perak cerah. “Selamat ulang tahun,” ucap Wilson datar, namun sopan. Karina tersenyum lebar, matanya berbinar melihat hadiah itu. “Wilson... ini cantik sekali, aku suka!” katanya antusias. Ia segera memeluk Wilson erat, namun tubuh pria itu tetap kaku, tidak memberi balasan hangat seperti yang ia harapkan. “Aku senang kau ingat untuk memberikan hadiah ulang tahun untukku. Terimakasih, banyak calon suamiku...” tambah Karina sambil mencoba mencium bibir Wilson. Namun Wilson menoleh sedikit, menangkis gerakan itu dengan halus. “Maaf, Karina... Aku sedang tidak enak badan,” ucapnya pelan. “Jangan sampai kau tertular flu dariku.” Sejenak terlihat kekecewaan di wajah Karina, namun ia segera menguasai diri. Ia tersenyum lagi, meski tidak semurni sebelumnya. “Tidak apa-apa... Yang penting kau di sini. Itu sudah lebih daripada cukup, kok.” Wilson hanya

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 99 : Harapan Terdalam

    Larisa melangkah cepat menuju lift, berusaha menyesuaikan waktu agar tidak terlambat tiba di lantai tempatnya bekerja. Saat pintu lift terbuka dan dia masuk, ternyata di dalam sudah ada Roy. Larisa tersenyum sopan. “Selamat agi, Tuan Roy.” Roy menoleh dan tersenyum ramah. “Pagi juga, Larisa. Sudah mulai terbiasa kerja di sini, kah?” Larisa mengangguk kecil, meskipun jantungnya sedikit berdebar. Bukan perasaan tertarik, hanya gugup karena hanya berdua saja dengan atasannya itu. “Pelan-pelan sudah mulai menyesuaikan diri, Tuan.” Lift mulai naik perlahan. Roy menatapnya sesaat sebelum berkata, “Aku menyukai caramu bekerja. Aku juga senang karena semakin hari kualitas para pekerja bisa dibilang meningkat. Kau bahkan nampak teliti dan tenang. Jarang ada yang bisa seperti itu di minggu pertama.” Larisa sedikit salah tingkah, tapi tetap mencoba bersikap profesional. “Terima kasih, Tuan Roy. Saya

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 98 : Kebingungan Tidak Terjawab

    Di dalam butik mewah yang disewa khusus untuk sesi fitting baju pernikahan mereka, Karina tampak sangat bersemangat. Ia memutar tubuh di depan cermin besar, memperhatikan detail gaun putih yang membalut tubuhnya dengan perpaduan yang sempurna. Senyumnya terus merekah, terlebih saat beberapa petugas butik memuji kecantikannya. Karina menatap Wilson lewat pantulan cermin. “Sayang, kau tidak mau memberikan komentar apa-apa soal gaunku? Ini khusus aku pilih untuk pernikahan kita nanti, loh.” Wilson hanya berdiri kaku di sudut ruangan, mengenakan setelan jas abu-abu muda yang baru saja dipasangkan oleh penjahit itu. Ekspresinya datar, tatapannya kosong seperti tidak sedang berada di ruangan itu. Wilson, pelan, nyaris tak terdengar oleh Karina. “Bagus.” Karina menoleh, sedikit kesal karena tanggapan Wilson yang sangat dingin. Tapi ia segera mengatur ekspresinya dan kembali tersenyum manis di hadapan para pegawai butik yang sejak tadi terus memperhatikan mereka. Karina berus

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 97 : Kehidupan Baru Larisa

    Larisa menjalani hari-harinya dengan penuh dedikasi sebagai seorang wali tunggal. Setiap pagi ia bangun lebih awal untuk menyiapkan kebutuhan Nathan dan Nathania, mulai dari mengganti popok, menyusui, hingga menenangkan mereka saat menangis bahkan jika mereka menangis secara bersamaan. Ia memilih untuk tidak menggunakan jasa pengasuh karena merasa ingin hadir sepenuhnya dalam setiap proses tumbuh kembang anak-anaknya. Apalagi bayaran untuk pengasuh sangatlah tinggi. Meski lelah sering kali datang tanpa kompromi, senyuman dua buah hatinya selalu menjadi penguat yang tidak tergantikan oleh apapun juga. Ia belajar banyak hal baru, dari cara menidurkan bayi dengan benar, hingga memahami tangisan mana yang berarti lapar atau sekadar ingin digendong.Yah... sekarang Nathan dan Nathania semakin menggemaskan.. Untungnya, warisan finansial dari Wilson yang dititipkan padanya sebelum semua musibah terjadi cukup untuk menopang kehidupan mereka. Tabungan itu telah dikelola Thom dengan s

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 96 : Nathan dan Nathania

    Hari persalinan itu tiba lebih cepat dari jadwal. Larisa, nama baru Juliet yang kini resmi terdaftar secara legal telah bersiap untuk menjalani operasi caesar dua hari ke depan. Namun sejak pagi, kontraksi datang lebih awal dan jauh lebih menyakitkan dari yang dibayangkannya Juliet sendiri. Tubuhnya mulai melemah, keringat dingin membasahi pelipisnya, dan darah perlahan merembes dari celana tidurnya. Thom yang saat itu sedang mempersiapkan sarapan, segera berlari ke arah Larisa atau Juliet, (mari kita sebut saja dia Larisa sekarang, ya...) saat mendengar suara jatuh dari kamar. “Ya ampun, Kakak!” Thom mendekap tubuh Larisa yang terkulai lemas di lantai. “Tolong tahan, aku bawa ke rumah sakit sekarang!” Di perjalanan, Larisa menggenggam lengan Thom erat-erat, wajahnya pucat, tubuhnya mulai menggigil. “Aku… aku takut, Thom…” bisiknya lirih. “Kalau terjadi sesuatu… bayi-bayiku…” Thom menahan air mata. “Kau tentu akan selamat, Kak. Kau kuat. Jangan bicara seperti itu.” Begit

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 95 : Penolakan yang Jelas

    Enam bulan kini telah berlalu sejak kecelakaan itu. Secara fisik, kesehatan Wilson bisa dikatakan hampir sepenuhnya pulih. Tubuhnya sudah kembali bugar, dan aktivitasnya mulai berjalan normal. Namun, satu hal yang masih belum pulih adalah ingatannya yang paling berharga. Beberapa kilasan samar tentang seorang wanita, senyuman hangat, serta suara lembut yang terus bergema di kepalanya kerap menghampiri, namun semua itu seperti teka-teki tanpa potongan lengkap. Semakin ia mencoba mengingat, semakin kepalanya berdenyut hebat, seolah pikirannya sendiri menolak untuk membuka kembali kenangan itu. Terasa aneh, tapi juga membuat Wilson semakin penasaran. Di tengah tekanan yang dirasakannya, Wilson memutuskan untuk kembali bekerja di perusahaan milik keluarganya. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan kesibukan, berharap rutinitas kantor dapat membantunya perlahan menemukan kembali sedikit dari dirinya yang hilang. Setiap pagi, ia mengenakan setelan jas rapi, menyapa karyawan den

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 94 : Langkah Tepat

    Hari demi hari berlalu, dan proses pemulihan Wilson pun dilakukan secara intensif di rumahnya sakit. Kondisi fisiknya mulai membaik, meskipun belum sepenuhnya pulih. Namun yang lebih mengganggu dari rasa sakit di tubuhnya adalah kekosongan dalam pikirannya yang sulit dijelaskan melalui kata-kata. Sesekali, kilasan ingatan datang menghampiri, fragmen samar tentang seorang wanita. Ada tawa lembut, ada sentuhan hangat, dan suara yang entah mengapa membuat dadanya bergetar. Tetapi wajah wanita itu selalu kabur, seperti diselimuti kabut yang tidak bisa untuk ia tembus. Semakin Wilson mencoba memusatkan pikirannya, mencoba mengingat siapa wanita itu, kepalanya justru terasa berdenyut hebat, seolah hendak pecah. Rasa sakit itu seringkali memaksanya menyerah, mengalihkan fokusnya pada hal lain. Apalagi, Catherine, Luis, dan Karina selalu berada di sekelilingnya. Mereka tidak henti-hentinya memberikan keyakinan, atau lebih tepatnya, doktrin. Setiap kali Wilson mencoba bertanya tentang

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 93 : Kebohongan Besar Mulai Tercipta

    Hari keberangkatan Juliet dan Thom ke luar negeri pun telah tiba. Suasana pagi itu begitu sunyi, seolah seluruh rumah memahami bahwa penghuninya akan meninggalkannya dalam waktu yang sangat lama. Juliet berdiri di depan jendela, memandangi halaman depan yang basah oleh embun. Hatinya berat, namun tekadnya sudah bulat, demi keselamatan anak-anaknya yang sedang tumbuh dalam kandungan dia akan melakukan apapun yang bisa dilakukannya. Thom muncul dari dalam kamar dengan dua koper besar di tangan. Ia mengenakan jaket tebal dan topi abu-abu yang membuatnya terlihat jauh lebih dewasa dari usianya saat ini. “Kak, mobil jemputan sudah di depan. Kita harus segera berangkat ke bandara,” ucap Thom dengan nada tenang, meskipun ia sendiri menahan kegugupan.“Mobil kakak sudah berhasil dijual, tapi baru dibayar 70% nya, sosialnya akan ditransfer sekitar dua bulan lagi. Tidak perlu khawatir, orang itu bisa dipercayai, kok,” ujar Thom.

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 92 : Wilson yang Begitu Dicintai

    Setelah mendapatkan saran dari dokter di klinik, Thom mengajak Juliet untuk melakukan pemeriksaan lanjutan di Rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara menyeluruh. Meskipun kondisinya masih agak lemah, Juliet berusaha tegar. Ia sadar, kini bukan hanya dirinya sendiri yang harus ia jaga, tetapi juga kehidupan kecil yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya. Sesampainya di sana, mereka disambut dengan ramah oleh seorang perawat yang kemudian mempersilakan Juliet masuk ke ruang pemeriksaan. Sementara itu, Thom menunggu di luar dengan perasaan cemas.Perawat itu juga mengarahkan Juliet untuk masuk, menui dokter yang sudah menunggu. Beberapa saat kemudian, Juliet dipanggil untuk melihat hasil pemeriksaan ultrasonografi. Dengan perasaan gugup, ia mulai menatap layar monitor yang menampilkan citra dari dalam rahimnya. “Silakan lihat di sini, Ibu. Tampak ada dua kantung janin. Saat ini usia kehamilan diperkirakan baru sekitar tiga minggu,” jelas sang bidan dengan nada lembu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status