"Kamu ...," gumam Kean geram, ia mengepalkan tangannya lalu mengembuskan napas pelan. "Ayoo Ka! Lihat nih, adikku ganteng banget, kan," seru Gaia menarik lengan Aurel dan mengajak duduk di dekat kasur sang adik. "Ishh ... ganteng banget sih, gemes deh. Pengen gendong Tante tuh, tapi takut," celetuk Aurel mencolek pipi anak kedua Mona. "Takut apa, sini Mas ajarin. Mas dulu selalu bantu gendong Gaia waktu kecil," ucap Kean mendekati kekasihnya lalu meminta izin pada Mona dulu dan dibalas anggukan wanita itu."Nah gini, caranya gendong bayi yang masih merah gini," ujar Kean seraya memperaktekan. "Tetep aja, aku masih gak berani," tutur Aurel yang disambut senyum tipis Mona."Nanti juga, kalau kalian dah nikah dan hamil lalu punya anak. Kamu pasti bisa kok," seru Mona membuat pipi Aurel langsung bersemu."Doain ya, biar lancar sampe hari H, dan kami cepet punya momongan." Kean memamerkan deretan giginya kala sang kekasih memukul pundaknya. "Kamu ini, nikah aja belum udah ngomongin mo
Pagi mulai menjelang, suasana kediaman orang tua Kean sangat ramai. Sebentar lagi mereka akan mengebumikan jasad Papanya Kean. Lelaki itu hanya diam tanpa banyak bicara, ia sama sekali tak mengeluarkan suara bahkan mengisi perut yang sejak kemari belum terisi. Arka telah berada disana, menemani sang sahabat. "Hey, kuatkan hati lo, Kean. Ayo! Kita antar Papa lo ke rumah barunya," tutur Arka membuat Kean menoleh memandang sahabatnya itu. "Lo itu harus kuat, kalau lo rapuh. Siapa yang menegarkan hati Ibu lo," lanjut Arka lagi membuat Kean terdiam lalu mengangguk. ***Waktu berputar dengan cepat, Kean menjadi lebih pendiam. Lelaki itu tidak kadang kebanyakan melamun. Kini sudah seminggu semenjak mengantarkan sang Papa ke rumah barunya. "Hey! Kerja yang bener, jangan kebanyakan melamun," tegur Arka kala memergoki sang sahabat di toilet, lelaki itu melirik Arka. "Maaf, saya bakal usahain profesonal di sini," seru Kean membuat Arka mengeryitkan alisnya."Yang bener aja, masa mau usahain
"Sini handphonenya, Gaia. Om mau ngomong sama dia," pinta Kean menyodorkan tangannya."Udah dimatiin, Om. Telat! Bukan dari tadi," balas Gaia memberikan handphone Kean pada pemiliknya. "Kalau gitu Gaia pamit dulu ya," kata Gaia lalu mendekat mencium punggung tangan Kean dan melangkah keluar lalu ia menyimpang ke ruangan sang Papa. "Papa, Ka Aurel ada di sini, katanya bawain makan siang buat Om Kean. Sama ... badan Om Kean panas, Pah. Kayanya sakit deh, mendingan di suruh pulang, kasian, Pah," cerocos Gaia membuat Arka yang tengah melahap makanannya mendongak memandang sang anak. "Ya udah kasih tau si Aurel, ajak Kean pulang. Bilang aja ini perintah Papa," sahut Arka membuat Gaia mengulas senyum lalu segera mendaratkan bokong ke sofa dan memgirim pesan pada Aurel. "Siap, Pah," balas Gaia, gadis kecil itu mengambil handphone di tasnya lalu menelepon Aurel. "Ada apa, Gaia. Kakak bentar lagi sampe ke ruangan," lontar Aurel kala merima telepon dari Gaia."Nanti, ajak Om Kean pulang aj
"Udah, mendingan sekarang kamu makan lalu kita bakal pulang," lanjut Aurel membuat Kean mendongak sambil mengeryitkan alis. "Pulang? Aku masih banyak kerjaan, Rel. Mendingan abis aku habisin makanan, kamu langsung pulang aja sendiri," lontar Kean dibalas gelengan Aurel."Kamu harus pulang, ini perintah dari Papanya Gaia," kata Aurel membuat Kean mengembuskan napas lalu mengangguk menurut. "Ini pasti Gaia yang bilang ya?" tanya Kean yang dibalas anggukan Aurel yang kini tengah menyiapkan makanan di atas meja."Ayo makan! ingat ini semua harus dihabisin," perintah Aurel membuat Kean memandang wajah calon istrinya. "Yang bener aja, Rel, ini banyak lho," protes Kean membuat Aurel terkekeh lalu mencubit pipi calon suaminya. "Canda kok, kamu serius banget sih," kata Aurel dengan gemas lalu menyendok nasi berserta lauk dan menyodorkan ke mulut Kean."Kenapa diem aja, ayo buka mulutnya. Kita saling suapin ya, sampe hid
*** Waktu yang ditunggu oleh sepasang kekasih itu akhirnya tiba. Bahkan kata sah sudah menggema di ruangan ini. Ucapan syukur terlantunkan, kini Aurel telah menjadi istri Kean. Mereka sekarang berdampingan duduk di pelaminan, menjadi raja dan ratu dalam sehari. "Ciee ... akhirnya sah juga," ledek Arka kala melihat Kean mendekatinya yang tengah duduk di kursi menimang sang buah hati. "Iya dong, hebat kan gue, sekali ucap bener gak ada diulang," ucap Kean seraya ikut duduk di kursi, sedangkan Mona dan Gaia pamit untuk mengisi perut. "Iyain aja dah, biar seneng," balas Arka membuat Kean geram dan hendak meninju Arka tetapi tak jadi karna sadar sang sahabat tengah menggendong anaknya. "He, main tinju-tinju aja, gue gini-gini bos lo tau," gerutu Arka yang dibalas dengkusan Kean."Status kita kalau di luar kantor itu sahabat, kalau di kantor baru lo bos gue," balas Kean telak membuat Arka mendelik dan berdiri mendekati Mona member
Aurel terbangun dari tidurnya, wanita itu mengerjap dan memandang lelaki yang kini menjadi suaminya. Ia lekas melirik jan dan perlahan bangun. Rasa nyeri masih terasa, ia bergegas meraih pakaian yang berserakan lalu memakainya. Baru saja hendak melangkah ke bilik mandi, suara serak pria membuat dia menghentikan langkah."Kamu mau kemana, kenapa enggak bangunin aku," lontar Kean lalu bangkit dari duduknya dan meraih boxer dan memakainya."Mau mandi, Mas, sekalian wudhu. Kan sekarang waktunya salat subuh," balas Aurel tanpa membalikkan badan menatap suaminya. "Kalau gitu ayo mandi bersama," celetuk Kean lalu mendekat dan menggendong sang istri membuat Aurel memekik. "Mas! Apaan sih, bikin kaget aja," protes Aurel seraya membuang muka karena malu akibat merasakan dada bidang suaminya. "Cuma gendong kamu, Mas liat kamu jalannya ampe gitu banget. Sakit banget kan?" seru Kean seraya bertanya yang dibalas anggukan pelan Aurel."
"Mas! Sarapan udah siapa, kamu udah selesai belum?" tanya Mona seraya membuka pintu dan melihat sang suami baru saja keluar dari bilik mandi. "Belum nih, baru selesai mandi aja," balas Arka lalu meletakan bayinya di kasur. "Sini aku bantuin," tutur Mona lalu mengambil pakaian anaknya dan tak lupa minyak telon. "Sudah kamu panggilin Gaia aja, biar Mas yang pakein minyak telon sama pakaian jagoan kita," perintah Arka yang langsung dipatuhi sang istri.Mona melangkah keluar rumah, ia melihat sang anak yang tengah joging bersama teman sebayanya.Wanita itu mendekat lalu menepuk bahu Gaia membikin perempuan tersebut menoleh begitupun lelaki yang berada di sampingnya."Pagi Tante," sapa lelaki itu tersenyum ke arah Mona."Pagi juga Vin,"balas Mona lalu beralih memandang anaknya lagi."Ayo kita sarapan, udah mateng semua lho. Apalagi menu favorit kamu," ujar Mona membuat Gaia tersenyum sumringah. "Ahh ... Mama meman
Arka langsung menghentikan mobilnya, lalu menoleh menatap ke depan. Ia segera turun dari kendaraan roda empat itu, lalu mendekati seorang gadis yang terduduk di jalan di depan mobil mereka. Terlihat perempuan tersebut memegang dadanya seraya menggerakan mulut tapi tak ada suara yang terdengar. "Maaf, kamu gak papa, kan?" tanya Arka pelan membuat gadis itu mendongak memandang Arka lalu mengangguk. "Kamu memang mau ke mana? Tidak ada yang luka, kan," lontar Arka yang dibalas gelengan lagi oleh perempuan itu."Dara!" pekik Mona kala mendekati suaminya yang tengah melihat kondisi perempuan yang hampir saja tertabrak. Perempuan yang dipanggil Mona itu langsung menoleh. Ia tersenyum melihat wanita sudah beberapa tahun itu tak ia lihat. Mona bergegas mendekat lalu memberikan Ghibran pada Arka. "Kamu apa kabar, kamu Dara, kan," cerocos Mona yang dibalas anggukan Dara, gadis yang hanya beda empat tahun darinya. "Kamu mau ke mana?" t