"Udah, mendingan sekarang kamu makan lalu kita bakal pulang," lanjut Aurel membuat Kean mendongak sambil mengeryitkan alis. "Pulang? Aku masih banyak kerjaan, Rel. Mendingan abis aku habisin makanan, kamu langsung pulang aja sendiri," lontar Kean dibalas gelengan Aurel."Kamu harus pulang, ini perintah dari Papanya Gaia," kata Aurel membuat Kean mengembuskan napas lalu mengangguk menurut. "Ini pasti Gaia yang bilang ya?" tanya Kean yang dibalas anggukan Aurel yang kini tengah menyiapkan makanan di atas meja."Ayo makan! ingat ini semua harus dihabisin," perintah Aurel membuat Kean memandang wajah calon istrinya. "Yang bener aja, Rel, ini banyak lho," protes Kean membuat Aurel terkekeh lalu mencubit pipi calon suaminya. "Canda kok, kamu serius banget sih," kata Aurel dengan gemas lalu menyendok nasi berserta lauk dan menyodorkan ke mulut Kean."Kenapa diem aja, ayo buka mulutnya. Kita saling suapin ya, sampe hid
*** Waktu yang ditunggu oleh sepasang kekasih itu akhirnya tiba. Bahkan kata sah sudah menggema di ruangan ini. Ucapan syukur terlantunkan, kini Aurel telah menjadi istri Kean. Mereka sekarang berdampingan duduk di pelaminan, menjadi raja dan ratu dalam sehari. "Ciee ... akhirnya sah juga," ledek Arka kala melihat Kean mendekatinya yang tengah duduk di kursi menimang sang buah hati. "Iya dong, hebat kan gue, sekali ucap bener gak ada diulang," ucap Kean seraya ikut duduk di kursi, sedangkan Mona dan Gaia pamit untuk mengisi perut. "Iyain aja dah, biar seneng," balas Arka membuat Kean geram dan hendak meninju Arka tetapi tak jadi karna sadar sang sahabat tengah menggendong anaknya. "He, main tinju-tinju aja, gue gini-gini bos lo tau," gerutu Arka yang dibalas dengkusan Kean."Status kita kalau di luar kantor itu sahabat, kalau di kantor baru lo bos gue," balas Kean telak membuat Arka mendelik dan berdiri mendekati Mona member
Aurel terbangun dari tidurnya, wanita itu mengerjap dan memandang lelaki yang kini menjadi suaminya. Ia lekas melirik jan dan perlahan bangun. Rasa nyeri masih terasa, ia bergegas meraih pakaian yang berserakan lalu memakainya. Baru saja hendak melangkah ke bilik mandi, suara serak pria membuat dia menghentikan langkah."Kamu mau kemana, kenapa enggak bangunin aku," lontar Kean lalu bangkit dari duduknya dan meraih boxer dan memakainya."Mau mandi, Mas, sekalian wudhu. Kan sekarang waktunya salat subuh," balas Aurel tanpa membalikkan badan menatap suaminya. "Kalau gitu ayo mandi bersama," celetuk Kean lalu mendekat dan menggendong sang istri membuat Aurel memekik. "Mas! Apaan sih, bikin kaget aja," protes Aurel seraya membuang muka karena malu akibat merasakan dada bidang suaminya. "Cuma gendong kamu, Mas liat kamu jalannya ampe gitu banget. Sakit banget kan?" seru Kean seraya bertanya yang dibalas anggukan pelan Aurel."
"Mas! Sarapan udah siapa, kamu udah selesai belum?" tanya Mona seraya membuka pintu dan melihat sang suami baru saja keluar dari bilik mandi. "Belum nih, baru selesai mandi aja," balas Arka lalu meletakan bayinya di kasur. "Sini aku bantuin," tutur Mona lalu mengambil pakaian anaknya dan tak lupa minyak telon. "Sudah kamu panggilin Gaia aja, biar Mas yang pakein minyak telon sama pakaian jagoan kita," perintah Arka yang langsung dipatuhi sang istri.Mona melangkah keluar rumah, ia melihat sang anak yang tengah joging bersama teman sebayanya.Wanita itu mendekat lalu menepuk bahu Gaia membikin perempuan tersebut menoleh begitupun lelaki yang berada di sampingnya."Pagi Tante," sapa lelaki itu tersenyum ke arah Mona."Pagi juga Vin,"balas Mona lalu beralih memandang anaknya lagi."Ayo kita sarapan, udah mateng semua lho. Apalagi menu favorit kamu," ujar Mona membuat Gaia tersenyum sumringah. "Ahh ... Mama meman
Arka langsung menghentikan mobilnya, lalu menoleh menatap ke depan. Ia segera turun dari kendaraan roda empat itu, lalu mendekati seorang gadis yang terduduk di jalan di depan mobil mereka. Terlihat perempuan tersebut memegang dadanya seraya menggerakan mulut tapi tak ada suara yang terdengar. "Maaf, kamu gak papa, kan?" tanya Arka pelan membuat gadis itu mendongak memandang Arka lalu mengangguk. "Kamu memang mau ke mana? Tidak ada yang luka, kan," lontar Arka yang dibalas gelengan lagi oleh perempuan itu."Dara!" pekik Mona kala mendekati suaminya yang tengah melihat kondisi perempuan yang hampir saja tertabrak. Perempuan yang dipanggil Mona itu langsung menoleh. Ia tersenyum melihat wanita sudah beberapa tahun itu tak ia lihat. Mona bergegas mendekat lalu memberikan Ghibran pada Arka. "Kamu apa kabar, kamu Dara, kan," cerocos Mona yang dibalas anggukan Dara, gadis yang hanya beda empat tahun darinya. "Kamu mau ke mana?" t
"Maaf, Mbak. Mbak, gak bisa ngomong?" tanya Gaia memandang Dara yang menunduk lalu mendongak lagi dan tersenyum kecil, ia langsung mengangguk sebagai jawaban."Oh iya, Mbak. Kata Mama Mbak mau tinggal sama kami, semoga betah ya," celetuk Gaia mengganti topik yang dibalas anggukkan Dara."Ini, gendong Ghibran, Mas mau nyetir," ucap Arka memberikan anak lelakinya pada sang istri.Arka langsung melajukan kendaraan roda empat tersebut. Ia memarkirkan mobil kala sampai tujuan. Mona langsung keluar bersamaan Gaia, sedangkan Dara masih diam di dalam."Ayo keluar, Ra, ikut sama kami," ajak Mona menarik Dara keluar dari mobil.(Ah, maaf. Tadi aku melamun, pasti kalian butuh aku buat bawa barang belanjaan, kan. Ya sudah ayo!) Mona menerima tulisan itu, ia melengos. Dia memberikan Ghibran pada sang suami. Sedangkan wanita tersebut langsung menggandeng lengan Dara dan Gaia agar mengikuti langkahnya."Ayo ikut!" ajak Mona membawa Dara dan Gaia di toko pakaian. "Selamat datang Mbak, Dik," sapa s
Kini mereka telah selesai berbelanja. Mona lekas mengirim pesan pada suaminya. Ia bertanya dimana lokasi Arka, wanita itu bergegas ke tempat sang lelaki berada kala Arka memberitahu keberadaannya."Pah!" panggil Gaia, gadis itu berlari seraya menjinjing barang belanjaannya, ia mendekati sang Papa lalu mencium pipi Ghibran. "Duh, maaf ya. Kakak lama belanjanya ya," ujar Gaia mengajak berbicara adiknya yang disambut senyuman Ghibran membuat perempuan itu gemas lagi dan mencium balita tersebut lagi. "Udah, ayo pesan makanan, pasti kalian lapar," seru Arka seraya melirik Gaia dan sang istri.Mona lekas mendekat lalu mengambil Ghibran dari gendongan sang suami. Ia meminta Arka agar memesankan makanan untuknya, sedangkan Gaia langsung memilih sendiri. Dara masih berdiri memandangi keluarga kecil temannya ada rasa iri yang hinggap di hati. "Kenapa kamu di sana, ayo sini duduk! Kamu pilih makanan apa yang mau kamu pengen. Nanti Mas Arka yang mesennya, aku gak nerima penolakan ya," ujar Mo
***Sebulan berlalu, rumah tangga Kean dan Aurel sangat harmonis. Apalagi kala mengetahui wanita itu telat datang bulan, ia bergegas membeli tespack dan langsung mengecek. Senyuman bahagia terukir di bibirnya, dia lekas menyiapkan makanan untuk bekal sang suami, dia memang sering ke perusahaan Arka buat membawakan hidang pada Kean. "Rajin amat sih, Mbak, samperin laki yang lagi kerja," cecar salah satu karyawan yang baru satu minggu bekerja di perusahaan Arka. "Emang kenapa, apa ganggu kerjaan yang lain! Enggak, kan, saya cuma dateng pas jam istirahat, terus pergi pas sudah habis jam kerja suami saya. Yang punya perusahaan aja gak protes kok," sembur Aurel menatap sinis perempuan yang memandangnya tak suka. "Eh, Mbak, itu Pak Kean udah nungguin," ujar salah satu karyawati yang baru saja melihat perdebatan itu. "Oke, makasih ya," kata Aurel yang dibalas anggukan karyawati itu.Aurel terus menggerutu kala masuk ke ruangan suaminya. Membuat Kean mengeryitkan alis memandang Aurel, pri