Share

Bab 85

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2025-11-07 23:30:56

Malam turun perlahan. Suara gerimis mulai terdengar di luar, mengetuk jendela kamar dengan irama lembut namun menekan. Hanna duduk di tepi ranjang, memandangi lampu tidur yang redup. Pikirannya masih melayang pada wajah Rafael yang tegang saat menegurnya tadi.

Ia menunduk, menatap jari-jarinya yang saling menggenggam. Dalam hati, ia tahu Rafael tak bermaksud menyakitinya. Tapi cara pria itu menatap —dingin, terukur, penuh beban— seolah ada hal besar yang disembunyikannya.

“Apa sebenarnya yang kau sembunyikan, Rafael?” bisiknya pelan.

Di kamar sebelah, Rafael berdiri di depan meja kerja, memandangi layar laptop yang menampilkan rekaman dari CCTV toko Hanna. Wajahnya tampak lebih keras dari sebelumnya. Ia menghentikan video di satu titik —di mana mobil hitam berhenti tidak jauh dari toko, beberapa menit setelah Hanna keluar bersama Rudi.

Ia memperbesar gambar, mencoba mengenali pelat nomor.

“Tujuh puluh sembilan” gumamnya pelan. “Mobil itu sudah tidak terdaftar di sistem sejak enam bula
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Pertama Penuh Gairah Bersama Cucu Presdir   Bab 96

    Mobil Rafael melaju cepat menembus hujan. Wiper bergerak ritmis, tapi suara derasnya air di atap mobil seakan menelan semua kata yang ingin diucapkan Hanna.Ia duduk di kursi penumpang, tubuhnya terbungkus selimut tipis yang diberikan Rafael, namun jemarinya masih menggenggam foto itu erat — seperti tidak mau melepaskannya bahkan untuk sesaat.“Siapa yang menyuruhmu ke sana?” tanya Rafael akhirnya, tanpa menoleh. Suaranya terdengar tenang, tapi nadanya mengandung tekanan halus.Hanna menelan ludah. “Aku tidak tahu. Dia hanya kirim pesan. Katanya aku akan tahu siapa pria di foto itu kalau datang malam ini.”Ia menarik napas pendek. “Dan dia benar. Aku menemukan foto ayahku bersama orang lain. Tapi, aku tidak sempat melihat banyak. Lampunya mati. Lalu —”Ia menggigit bibir, mencoba menahan gemetar. “Ada seseorang di atas. Dia hanya berdiri … lalu hilang.”Rafael menatap ke depan, rahangnya mengeras.“Kalau dia ingin menakutimu, berarti dia tahu sesuatu. Dan dia juga tahu siapa kamu.”Ia

  • Malam Pertama Penuh Gairah Bersama Cucu Presdir   Bab 95

    Hujan belum juga reda ketika Hanna melangkah lebih dalam ke gedung tua itu. Bau lembap bercampur karat besi memenuhi udara.Cahaya remang dari lampu gantung tua menyorot sebagian lantai yang basah, sementara di sudut-sudut ruangan, bayangan menari bersama gemuruh hujan.Ia menatap lagi foto di tangannya —tanda lahir di pipi kiri itu entah mengapa terasa familiar, tapi Hanna tak tahu dari mana ia pernah melihatnya.Saat jemarinya hendak meraih ponsel untuk memotret, tiba-tiba lampu berkelip-kelip, lalu padam seketika.“Tidak,” bisiknya panik.Suasana berubah total —gelap dan sunyi. Hanya suara air menetes dari langit-langit dan gelegar petir dari luar yang sesekali menerangi ruangan.Hanna mundur perlahan, punggungnya menabrak tiang kayu. Nafasnya memburu.Lalu, kreeeek —terdengar suara seperti papan lantai diinjak seseorang di sisi kanan.“Siapa di sana?”Tak ada jawaban. Hanya gema suaranya sendiri.Dalam gelap, langkah itu terdengar lagi, kali ini lebih dekat. Hanna menelan ludah, m

  • Malam Pertama Penuh Gairah Bersama Cucu Presdir   Bab 94

    Hujan turun lebih awal malam itu. Rintiknya menyapa kaca jendela seperti mengetuk-ngetuk kesabaran Hanna yang sejak tadi hanya duduk di tepi ranjang, menatap layar ponselnya. Pesan dari nomor tak dikenal itu masih di sana —menggoda rasa ingin tahunya sekaligus menyalakan ketakutan yang samar.Ia memandangi jam dinding. Hampir pukul sembilan. Rafael belum juga pulang.Di luar kamar, rumah terasa sunyi. Rudi mungkin sudah di ruang belakang. Pelayan lain sudah beristirahat. Kesempatan seperti ini jarang ada. Dan entah mengapa, hatinya berbisik lirih, kalau bukan malam ini, mungkin kebenaran itu akan tetap terkubur.Dengan langkah hati-hati, Hanna membuka laci, mengambil foto yang sejak pagi tak bisa ia lupakan. Ia memasukannya ke dalam tas kecil, lalu mengenakan mantel panjang dan payung hitam.Sebelum keluar kamar, ia sempat menatap pantulan dirinya di cermin.“Aku hanya ingin tahu, bukan melawan siapa pun,” bisiknya. Tapi bahkan suaranya sendiri terdengar rapuh.Sementara itu, di ruang

  • Malam Pertama Penuh Gairah Bersama Cucu Presdir   Bab 93

    Hanna menelan ludah, mencoba tersenyum tipis di hadapan Rudi.“Tidak, hanya kiriman biasa,” katanya berbohong, suaranya terdengar nyaris bergetar.Ia buru-buru menutup kotak itu dan berdiri. “Aku akan mau kembali ke kamar saja.”Rudi menatapnya sejenak, lalu mengangguk sopan. “Baik, Nona.”Begitu pria itu pergi, langkah Hanna berubah cepat. Ia naik ke lantai atas, masuk ke kamar, lalu mengunci pintu.Begitu punggungnya menyentuh pintu, napasnya langsung terengah —seolah baru saja lari dari sesuatu yang tak terlihat.Ia menatap lagi foto itu.Tatapan pria yang dilingkari merah di sudut gambar terasa menembus matanya, dingin dan penuh misteri.Hanna memutar foto itu, berulang kali memperhatikan tulisan di belakangnya.“Semua ini belum selesai.”Dan semakin ia membaca, semakin muncul satu pertanyaan di kepalanya, 'apa yang sebenarnya disembunyikan Rafael dariku?'Ponselnya bergetar.Pesan masuk. Dari Rafael.“Aku akan pulang agak malam. Jangan keluar rumah.”Ia menatap layar itu lama. Ta

  • Malam Pertama Penuh Gairah Bersama Cucu Presdir   Bab 92

    Pagi menjelang siang. Jalanan menuju kantor pusat Bachtiar Grup masih basah sisa hujan. Mobil Rafael melaju cepat, sementara pikirannya penuh dengan potongan-potongan laporan yang ia terima sejak pagi.Setibanya di lantai atas, di mana ruang kerjanya terasa lebih sunyi dari biasanya, Reno sudah menunggunya bersama Raka. Keduanya tampak tegang dengan berkas-berkas di tangan.“Bagaimana kondisinya?” Rafael langsung bertanya tanpa basa-basi.Reno menyerahkan sebuah map. “Sistem keamanan di gudang cabang dijebol lewat jalur internal, Pak. Tidak ada tanda-tanda perlawanan dari penjaga. Semuanya berlangsung bersih dan cepat.”“Internal?” alis Rafael berkerut. “Maksudmu—orang dalam?”Raka menimpali, “Kemungkinan besar. Kami sudah periksa akses log. Yang dipakai untuk membuka pintu elektronik itu … memakai kode identitas milik Andre.”Rafael menatap Raka tajam. “Andre sudah mati tiga tahun lalu.”“Ya, itu yang membuat semuanya aneh, Pak.” Reno menunduk, suaranya rendah. “Tapi, sistem membaca

  • Malam Pertama Penuh Gairah Bersama Cucu Presdir   Bab 91

    Pagi menyapa dengan cahaya lembut yang menyelinap di sela tirai. Hujan semalam menyisakan udara segar, dan aroma tanah basah masih samar tercium dari jendela yang sedikit terbuka.Hanna terbangun lebih dulu. Tubuhnya terasa ringan namun juga aneh —seperti baru melewati sesuatu yang indah tapi tak sepenuhnya bisa ia percaya.Ia menoleh pelan. Rafael masih terlelap di sisinya, wajahnya terlihat tenang, jauh dari bayang-bayang keras yang biasanya menyelimuti pria itu.Untuk sesaat, Hanna hanya diam. Ia menatap pria itu lama, dan dalam diamnya ada pertanyaan yang tak mampu terucap, apakah semua ini sungguh nyata, atau hanya jeda sebelum semuanya kembali seperti semula?Tangan Hanna tergerak untuk menyentuh rambut Rafael, tapi ia urungkan.Ia pun memilih bangkit perlahan, mengenakan kimono tipis yang tergantung di kursi, lalu berjalan ke jendela, menyibak tirai sedikit lebih lebar. Langit cerah. Burung-burung terdengar dari kejauhan. Tapi entah mengapa, di dalam dadanya, udara terasa bera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status