"PRANG!" Sebuah gelas dilempar ke arah kepala pengawalnya dan meleset hingga membentur lantai marmer dan pecah berkeping-keping.
"Aku tak mau dengar kegagalan kalian menemukan istriku!" bentak Joshua di ruang presdir Grup Cheng Yi East Star Company cabang New York.
Tak ada yang berani mendebat perintah Joshua sekalipun para pengawalnya sudah sangat putus asa. Ini adalah hari ketiga pasca menghilangnya Nyonya Muda Cheng. Ada kepanikan yang mencekam di keluarga Cheng, mereka merasa bersalah kepada keluarga Xin karena keteledoran putera kesayangan Tuan Besar Winston Cheng tersebut dalam menjaga Eva Xin.
"Hey, Lucas. Apa ada kabar dari kepala sekuriti Hotel North Star American tentang rekaman CCTV di malam perayaan pernikahanku?" tanya Joshua dengan kedua kepalan tangannya terbenam di saku celana kain sembari menatap asisten kepercayaannya.
Pria monolid berambut cepak dengan tubuh setinggi 190cm itu menggelengkan kepalanya. "Nihil, Tuan Muda Joshua. Nampaknya memang ada pihak yang sengaja ingin menutupi jejak menghilangnya istri Anda. Para karyawan pun tak satu pun yang mengetahui kejadian aneh itu!" jawab Lucas Wang dengan nada datar.
"Ohh ... sialan! Aku stres hingga tak bisa tidur berhari-hari karena masalah ini. Kepalaku sungguh pening!" Joshua membanting dirinya di kursi empuk berlapis kulit hitam di balik meja presdir.
Lucas Wang tak dapat mengatakan apa pun karena tak ada solusi atas situasi yang memicu konflik antara keluarga Cheng dan Keluarga Xin ini. Sama halnya seperti tuan mudanya, semua rekan-rekannya dibuat kalang kabut.
"TOK TOK TOK."
"Masuklah!" sahut Joshua lesu.
Sekretaris Julia Ang melenggang masuk menghadap bosnya, dia sempat melihat kaca berserakan di lantai dan menghindarinya. Dia berdiri di hadapan Joshua Cheng lalu berkata, "Master Joshua, ada beberapa dokumen yang perlu Anda baca dan tanda tangani segera. Suplier hypermart menunggu persetujuan atas penawaran produk mereka. Saya akan menunggu hasil keputusan Anda di sini!"
Mendengar pekerjaan mendesak yang harus dia garap sekarang juga, Joshua mendengkus lalu mengulurkan tangan kanannya untuk menerima beberapa map berisi dokumen penting yang harus dia review dan setujui. Dia melirik ke arah Julia Ang dan berkata, "Duduklah, ini butuh waktu untuk memeriksanya!"
Wanita muda berambut lurus sedagu itu menuruti perintah Joshua. Dia pun sudah mendengar kabar burung mengenai istri bosnya yang lenyap di pagi seusai malam pengantin. Menurutnya itu agak aneh, sedikit konyol malahan. Dia tersenyum tipis memandangi wajah atasannya diam-diam.
'Pria setampan dan sekaya Master Joshua bisa juga ditinggal kabur istrinya setelah malam pertama pengantin baru. Wanita dengan julukan Secret Lady Eva itu memang misterius sekali dan tingkahnya amat mencengangkan!' batin Julia Ang.
Dengan kening berkerut serius Joshua meneliti dokumen yang dibawakan sekretarisnya satu per satu. Semuanya butuh ketelitian saat membaca setiap kalimat yang tertulis di kertas-kertas putih tersebut. Ada yang dia setujui dan ada pula yang dia tolak, hanya kesepakatan dari penawaran yang menguntungkan perusahaan yang layak mendapat tanda tangan berharganya.
"Ouchh!" Joshua memijit pelipisnya.
"Ada apa, Master Joshua? Apa perlu saya panggilkan Dokter Liu Jinhua?" ujar Julia Ang cemas.
Sepertinya itu saran terbaik untuk kondisinya, Joshua mengiyakan tawaran sekretarisnya lalu menyelesaikan pekerjaannya sesegera mungkin. Dia lalu berkata, "Dokumennya sudah kubaca dan beberapa kutanda tangani. Bawa Dokter Liu ke kamar peristirahatanku kalau beliau sudah tiba, Julia!"
"Baik, Master Joshua. Silakan beristirahat!" Wanita itu bangkit dari kursinya sambil membawa map-map dokumen penting itu lalu meninggalkan ruangan presdir untuk mengerjakan tugas lainnya di meja sekretaris yang terletak di depan ruangan tersebut.
Sementara Lucas Wang duduk di sofa menjaga majikannya yang tidur di ruang peristirahatan di sudut ruangan presdir. Dia turut prihatin dengan kondisi kesehatan Joshua Cheng yang terimbas dari terlalu banyak beban pikiran terkait istrinya yang lenyap entah kemana.
Pelayaran kapal Great Oceania berlangsung lancar tanpa banyak dihadang badai lautan. Jason yang ditemani wanita penghibur favoritnya yang didapat dari New York pun betah berada dalam kabin. Dia tak henti-hentinya melampiaskan hasrat lelakinya atas Eva Xin tanpa mengetahui kebenaran fatal bahwa wanita itu tak lain adalah kakak iparnya, istri Joshua.
"Eva, sepertinya kau sudah pulih dari sakitmu kemarin. Aku suka semangatmu melayaniku di atas ranjang!" ujar Jason dengan mata berkilat-kilat memandangi wanita yang tak mengenakan busana apa pun itu bergerak naik turun di atas tubuh kekarnya.
Desahan puas Eva bergema di dalam kabin pribadi Jason. Peluhnya bercucuran karena tubuhnya panas terbakar gairah. "Ohh, Hubby ... aku tak tahu apakah ini siang ataukah malam? Namun, bercinta denganmu tak pernah membuatku bosan!" jawab Eva Xin lalu memagut bibir merah jambu pria di bawah tubuhnya itu.Telapak tangannya membelai lembut otot liat dada dan perut six pack di hadapannya, dia sangat memuja penampilan fisik Jason.
Tadinya dia berpikir bahwa suaminya itu banyak bekerja di kantor jadi tak akan terlalu kekar fisiknya di balik setelan pakaian mahal yang biasa dikenakan berlapis-lapis itu. Namun, kenyataannya sosok yang sedang bercumbu dengannya bagaikan pahatan patung Dewa Yunani yang berotot padat berlekuk menakjubkan.
Dengan sebuah manuver tubuh kekarnya, Jason membalikkan posisi mereka. Eva terlentang dengan napas terengah-engah di bawah keperkasaannya saat ini. Hentakan pinggul Jason penuh tenaga dan dalam membuat wanita pujaan hatinya merintih dan mendesah menemaninya menuju puncak gairah mereka berdua.
Jemari tangan Jason tertaut dengan jemari tangan Eva, mereka sesekali bertukar senyuman diselingi kecupan panas lagi dan lagi hingga mencapai suatu titik yang mereka bagi bersama keindahannya.
Jason meledakkan magma panasnya ke dalam rahim Eva sekali lagi, dia benar-benar menguras persediaan benihnya selama bertahun-tahun. Sesungguhnya pekerjaan sebagai presdir perusahaan keluarganya cabang Pulau K telah menyita waktu dan seluruh perhatian Jason. Dia jarang mencari wanita teman tidur kecuali memang ingin.
"Tidurlah di pelukanku, Eva. Ini malam hari, tak ada sinar matahari menyusup masuk dari celah jendela kapal. Kau terlalu fokus melayaniku sehingga tak mampu membedakan siang dan malam. Tapi, terima kasih ... aku menghargai usahamu," jawab Jason sembari mendekap tubuh berlekuk indah itu dengan protektif di bawah selimut.
"Tak perlu sungkan, Josh. Kau tahu, aku sangat mencintaimu!" balas Eva sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Karena kelelahan Eva pun menguap lalu membiarkan dirinya tertidur nyaman dan hangat dalam perlindungan pria yang disangka sebagai suaminya. Entah berapa kali semenjak kapal itu mengarungi Samudera Pasifik, mereka bercinta tanpa pengaman. Memang dalam benak Eva, keluarga Cheng menginginkan segera penerus keturunan lahir dari rahimnya. Dia telah melakukan tugasnya dengan benar, pastilah beberapa minggu ke depan akan ada kabar baik.
Padahal suaminya yang sesungguhnya sedang berputus asa karena tak mampu menemukan Eva Xin. Ternyata justru tanpa disadarinya, dia telah berselingkuh dengan adik iparnya dan dengan rela dibuahi benih Jason.
Tahun-tahun hukuman pidana yang dijalani Welson Liu sama sekali tidak menyeramkan, sekalipun kehidupan dalam penjara itu keras dan menuntut kehati-hatian bersikap serta bertindak. Welson tahu kapan dia harus mengalah sekalipun ditindas penjahat yang menjadi penguasa penjara demi keselamatannya sendiri. Tak jarang dia dihajar hingga memar dan berdarah-darah oleh narapidana lain yang tidak menyukainya. Namun, sipir penjara baik dan menolongnya hingga lama kelamaan dia menjadi tahanan senior. Dia lebih dihargai oleh rekan-rekan satu penjara lain di Wyoming tersebut. Di sana Welson Liu belajar menjadi sosok preman sekalipun tadinya dia seorang tuan muda konglomerat."Welson Liu, ada yang membesukmu. Cepatlah keluar!" seru penjaga penjara di depan pintu sel tahanan sambil membuka kunci gembok.Wajah pria bercambang subur itu terhiasi oleh senyum bahagia. Ini adalah akhir pekan, dia sudah hapal bahwa istri dan anaknya pasti mengunjunginya di Wyoming Correctional Facility. Welson melangkah
"Vonis persidangan Tuan Welson Albertus Liu melawan negara dalam kasus percobaan pembunuhan Tuan Oliver Jason Cheng telah diputuskan yaitu sanksi pidana selama tujuh tahun di Wyoming Correctional Facility, Negara Bagian New York. Demikian putusan dari Hakim Ulysses Malcom!" "TOK TOK TOK!" Palu hakim diketok tiga kali mengakhiri kasus percobaan pembunuhan terhadap Jason Cheng yang merengut nyawa pengemudi mobil.Seisi ruang pengadilan negara bagian New York sontak riuh, pihak keluarga Liu merasakan kesedihan yang mendalam. Sedangkan, keluarga Cheng dan keluarga Xin merasa puas dengan hasil vonis sidang yang baru saja diputuskan oleh hakim.Awak media heboh meliput kasus yang menjadi pusat perhatian publik karena melibatkan dua grup konglomerasi terkaya di China Town. Lampu blitz kamera berkilat-kilat mengabadikan peristiwa tak terlupakan dalam sejarah kelam persaingan bisnis tycoon asal China yang berdarah tersebut.Brenda Yin sambil menggendong Shawn menghentikan rombongan polisi yan
"Ohh ... Mister Jason Cheng!" seru Suster Angelina Collins yang baru saja selesai menyuntikkan obat di pembuluh nadi pasien ICU itu.Jason merasakan sakit yang hebat di bagian kepalanya hingga seperti mau pecah saja, pandangannya masih berputar-putar melihat langit-langit putih di ruang perawatannya. Dia bergumam, "Ugh ... tolong, pusing—" Segera saja perawat berusia awal tiga puluh tahun itu berlari memanggil Dokter Russell Octario di ruangan praktiknya. Kemudian dokter asal Mexico itu bergegas masuk ke ruang ICU untuk memeriksa kondisi pasiennya yang tadinya tak sadar."Apa Anda bisa mendengar kata-kata saya, Sir?" tanya Dokter Russell sambil memeriksa fungsi organ vital Jason dengan stetoskop. "Ya, Dok. Kepala saya sakit sekali dan rasanya berputar-putar!" jawab Jason dengan lemas.Dokter Russell berkata, "Segalanya akan baik-baik saja, dengan kembali sadar, itu sudah sangat bagus. Kami tetap monitor kondisi Anda dan berikan perawatan intensif hingga nanti pulih. Tolong jangan ba
"APA?!" Joshua berteriak seakan tak percaya ketika Arthur Devlinski melaporkan kecelakaan yang menimpa Jason sekeluarga di jembatan tol layang saat berangkat ke Bandara John F. Kennedy tadi pagi."Temani aku ke rumah sakit sekarang, Lucas!" ujar Joshua kepada asisten pribadinya seraya bergegas keluar dari ruangan presdir mall. Jantungnya serasa dipukul kencang, ini kabar buruk yang tak terduga. Joshua diikuti oleh beberapa pengawalnya turun dengan lift. Sebuah mobil sedan telah menunggu di depan pintu lobi utama mall, sopir segera melajukan kendaraan ke rumah sakit. Di dalam mobilnya Joshua menghubungi kepala sekuriti rumah dan mall untuk memeriksa rekaman kamera CCTV di mana mobil yang dipakai Jason dan mengalami kecelakaan itu terparkir sejak kemarin. Tak ada yang nampak kebetulan karena sopir keluarga Cheng yang mengantarkan Jason sekeluarga itu telah melayani selama belasan tahun. Pria paruh baya itu sangat hati-hati bila menyetir mobil, pasti ada yang salah dengan mesin mobilny
"Jason, bisakah kau berkompetisi dengan sportif? Aku memintamu untuk menyalakan listrik mall waktu itu, kenapa masih saja ada gangguan listrik hingga hari ini?" cecar Welson Liu di kantor Jason Cheng.Mendengar protes Welson Liu, tentu saja Jason hanya bisa tertawa. Dia pun menjawab, "Kurasa itu sama sekali bukan karena perbuatanku, tak ada buktinya juga kalau aku yang mengakali aliran listrik mall Grup Liu Dao. Itu hanya sekadar asumsimu saja, Sir!" Joshua pun menimpali dengan kebingungan bercampur kesal di sebelah sofa adiknya, "Seharusnya kau tanyakan ke teknisi PLN, kenapa malah ke Jason? Dia bukan insinyur listrik, dia ini CEO!" Namun, Welson Liu berdecak kesal. "Kau tidak tahu apa-apa, Joshua. Diamlah!" Kemudian dia berkata lagi kepada Jason, "katakan apa syarat darimu agar mallku kembali normal!" "Maaf, aku tak butuh apa pun darimu, Tuan Muda Liu. Aku hanya mengurusi mall Grup Cheng Yi East Star dan nampaknya usahaku sudah cukup berhasil. Lusa aku akan kembali menyerahkan ma
"Master Welson, listrik di mall sudah menyala!" lapor Julius Ma dengan penuh semangat di kantor hotel bosnya.Welson Liu tertawa pongah mendengar berita baik itu, dia berpikir masalahnya telah berakhir. Dia lalu bangkit dari kursi presdir lalu bergegas meninggalkan ruangan untuk meninjau langsung situasi mall pasca delapan hari tutup.Sayangnya bagian sayur dan buah segar mengalami pembusukan akibat lama tanpa pendingin. Lantai juga kotor karena tak ada cleaning service yang bekerja dalam kondisi gelap gulita sepanjang hari."Julius, suruh bagian cleaning service membersihkan semua bagian dalam mall ini! Kita masih belum bisa buka dan menerima pengunjung dalam kondisi berantakan begini!" seru Welson Liu frustasi sembari berkacak pinggang."Tentu, Sir. Segera saya suruh mereka membereskan kekacauan mall!" sahut Julius Ma sigap. Dia segera menelepon kepala bagian kebersihan mall.Dalam waktu kurang dari 24 jam, semua lantai dan dinding mall telah bersih sempurna. Welson Liu pun menyuruh