Terlahir sebagai dua putera kembar tycoon asal Cina yang hijrah ke Amerika Serikat, Oliver Jason Cheng dan Oleander Joshua Cheng tidak akur satu sama lain. Orang tua mereka memutuskan bidang usaha yang diwariskan untuk Jason dan Joshua berbeda jauh di darat dan di air. Jason mewarisi bisnis perkapalan dan kargo milik grup raksasa Cheng Yi East Star Company, sedangkan Joshua mewarisi bisnis perhotelan dan supermarket dari orang tuanya. Eva Marilyn Xin yang lebih dikenal dengan sebutan Secret Lady Eva adalah chef yang memiliki Golden Lantern Kitchen Restaurant. Cantik, seksi, jago memasak, dan tidak mau sembarangan bertemu dengan orang. Dia biasa mengenakan cadar hitam menutupi sebagian wajah istimewanya. Sebenarnya Eva telah lama memiliki hubungan cinta rahasia dengan Joshua, mereka berencana menikah di hari ulang tahun Grup Cheng Yi yang ke-50. Namun, siapa sangka justru Secret Lady Eva melepas keperawanannya bersama adik kembar calon suaminya, Jason. Apakah kembar yang saling benci itu akan saling bunuh demi mendapatkan Eva yang menjadi candu cinta mereka berdua? Ataukah salah satu dari CEO seksi dan tampan itu harus mengalah demi pertalian darah mereka berdua? Follow IG-ku agneslovely2014 untuk info karya-karya terbaruku.
View More"Selamat ... selamat, Tuan Winston Cheng. Kebahagiaan ganda tahun yang luar biasa kali ini. Ulang tahun Grung Cheng Yi East Star ke-50 dan pernikahan Joshua. Semoga berlimpah rezeki hingga keturunan berikutnya!" ujar Tuan Charles Yin dari Grup Yin Zhen yang merupakan sobat kental keluarga Cheng.
"Terima kasih, Tuan Charles Yin. Hadiah yang Anda berikan sungguh bernilai, seharusnya tidak perlu repot-repot!" balas Winston dengan senyuman bangga.
Sepasang mempelai pun tiba diawali dengan pertunjukan Liong Sam Sie (Barongsai dan Naga) yang melambangkan doa dengan tujuan mendatangkan keberuntungan. Petasan merah panjang yang digantung di depan teras rumah pun dinyalakan hingga terdengar riuh meletus serta memercikkan bunga-bunga api sehingga menambah meriah suasana keceriaan acara pernikahan Joshua dan Eva.
"Selamat berbahagia!"
"Semoga langgeng selamanya!"
"Istriku, kita telah sah menjadi pasangan suami istri sekarang!" ucap Joshua dengan senyum bahagia terukir di wajah tampannya kepada Eva Xin.
"Iya, Suamiku. Aku senang sekali!" sahut Eva menggandeng tangan Joshua berkeliling ruangan aula kediaman Cheng untuk bersama-sama menyapa tamu.
Acara resepsi pernikahan selanjutnya diadakan di ballroom hotel bintang 5 di tengah kota New York. Di sana juga telah disewa satu gedung penuh untuk penginapan para tamu kehormatan beserta keluarga masing-masing. Banyak yang berasal dari luar Amerika dan luar kota New York. Kamar pengantin pun disewa di hotel yang sama dan telah dihias dengan sempurna.
Sepanjang hari kedua mempelai beserta keluarga besar Cheng dan Xin menerima tamu dan menjamu tiada henti hingga larut malam tak jua berhenti. Maka ibu Joshua, Nyonya Helena Cheng berbisik ke menantu barunya, "Nak, pergilah dahulu ke kamar pengantin untuk bersiap-siap. Biarkan kami saja yang menjamu tamu. Kurasa hingga pagi pun pesta masih akan terus berlangsung. Jangan kecewakan suamimu di malam pertama kalian!"
"Ohh ... baiklah, Mama Mertua. Eva izin undur diri ke kamar kalau begitu!" jawab mempelai wanita cantik itu lalu dia diantarkan oleh beberapa pelayan wanita ke kamar pengantin yang telah disediakan oleh keluarga Cheng.
Rombongan pelayan yang mengantar Eva Xin menuju ke lantai teratas dengan lift. Mereka membawa sebuah kunci akses kamar cadangan untuk membukakan pintu kamar pengantin.
"Joel, aku enggan masuk ke pesta!" tukas Jason ketika melintasi lobi hotel bintang 5 di mana pesta meriah Grup Cheng Yi digelar.
"TING." Bunyi penanda lift terdengar seiring pintunya terbuka lebar.
"Sebentar saja, Master Jason. Tidak sopan bila Anda sama sekali tidak menampakkan diri di acara ini. Setelah itu kita bisa menyelinap keluar dari ruang pesta dan pergi beristirahat!" saran Joel Yi dengan bijak yang dengan terpaksa dituruti oleh tuan mudanya.
Sudah nyaris tengah malam dan sebagian besar tamu undangan mulai mabuk minuman keras sajian tuan rumah. Jason melihat ayah dan kakak-kakaknya di sebuah meja lebar dilengkapi sepuluh kursi yang terisi penuh. Dia pun melangkahkan kakinya ke sana dengan berat hati.
"Selamat malam, Papa," ucap Jason lalu menatap kakak kembarnya, Joshua seraya berkata, "Pestanya meriah, di mana kakak iparku yang beruntung itu? Kami belum pernah bertemu sama sekali, jangan sampai dia salah mengenaliku dan berpikir aku suaminya. HA-HA-HA!"
Joshua mendesis kesal, alkohol dalam darahnya semakin membakar emosinya mendengar kata-kata usil adik kembarnya hingga dia memukul meja makan.
"BRAAKK!"
"Dasar adik sialan kau! Apa maksudmu berkata tak senonoh tentang istriku?! Sekali brengsek tetap saja brengsek, tak pernah berubah sekalipun diberi pelajaran keras!" teriak Joshua naik pitam dengan badan sempoyongan berdiri menunjuk ke arah Jason.
Rahang Jason mengetat mendengar kakak kembarnya mengungkit masalah dahulu dia diasingkan ke Pulau K. Rasanya dia ingin menggampar wajah Joshua dan membuat pria itu babak belur.
"CUKUP!" dentum suara Tuan Besar Cheng melerai keributan yang ditimbulkan kedua putera kembarnya.
"Jason, apa kau tak pernah belajar tentang tata krama? Ini hari bahagia kakakmu, tidak bisakah kau sedikit waras dan memberikan ucapan selamat?!" tegur Tuan Winston Cheng yang diperhatikan oleh seisi ruang pesta.
Sementara Joshua tertawa pelan sambil meminum anggur perayaan dari cawan keramik di tangannya. Dia melirik raut muka kembarannya yang mirip dengan dirinya itu, sekilas ada ekspresi kecewa dan amarah di sana. 'Rasakan itu, Jason!' batinnya riang.
Dengan emosi yang terkemas rapi di bawah wajah dinginnya, Jason menyunggingkan senyum palsu seraya menuruti perkataan ayahnya. "Selamat atas pernikahanmu, Kak!" ucapnya ringan.
"Ohh ... senang mendengarnya, Adikku. Nikmati makanan pesta dan bersulanglah untuk kebahagiaanku!" jawab Joshua ramah yang seolah menambah cuka garam di luka hati kembarannya tersebut.
Seorang pelayan membawakan nampan dengan cawan berisi minuman anggur untuk Jason. Pria itu merasa dirinya dipermalukan, tetapi Jason enggan berbuat onar lagi malam ini. Dia hanya ingin segalanya berlalu bagaikan sebuah mimpi buruk yang sesaat saja melintas.
"Gan bei!" seru Jason sebelum meminum isi cawan hingga habis di hadapan keluarganya dan para tamu.
Joshua menyeringai puas. Sekali lagi adik kembarnya itu harus tunduk di hadapannya. Perseteruan mereka sejak kecil lebih banyak dimenangkan olehnya. 'Pecundang tetaplah pecundang!' batinnya.
"Baiklah, sepertinya aku harus mencari kursi untuk duduk merayakan pesta. Perutku lapar sekali setelah berlayar begitu jauh," pamit Jason beralasan karena nampaknya tak ada satu pun yang duduk di meja bundar itu bersedia memberikan tempat untuknya.
Nyonya Helena Cheng menghampiri puteranya itu lalu menggandengnya ke sebuah meja kosong. Para pelayan bergegas menyajikan masakan baru dengan peralatan makan untuk Jason.
"Mama merindukanmu, Jason Puteraku. Kau sudah begitu besar sekarang!" ujar ibunda Jason sembari merangkul bahu pria muda itu.
Sebersit senyum penuh kerinduan terukir di wajah Jason saat menatap Nyonya Helena. Dia menjawab, "Mama, aku pun rindu. Apa kabar, Ma?"
"Selalu baik, Jason. Maafkan Mama yang takut berlayar untuk mengunjungimu di Pulau K. Doa Mama selalu terpanjat untukmu," tutur Nyonya Helena lembut. Dia mengambilkan makanan ke mangkuk nasi putera bungsunya, "makanlah dahulu, katamu tadi kau lapar!"
Maka Jason pun menurut dan mulai makan dengan lahap. Dia memang lapar. Kemudian dia teringat akan Joel Yi yang bersamanya dan melihat ke arah belakang punggungnya. "Joel, duduklah dan makan bersamaku. Kau pasti juga lapar setelah perjalanan jauh!" ujarnya.
Pelayan menyiapkan semangkuk nasi putih untuk Joel Yi. Kemudian pemuda itu menemani tuan mudanya makan malam yang sangat terlambat karena hari jelang tengah malam.
Sambil makan, Jason mendengarkan semua cerita ibundanya tentang perusahaan keluarga Cheng yang kian maju pesat dipegang oleh Joshua di daratan Amerika. Dia hanya mengangguk, tersenyum, dan berkomentar singkat untuk menyenangkan ibunya. Perusahaan maritim miliknya yang berbasis di Pulau K juga sangat maju, tetapi Jason enggan menyombongkan dirinya dan memilih untuk diam.
Seusai makan dengan kenyang, Jason mengecup pipi Nyonya Helena Cheng lalu berpamitan, "Mama, izinkan aku beristirahat malam ini. Rasanya lelah sekali. Terima kasih untuk makanannya, ini lezat!"
"Baiklah, minta kunci kamar hotel ke resepsionis. Suruh saja Joel turun ke lantai lobi kalau kau lelah!" jawab ibunya lalu melepas kepergian Jason.
Namun, Jason tak ingin terkesan bossy. Dia turun ke lantai lobi bersama Joel Yi untuk meminta kunci kamar mereka berdua.
"Selamat malam, atas nama siapa Anda bermalam?" sapa wanita petugas resepsionis itu dengan ramah.
"Selamat malam, Nona. Atas nama Jason Cheng dan satu kamar untuk asisten pribadiku kalau ada!" jawab Jason sopan.
Kemudian dua buah kunci disodorkan ke Jason. Petugas resepsionis itu berkata, "Untuk Tuan Jason Cheng di kamar nomor 3113 dan asisten Anda bisa bermalam di kamar 1001. Berbeda lantai, kedua kamar itu berada di lantai 31 dan 10. Apa Anda mengerti maksud saya, Tuan Jason?"
"Kurasa saya paham. Terima kasih, Nona!" sahut Jason lalu menyerahkan kunci kamar 1001 ke Joel Yi.
Kemudian mereka berpisah lantai, Joel turun terlebih dahulu di lantai 10, sementara dia terus naik hingga lantai teratas hotel bintang 5 itu. Jason memijit leher dan lekuk bahunya karena penat. Dia ingin segera beristirahat.
"Selamat malam, Tuan Muda Jason. Silakan, kamar Anda yang ini!" sambut seorang pria pendek beruban yang telah menunggunya di depan pintu sebuah kamar sesuai nomor kunci akses yang dipegangnya 3113.
"Ohh ... baiklah. Sampaikan terima kasihku ke Nyonya Besar, Pak!" ujar Jason lalu dia membuka pintu kamar tersebut dan segera melangkah masuk.
Jason mengerutkan keningnya merasa aneh dengan kamar tempatnya menginap. Terlalu ramai dengan dekorasi kain merah dan bunga-bunga hias. Dia hanya tamu di acara malam ini, pikirnya. Maka dia keluar lagi tanpa menyadari ada sesosok wanita yang tertidur di atas ranjang.
Pria tua yang tadi menyambutnya masih berada di depan pintu seolah memang menunggunya. Jason bertanya, "Apa aku tidak salah kamar?"
"Sama sekali tidak, Tuan Muda Jason. Ada wanita penghibur yang bisa menemani istirahat Anda malam ini. Semoga Anda berkenan!" jawab pria tua itu sembari tersenyum penuh arti.
"Ohh, aku malah belum melihat wanita itu. Apa dia cantik?" sahut Jason dengan polosnya.
Dia tak menyangka ibundanya akan menyediakan partner ranjang untuk menyambut dirinya agar betah. Namun, tetap besok pagi dia ingin kembali ke Pulau K. Acara keluarga membuatnya muak sejak dulu dan dia selalu saja kabur dari kerumunan.
"Sangat istimewa, wanita itu sengaja dipersiapkan untuk kedatangan Anda. Selamat beristirahat dengan nyaman, Tuan Muda Jason!" ujar pak tua tersebut sembari membungkukkan punggungnya.
Akhirnya Jason kembali masuk ke kamar yang sama dan melihat wanita yang disebutkan oleh pria tua bertubuh pendek tadi. Dia sedikit terpana saat menatap sosok yang terlelap dengan posisi setengah terbaring di kepala ranjang itu.
"Luar biasa menarik, sesuai seleraku!" pujinya dengan tatapan bergairah. Segala rasa kantuk dan lelahnya mendadak sirna. Namun, dia merasa tubuhnya kotor dari perjalanan jauh. Jason pun memilih untuk mandi terlebih dahulu sebelum menghabiskan malam panjang bersama si cantik.
Tahun-tahun hukuman pidana yang dijalani Welson Liu sama sekali tidak menyeramkan, sekalipun kehidupan dalam penjara itu keras dan menuntut kehati-hatian bersikap serta bertindak. Welson tahu kapan dia harus mengalah sekalipun ditindas penjahat yang menjadi penguasa penjara demi keselamatannya sendiri. Tak jarang dia dihajar hingga memar dan berdarah-darah oleh narapidana lain yang tidak menyukainya. Namun, sipir penjara baik dan menolongnya hingga lama kelamaan dia menjadi tahanan senior. Dia lebih dihargai oleh rekan-rekan satu penjara lain di Wyoming tersebut. Di sana Welson Liu belajar menjadi sosok preman sekalipun tadinya dia seorang tuan muda konglomerat."Welson Liu, ada yang membesukmu. Cepatlah keluar!" seru penjaga penjara di depan pintu sel tahanan sambil membuka kunci gembok.Wajah pria bercambang subur itu terhiasi oleh senyum bahagia. Ini adalah akhir pekan, dia sudah hapal bahwa istri dan anaknya pasti mengunjunginya di Wyoming Correctional Facility. Welson melangkah
"Vonis persidangan Tuan Welson Albertus Liu melawan negara dalam kasus percobaan pembunuhan Tuan Oliver Jason Cheng telah diputuskan yaitu sanksi pidana selama tujuh tahun di Wyoming Correctional Facility, Negara Bagian New York. Demikian putusan dari Hakim Ulysses Malcom!" "TOK TOK TOK!" Palu hakim diketok tiga kali mengakhiri kasus percobaan pembunuhan terhadap Jason Cheng yang merengut nyawa pengemudi mobil.Seisi ruang pengadilan negara bagian New York sontak riuh, pihak keluarga Liu merasakan kesedihan yang mendalam. Sedangkan, keluarga Cheng dan keluarga Xin merasa puas dengan hasil vonis sidang yang baru saja diputuskan oleh hakim.Awak media heboh meliput kasus yang menjadi pusat perhatian publik karena melibatkan dua grup konglomerasi terkaya di China Town. Lampu blitz kamera berkilat-kilat mengabadikan peristiwa tak terlupakan dalam sejarah kelam persaingan bisnis tycoon asal China yang berdarah tersebut.Brenda Yin sambil menggendong Shawn menghentikan rombongan polisi yan
"Ohh ... Mister Jason Cheng!" seru Suster Angelina Collins yang baru saja selesai menyuntikkan obat di pembuluh nadi pasien ICU itu.Jason merasakan sakit yang hebat di bagian kepalanya hingga seperti mau pecah saja, pandangannya masih berputar-putar melihat langit-langit putih di ruang perawatannya. Dia bergumam, "Ugh ... tolong, pusing—" Segera saja perawat berusia awal tiga puluh tahun itu berlari memanggil Dokter Russell Octario di ruangan praktiknya. Kemudian dokter asal Mexico itu bergegas masuk ke ruang ICU untuk memeriksa kondisi pasiennya yang tadinya tak sadar."Apa Anda bisa mendengar kata-kata saya, Sir?" tanya Dokter Russell sambil memeriksa fungsi organ vital Jason dengan stetoskop. "Ya, Dok. Kepala saya sakit sekali dan rasanya berputar-putar!" jawab Jason dengan lemas.Dokter Russell berkata, "Segalanya akan baik-baik saja, dengan kembali sadar, itu sudah sangat bagus. Kami tetap monitor kondisi Anda dan berikan perawatan intensif hingga nanti pulih. Tolong jangan ba
"APA?!" Joshua berteriak seakan tak percaya ketika Arthur Devlinski melaporkan kecelakaan yang menimpa Jason sekeluarga di jembatan tol layang saat berangkat ke Bandara John F. Kennedy tadi pagi."Temani aku ke rumah sakit sekarang, Lucas!" ujar Joshua kepada asisten pribadinya seraya bergegas keluar dari ruangan presdir mall. Jantungnya serasa dipukul kencang, ini kabar buruk yang tak terduga. Joshua diikuti oleh beberapa pengawalnya turun dengan lift. Sebuah mobil sedan telah menunggu di depan pintu lobi utama mall, sopir segera melajukan kendaraan ke rumah sakit. Di dalam mobilnya Joshua menghubungi kepala sekuriti rumah dan mall untuk memeriksa rekaman kamera CCTV di mana mobil yang dipakai Jason dan mengalami kecelakaan itu terparkir sejak kemarin. Tak ada yang nampak kebetulan karena sopir keluarga Cheng yang mengantarkan Jason sekeluarga itu telah melayani selama belasan tahun. Pria paruh baya itu sangat hati-hati bila menyetir mobil, pasti ada yang salah dengan mesin mobilny
"Jason, bisakah kau berkompetisi dengan sportif? Aku memintamu untuk menyalakan listrik mall waktu itu, kenapa masih saja ada gangguan listrik hingga hari ini?" cecar Welson Liu di kantor Jason Cheng.Mendengar protes Welson Liu, tentu saja Jason hanya bisa tertawa. Dia pun menjawab, "Kurasa itu sama sekali bukan karena perbuatanku, tak ada buktinya juga kalau aku yang mengakali aliran listrik mall Grup Liu Dao. Itu hanya sekadar asumsimu saja, Sir!" Joshua pun menimpali dengan kebingungan bercampur kesal di sebelah sofa adiknya, "Seharusnya kau tanyakan ke teknisi PLN, kenapa malah ke Jason? Dia bukan insinyur listrik, dia ini CEO!" Namun, Welson Liu berdecak kesal. "Kau tidak tahu apa-apa, Joshua. Diamlah!" Kemudian dia berkata lagi kepada Jason, "katakan apa syarat darimu agar mallku kembali normal!" "Maaf, aku tak butuh apa pun darimu, Tuan Muda Liu. Aku hanya mengurusi mall Grup Cheng Yi East Star dan nampaknya usahaku sudah cukup berhasil. Lusa aku akan kembali menyerahkan ma
"Master Welson, listrik di mall sudah menyala!" lapor Julius Ma dengan penuh semangat di kantor hotel bosnya.Welson Liu tertawa pongah mendengar berita baik itu, dia berpikir masalahnya telah berakhir. Dia lalu bangkit dari kursi presdir lalu bergegas meninggalkan ruangan untuk meninjau langsung situasi mall pasca delapan hari tutup.Sayangnya bagian sayur dan buah segar mengalami pembusukan akibat lama tanpa pendingin. Lantai juga kotor karena tak ada cleaning service yang bekerja dalam kondisi gelap gulita sepanjang hari."Julius, suruh bagian cleaning service membersihkan semua bagian dalam mall ini! Kita masih belum bisa buka dan menerima pengunjung dalam kondisi berantakan begini!" seru Welson Liu frustasi sembari berkacak pinggang."Tentu, Sir. Segera saya suruh mereka membereskan kekacauan mall!" sahut Julius Ma sigap. Dia segera menelepon kepala bagian kebersihan mall.Dalam waktu kurang dari 24 jam, semua lantai dan dinding mall telah bersih sempurna. Welson Liu pun menyuruh
"Selamat datang, Jason Cheng!" sambut Welson Liu dengan kedua tangan terbuka lalu memeluk tamu kehormatannya."Hmm ... tak usah berbasa basi, Tuan Muda Liu. Kau memiliki apa yang sedang aku cari, bukan? Serahkan kembali Ares kepadaku sebelum aku membawa kasus penculikan anak di bawah umur ini ke jalur hukum!" balas Jason dengan tatapan mata dingin berbahaya.Tawa Welson Liu bergema di ruangan CEO hotel bintang lima itu. Dia mengajak Jason duduk bersamanya di sofa berlapis kulit licin warna hitam. "Kenapa begitu keras kepadaku, Jason? Kita bisa membicarakan ini baik-baik, anakmu itu aman di tempatku. Dia sedang menghabiskan waktu bersama Bibi Brenda Yin!" bujuknya dengan persuasif."Brenda?" Alis Jason berkerut. Wanita itu pernah menjadi bibinya Ares karena menikah dengan Joshua dulu. "Hmm ... baiklah, apa maumu?" lanjut Jason tak ingin bertele-tele dan membuat istrinya cemas berkepanjangan."Nyalakan aliran listrik mallku, kamu pun sudah mendengar permintaanku kemarin, Jason!" jawab W
Brenda Yin yang disuruh menemani keponakannya oleh Welson Liu menunggui hingga Ares siuman dari efek Chloroform di salah satu kamar hotel milik pria itu. Sedangkan, pelayan remaja yang menemani Ares yaitu Lena Chia telah siuman dan duduk di sofa berhadapan dengannya."Bibi—" panggil Ares yang baru tersadar dan duduk di atas ranjang king size. Dia mengedarkan pandangan berkabutnya ke sekeliling ruangan luas nan mewah itu sembari mengucek-ngucek matanya.Kedua wanita berbeda usia itu bergegas menghampiri Ares. Karena takut kepada Brenda Yin, pelayan berusia remaja itu hanya terdiam dan duduk di tepi ranjang menunggu bocah yang diasuhnya bertanya."Lho, Bibi Brenda kok bisa ada di sini? Emm ... ini di mana ya?" tanya Ares polos seraya menatap wajah Brenda Yin yang agak kebingungan menghadapi bocah kecil itu."Ares Sayang, kita di hotel. Apa kamu lapar? Bibi Brenda pesankan makanan enak ya? Sebentar!" jawab wanita cantik itu dengan ramah. Dia tahu itu putra Jason Cheng dan wajah bocah itu
Kantor kerja pria itu telah pindah ke tempat managemen Hotel Honeymoon in New York. Situasi di Mall Golden Lotus masih gelap gulita seminggu ini. Para suplier membatalkan perjanjian promosi potongan harga besar, penyewa lapak di mall meneror setiap hari menuntut ganti rugi akibat bisnis mereka terhenti. Itu membuat Welson Liu mengambil sebuah langkah yang sedikit berbahaya untuk mengamankan bisnisnya agar tidak jatuh pailit."Apa kau sudah mengatur yang kuperintahkan kemarin, Julius?" tanya Welson Liu dari kursi kebesarannya. "Sudah, Master Welson. Saya sudah mengirim beberapa anak buah untuk mengawasi kediaman Cheng. Kita tunggu saja kesempatan itu tiba!" jawab Julius Ma yang selalu dapat diandalkan.Sementara itu beberapa bodyguard Welson mengintai di dalam mobil Land Rover yang terparkir tak jauh dari kediaman Cheng. Mereka menunggu target mereka keluar dari pintu gerbang untuk diculik.Kesabaran mereka membuahkan hasil, setelah jam makan siang bocah balita yang penuh semangat itu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments