๊ณต์œ 

Jangan Pernah Menjauh

์ž‘๊ฐ€: Nia Kannia
last update ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ: 2025-05-04 13:29:58

"Jadi, selama ini aku bukan lagi mimpi, tapi memang kamu ada di sana?" tanyanku tak percaya. "Pantesan rasanya kayak bukan mimpi."

Pantas saja mimpi itu tidak seperti mimpi. Aku merasakan pipi yang tiba-tiba menghangat.

"Sekarang baru sadar, gimana nyamannya tidur di pelukanku? Makanya jangan sok-sokan kabur dari rumah." Dia menggerutu.

Aku tersenyum malu. "Jadi, sejak kapan Mas di sana?"

"Sejak hari pertama kamu di sana lah." Dia tersenyum penuh kemenangan.

"Kok bisa?"

"Udah aku bilang, kamu gak bisa pergi jauh dariku, Sayang."

"Tapi, kata Edo Mas masih cariin aku waktuโ€“"

"Dan, kamu percaya? Itu cuma akal-akalan dia aja." Mas Kaivan mengulum senyum, tetapi kali ini lebih mirip menahan tawa.

"Kenapa Mas gak samperin aku aja?"

"Karena aku gak siap kalau kamu menolak saat aku ajak pulang."

"Jadi, selama ini Mas Kai sembunyi di mana? Kenapa aku gak pernah lihat?"

"Di mana-mana, kadang di bawah meja, kadang di dalam lemari, seringnya di balkon sempit di bawah jendela."

Aku menutup mulut
์ด ์ฑ…์„ ๊ณ„์† ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”.
QR ์ฝ”๋“œ๋ฅผ ์Šค์บ”ํ•˜์—ฌ ์•ฑ์„ ๋‹ค์šด๋กœ๋“œํ•˜์„ธ์š”
์ž ๊ธด ์ฑ•ํ„ฐ

์ตœ์‹  ์ฑ•ํ„ฐ

  • Malam Pertama dengan Dosenkuย ย ย Pertanyaan Lysandra

    Suasana kafe bagian depan mendadak berubah heningโ€”seakan orang-orang di sekitar lupa bernapas. Kalimat itu ....โ€œKarena dia... anak kandung Papa. Sama seperti kamu.โ€Udara mendadak terasa berat. Mata Aira membelalak, tubuhnya juga terasa kaku. Seolah-olah bagian dari dirinya berhenti bekerja. Napasnya tercekat, tenggorokan pun terasa mengering. Ia menatap Azzam sejenakโ€”tak tahu harus berkata apa. Juga tidak tahu harus merasa seperti apa.Tubuhnya seakan tersedot ke dalam pusaran yang tak kasat mata. Kepalanya penuh. Dadanya sesak. Mirisnya tak ada satu kata pun yang lolos dari bibirnya. Entah itu berupa amarah atau pun sekadar tanya. Rasa di dalam hatinya kini sulit untuk diraba. Terasa begitu ambigu dan membingungkan. Ia ingin menganggap kalimat pria paruh baya itu hanyalah igauan belaka.Aira kemudian membalikkan tubuh dan segera mengais langkah cepat. Bukan berlari, tetapi cukup tegas. Ia lebih seperti seseorang yang butuh melarikan diri sebelum hatinya meledak.Azzam hanya bisa

  • Malam Pertama dengan Dosenkuย ย ย Pengakuan

    "Siapa sebenernya Pak Azzam ini? Kenapa seolah tahu segalanya tentang ibu saya?"Azzam bergeming lagi. Sikapnya tetap tenang. Setidaknya ia mampu menyembunyikan ketegangan dalam hatinya dengan wajah dan kalimat yang tenang.Aira memutuskan untuk berdiri, lalu memutar tubuh. Berniat meninggalkan Azzam begitu saja. Tak peduli akan bagaimana nasibnya. Ia sama sekali tidak takut dipecat karena bersikap tidak baik pada pimpinan. "Sahara!" Namun, suara itu mampu memutus langkahnya yang hampir saja masuk kembali ke dalam kafe. Perlahan ia menoleh."Sahara adalah nama kecilmu, bukan?" tebak Azzam dengan penuh keyakinan.Aira terdiam. Sekujur tubuhnya terasa dingin. Entah karena senja yang mulai turun, atau karena nama ituโ€”nama yang seharusnya tak ada seorang asing pun tahu.Selain dari Kaivan, Azzam juga menggali informasi melalui orang-orang suruhannya."Siapa sebenarnya Pak Azzam ini? Kenapa seolah tahu segalanya tentang Ibu saya?" suara Aira seolah menggema ulang. Terdengar pecah, seten

  • Malam Pertama dengan Dosenkuย ย ย Seperti Tahu Segalanya

    Suasana di luar kafe perlahan meredup, disapu cahaya sore yang jatuh miring di trotoar. Aira berdiri beberapa langkah dari pintu, sementara pria ituโ€”Azzamโ€”berdiri diam di hadapannya. Tak ada pelanggan lain, hanya lalu-lalang kendaraan dan desau angin yang membawa suara klakson dari kejauhan."Sebentar saja?" Suara Azzam lemah. Bukan hanya suara, tetapi tatapannya juga. Aira menimbang. Tubuhnya ingin menolak, tetapi rasa penasarannya terlanjur merangkak masuk ke dadanya. Apa yang ingin dibicarakan pria paruh itu?Ia menoleh sebentar ke dalam, memastikan Galang tidak memperhatikannya, lalu mengangguk.โ€œSilakan.โ€Mereka duduk di bangku kecil di sisi kanan kafe. Meja bundar aluminium bergetar sedikit saat Aira meletakkan ponsel di atasnya. Sebenarnya ia masih menunggu balasan pesan chat yang ia kirim sejak pagi, tetapi belum terbacaโ€”apalagi balasan.Tangan wanita itu menyatu di pangkuan, sedang Azzam hanya menatapnya sebentar lalu menunduk.โ€œTerima kasih. Ini mungkin terdengar aneh atau

  • Malam Pertama dengan Dosenkuย ย ย Tak Punya Pilihan

    ["Om, apa kita bisa ketemu?"] Kaivan membaca pesan chat di ponselnya. Dia kemudian meletakkan ponsel di meja makan, kemudian melanjutkan makan. ["Plis, Om. Ada hal penting yang mau aku tanyain. ๐Ÿฅบ"] Alya yang berada di sebelahnya menoleh pada sang suami. "Kayaknya dia lagi butuh banget sama kamu, Mas." Alya berucap. "Biar saja, tugasku sudah selesai. Bair Azzam yang melanjutkan." "Memangnya Mas Azzam bakal bisa mengatakan semua gitu aja, Mas?" tanya Alya. Kaivan menatap istrinya. "Aku gak mau masuk lebih dalam lagi, Yang," desahnya lirih. Layar ponsel Kaivan menyala lagi. [Maaf, untuk apa yang terjadi beberapa waktu lalu, Om!] Alya menatap Kaivan bingung. "Cck.โ€œ Pria paruh baya itu berdecak. "Baru baca chatnya aja kamu udah lihatin aku penuh kecurigaan lagi. Apalagi kalau aku temuin dia." Kaivan memandangi layar ponselnya. Jempolnya sempat bergerak untuk membalas, tetapi berhenti di tengah jalan. Ia kembali menaruh ponsel ke meja. Kembali ke nasinya yang sudah

  • Malam Pertama dengan Dosenkuย ย ย Bukan Pelanggan Biasa

    โ€œJelas aja gak asing, emang siapa yang gak kenal sama dia?โ€Suara itu muncul tiba-tiba dari arah samping kanan Aira, membuat tubuhnya refleks menoleh cepat.Ternyata itu suara Galang, manajer kafe yang memang dikenal muncul tanpa suara seperti hantu shift sore. Sudah dua minggu ini pria paruh baya itu makin sering berdiri dan terlalu dekat saat berbicara. Bukan mengganggu, tetapi cukup untuk membuat Aira tak nyaman."Maksud Pak Galang?" Aira bertanya dengan nada santai, meski alisnya sedikit terangkat.Galang menunjuk samar ke arah luar jendela, ke tempat seorang pria baru saja berjalan menjauh dari kafe. Sosok yang belakangan merasa Aira kenali, meski tak bisa menyebutkan dari mana.โ€œMasa kamu gak kenal sih sama beliau?โ€Aira menggeleng, ekspresinya polos, tetapi tetap waspada. โ€œSaya memang gak kenal, Pak.โ€Galang terkekeh, seperti mendapati sesuatu yang lucu. โ€œBeliau tuh ... salah satu pendiri jaringan bisnis kuliner terbesar di kota ini. Kafe ini juga masih ada di bawah jaringan g

  • Malam Pertama dengan Dosenkuย ย ย Perbincangan Singkat

    Beberapa kali Azzam datang ke sana lagi. Ia memesan menu berbeda, duduk di meja yang berbeda, dan kadang berpura-pura jadi pelanggan tetap. Tapi tiap kali, reaksinya tetap sama. Aira tak pernah mengenalnya. Ah, memang apa yang ia harapkan? Berharap Aira akan mengenalnya sebagai ayah begitu saja. Azzam bahkan terlalu pengecut untuk menyapanya. Ia pun hanya bisa melihat dari balik meja. Menjadi bayangan yang tak terlihat.a Hingga hari itu. Kafe sepi. Pelanggan hanya dua orang di pojok dan satu yang baru saja pergi. Aira sedang merapikan buku catatan order ketika suara Azzam memanggil. โ€œHmm Dek.โ€ Aira menoleh. โ€œIya, Pak?โ€ โ€œKalau boleh tahu ... kamu asli mana?โ€ Aira tampak bingung sejenak, lalu tersenyum sopan. โ€œSaya dilahirkan di Medan, Pak. Tapi besar di Jakarta.โ€œ โ€œOh ....โ€ Azzam menunduk sebentar, lalu berkata, โ€œOrang tua kamu masih ada?โ€ Pertanyaan itu membuat ekspresi Aira sedikit berubah. Namun, ia cepat mengendalikannya. โ€œSaya dibesarkan keluarga angkat. Orang tu

๋”๋ณด๊ธฐ
์ข‹์€ ์†Œ์„ค์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฐพ์•„ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”
GoodNovel ์•ฑ์—์„œ ์ˆ˜๋งŽ์€ ์ธ๊ธฐ ์†Œ์„ค์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฆ๊ธฐ์„ธ์š”! ๋งˆ์Œ์— ๋“œ๋Š” ์ฑ…์„ ๋‹ค์šด๋กœ๋“œํ•˜๊ณ , ์–ธ์ œ ์–ด๋””์„œ๋‚˜ ํŽธํ•˜๊ฒŒ ์ฝ์„ ์ˆ˜ ์žˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค
์•ฑ์—์„œ ์ฑ…์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”
์•ฑ์—์„œ ์ฝ์œผ๋ ค๋ฉด QR ์ฝ”๋“œ๋ฅผ ์Šค์บ”ํ•˜์„ธ์š”.
DMCA.com Protection Status