Share

Bab 322

Author: Viona
Selir Rinda datang dengan cepat, dia bukan hanya membawa obat tetapi juga dua kotak kue untuk Lyra.

Lyra pertama-tama membawa obat itu ke dalam dan memberikannya kepada Kirana, lalu mempersilakan Selir Rinda untuk duduk di ruang luar.

Keduanya duduk berhadapan di dua kursi rusak dan dipisahkan oleh sebuah meja yang sudah lusuh.

Selir Rinda membuka kotak kue dan mendorongnya ke arah Lyra. Seperti biasa, dia memulai pembicaraan dengan sedikit senyuman dan berkata, "Selir Lyra, kau sudah sangat menderita di sini. Aku sudah lama ingin datang menemuimu, tapi aku nggak tahu caranya."

"Makanya Nyonya memotong jatah makananku agar aku sendiri yang menemukan cara agar Anda bisa masuk, kan?" Lyra balas tersenyum, mengambil kue dan memasukkannya ke dalam mulut, tidak khawatir jika ada racun di dalamnya.

Senyum Selir Rinda sempat membeku sesaat, lalu kembali tersenyum dan bertanya, "Apa maksudmu?"

"Nggak ada orang lain di sini, kenapa Anda masih harus berpura-pura?" Lyra berkata. "Nyonya sudah me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 340

    …Atas bujukan Roni, Kaisar akhirnya kembali ke Istana Langit Emas.Roni juga mengkremasi jasad itu hingga menjadi abu, lalu memasukkannya ke dalam guci, dan membawanya ke kamar Kaisar.Kaisar menyembunyikan guci dan boneka manusia salju itu bersama-sama di dasar lemari pakaiannya, dan menguncinya dengan dua kunci tambahan.Meskipun itu terasa mengerikan, namun semua orang mengira bahwa masalah itu akhirnya bisa selesai.Namun, dia diam-diam memberi tahu Toni agar menyelidiki keberadaan Lyra, dan juga untuk menindak lanjuti Selir Rinda dan Ibu Suri.Toni bertanya mengapa, karena Roni telah mengonfirmasi semuanya, dan Selir Rinda juga telah diinterogasi berulang kali.Bahkan para penjaga yang bertanggung jawab menjaga Istana Pengasingan itu juga sudah disiksa di Pengadilan Istana.Semua bukti menunjukkan bahwa Lyra telah meninggal, dan jasad hangus itu memang dirinya.Apa lagi yang perlu diselidiki? Namun, Kaisar tidak setuju. Dia berpendapat bahwa Roni mungkin juga telah ditipu oleh L

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 339

    Angin utara menderu-deru, suara terompet perang berbunyi.Jubah merah di punggung Mario berkibar-kibar tertiup angin, bagaikan darah panas yang mengalir deras di tubuhnya, bagaikan gelombang tak menentu yang bergejolak di hatinya.Dia pikir bahwa keputusan yang dulu dia buat di ruang belajar selatan adalah keputusan tersulit dalam hidupnya.Dia pikir bahwa dengan mengakui segalanya kepada Kaisar, kehidupan Lyra di istana akan menjadi lebih mudah.Dia pikir jika Kaisar sangat ingin mempertahankan Lyra, maka dia akan melindunginya.Kini, semua pikirannya itu menjadi sia-sia.Lily kekasihnya telah mati!Mati di dalam sangkar emas yang dibangun untuknya oleh pria yang mengaku tak bisa hidup tanpanya.Dia teringat hari itu di jalanan istana saat Lyra mengantarnya pergi.Dia telah memintanya untuk hidup dengan baik, apa pun yang terjadi. Tanpanya, dia tak akan pernah memiliki keberanian untuk kembali ke ibu kota. Lyra dengan berlinang air mata berjanji kepadanya bahwa dia akan makan dengan

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 338

    Kaisar menatapnya tajam, urat-uratnya terlihat jelas di tangannya yang mencengkeram kerah bajunya. "Roni, kau sudah menipuku sekali. Kalau kau berani melakukannya lagi, aku akan mengeksekusimu dengan hukuman mati yang paling kejam!""Hamba nggak bohong pada Yang Mulia. Ini benar-benar dia," kata Roni. "Hamba lebih rela kalau dia menipu Yang Mulia daripada harus mati begini."Kaisar melepaskannya, cahaya di sorot matanya padam, kembali redup seperti langit malam berbintang yang tertutup awan gelap. "Dia pasti menyalahkanku karena sudah mengirimnya ke Istana Pengasingan.""Sebenarnya, aku sudah tahu kalau dia difitnah. Aku mengirimnya ke Istana Pengasingan hanya untuk sementara waktu agar bisa menenangkan para pejabat dan untuk memastikan dia nggak akan diganggu oleh para selir di istana.""Kupikir setelah kembali dari Aula Pintu Langit, langit akan cerah. Kau juga sudah bisa menenangkan rakyat di daerah bencana. Saat itu, aku akan membebaskannya dan menaikkan pangkatnya sebagai ganti r

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 337

    Tirai tipis itu terangkat sedikit saat mereka berdiri semakin dekat. Roni mengulurkan tangan, jari-jemarinya gemetar saat membukanya.Tubuh yang terbungkus kain putih itu terlihat dengan sangat jelas di hadapannya.Hati Roni mengecil, dia memalingkan wajah dan menutup mata, tak punya keberanian untuk melihatnya lebih lama.Kaisar menatapnya dengan serius, mencoba menangkap petunjuk dari perubahan kecil pada ekspresi wajahnya.Saat itu, dia berharap Roni hanya berpura-pura, seolah-olah sedang bermain sandiwara untuknya.Setidaknya itu berarti bahwa orang itu masih hidup.Namun, ekspresi Roni sangat nyata, perasaan yang sama seperti yang dia alami saat pertama kali berdiri di samping tempat tidur, memandangi tubuh yang meringkuk di bawah kain putih, antara ingin melihat tetapi tak berani untuk menatap.Kaisar membungkuk dan secara pribadi menyingkirkan kain putih itu, "Coba kau lihat, dan katakan apa itu benar dia. Agar aku bisa yakin dan rela."Roni perlahan membuka matanya dan memandan

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 336

    Setibanya di istana, Roni bahkan tidak sempat berganti pakaian, dia langsung menuju Istana Langit Emas dengan wajah kotor dan kelelahan.Begitu memasuki Gerbang Langit Emas, Damian muncul entah dari mana dan memanggilnya, langsung membungkuk dan menyambutnya. "Tuan Roni, syukurlah Anda sudah kembali! Kalau Anda nggak kembali, Tahun Baru kali ini pasti hancur berantakan."Roni terdiam dan menghentikan langkahnya, sorot matanya tampak dingin. Dia bertanya, "Di mana Yang Mulia?""Beliau di Istana Bugenvil!"Damian mengarahkan dagunya ke arah Istana Bugenvil dan berbisik, "Yang Mulia tinggal di sana siang dan malam, dan juga sudah membawa semua dokumen ke sana.""Yang Mulia mengurus pemerintahan di sana pada siang hari, dan tidur dengan Selir Lyra pada malam hari. Dia bahkan memerintahkan pemanas lantai dimatikan karena khawatir jasadnya akan membusuk.""Di sana sangat dingin, seperti gudang es. Tuan, tolong Anda cepat pergi ke sana!"Roni tampak terkejut, tetapi tidak berkata apa-apa. Di

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 335

    Kuda hitam itu melesat bagai hembusan angin, hanya menyisakan siluet samar dalam sekejap.Roni memegang kendali kudanya, dan sempat menoleh ke belakang.Hamparan salju putih membentang, dunia terlihat luas tanpa batas, selain itu tak ada apa pun.Pasukan yang mengikutinya di belakang segera menutupi pandangannya. Dia berbalik, melecut kembali kudanya, dan melesat menuju ibu kota."Nyonya, itu Tuan Roni, kan? Kenapa Anda nggak panggil?" Kirana berseru cemas sambil memperhatikan pasukan itu melesat pergi bagai anak panah.Lyra menatap kosong ke arah pasukan itu yang kini telah menjadi titik-titik hitam kecil, hingga mereka berbelok di tikungan dan menghilang sepenuhnya dari pandangan, air mata pun mengalir di wajahnya."Aku nggak bisa memanggilnya. Saat ini, lebih baik kalau dia nggak tahu apa-apa.""Kalau begitu, kenapa Anda menunggunya di sini?""Aku hanya ingin melihatnya untuk terakhir kali." Lyra menyeka air mata dari pipinya, suaranya pelan bagai desahan angin. Mulai sekarang, mun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status