Home / Romansa / Malam yang panas / Bab 60 - Dalam Bayangan Ancaman

Share

Bab 60 - Dalam Bayangan Ancaman

Author: Purple
last update Last Updated: 2025-06-10 18:00:21

Malam itu, angin berembus pelan di sela tirai balkon apartemen Nadia. Lampu kota terlihat seperti bintang-bintang buatan yang menggantung rendah di cakrawala. Namun tak ada ketenangan dalam dada Nadia—hanya gemuruh tak pasti yang terus menghantui pikirannya sejak Reza meninggalkan apartemennya beberapa jam lalu.

Ia berdiri menatap langit, mencoba memahami getaran aneh di dalam dirinya. Kata-kata Reza tadi siang terus berputar di kepala:

“Aku nggak bisa berhenti mikirin kamu, Nad. Bahkan ketika aku mencoba menjauh, kamu tetap ada di sini.”

Tangannya menyentuh dada, tepat di atas jantungnya yang berdetak tak karuan. Ada ketulusan dalam nada suara Reza, tapi ada pula ketakutan dalam tatapan matanya—ketakutan kehilangan, atau mungkin… ketakutan melukai?

Nadia mengembuskan napas panjang. Ponselnya bergetar di meja. Sebuah pesan masuk.

Clarissa:

“Hati-hati sama Reza. Dia nggak sebaik yang kamu kira.”

Nadia terdiam. Tangannya mengepal, l
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam yang panas   Bab 63 -Luka yang Masih Terbuka

    Langit sore mulai menguning saat Reza berdiri di teras rumah Nadia, memandang jalan yang perlahan sepi. Suara kendaraan yang sesekali melintas seperti gema dari dunia luar yang tak ingin ia hadapi. Tangannya masih memegang kotak kecil berisi sesuatu yang sangat berarti baginya—sebuah liontin yang dulu pernah ia berikan pada Nadia.Ia tahu, langkah yang ia ambil kali ini akan mengubah segalanya. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk Nadia. Hatinya masih bergejolak, penuh keraguan dan keinginan yang saling bertentangan. Apakah ia cukup kuat untuk menghadapi masa lalu, atau sebaiknya ia menyerah saja dan membiarkannya terkubur bersama kenangan?"Reza?" suara lembut itu menghentikan pikirannya. Nadia berdiri di belakangnya, mengenakan dress sederhana berwarna biru pucat yang membuatnya tampak rapuh namun tetap memesona. Tatapannya penuh tanya, namun juga ada ketegasan di sana.Reza menoleh, bibirnya sedikit bergetar. "Aku... cuma ingin mengembalikan ini,"

  • Malam yang panas   Bab 62 -Pelarian yang Menyesakkan

    Pagi di Jakarta selalu datang dengan hiruk pikuk yang sama. Tapi pagi ini berbeda. Udara terasa lebih pekat, seperti menampung sisa-sisa amarah dan luka semalam. Nadia berdiri mematung di balik tirai hotel tempat ia bermalam. Matanya sayu, memandang jauh ke jalanan yang sudah mulai dipenuhi kendaraan. Namun, pikirannya bukan di sana."Kenapa aku masih di sini?" bisiknya lirih.Semalaman ia tak tidur. Bayang-bayang Reza terus menghantuinya. Pelukan terakhir pria itu sebelum mereka bertengkar terasa begitu nyata di kulitnya. Tapi yang lebih menusuk adalah sorot mata Reza—penuh luka dan kecewa.Nadia memeluk dirinya sendiri. Dingin. Bukan karena suhu ruangan, tapi karena kesepian yang perlahan merambat ke tulangnya. Ia telah mengambil keputusan besar, tapi apakah itu benar?Ponselnya terus berbunyi. Pesan dari Reza masuk bertubi-tubi semalam. Semuanya belum dibuka. Tangannya sempat tergerak, ingin membaca satu per satu, tapi hatinya belum cukup kuat.Saat ia akhirnya duduk di pinggir ran

  • Malam yang panas   bab 61 - Jejak yang Tertinggal

    Langit senja memudar di balik jendela apartemen Reza. Di dalam ruangan itu, keheningan terasa seperti selimut dingin yang menyelimuti tubuh mereka. Nadia duduk di tepi tempat tidur, tangannya mengepal erat di pangkuan. Sementara Reza berdiri mematung di dekat meja, memandangi dokumen yang barusan ia terima dari orang suruhannya."Kau yakin ini dari Dimas?" tanya Nadia lirih, suaranya gemetar.Reza mengangguk tanpa menoleh. "Stempel perusahaannya ada di amplop itu. Dan ini bukan pertama kalinya dia mencoba mengusik hidup kita."Amplop cokelat yang terbuka di meja menyembunyikan sesuatu yang lebih dari sekadar dokumen. Di dalamnya ada foto-foto: Nadia dan Reza dalam pelukan di kafe itu, Nadia masuk ke apartemen Reza, bahkan satu foto Nadia keluar dari mobil Reza dengan ekspresi letih namun bahagia. Semua diambil dari kejauhan. Semua tampak seperti bukti yang disengaja."Dia ingin menjatuhkanku. Tapi kenapa harus kamu yang jadi sasarannya juga?" tanya Reza sambil menatapnya.Nadia menari

  • Malam yang panas   Bab 60 - Dalam Bayangan Ancaman

    Malam itu, angin berembus pelan di sela tirai balkon apartemen Nadia. Lampu kota terlihat seperti bintang-bintang buatan yang menggantung rendah di cakrawala. Namun tak ada ketenangan dalam dada Nadia—hanya gemuruh tak pasti yang terus menghantui pikirannya sejak Reza meninggalkan apartemennya beberapa jam lalu.Ia berdiri menatap langit, mencoba memahami getaran aneh di dalam dirinya. Kata-kata Reza tadi siang terus berputar di kepala:“Aku nggak bisa berhenti mikirin kamu, Nad. Bahkan ketika aku mencoba menjauh, kamu tetap ada di sini.”Tangannya menyentuh dada, tepat di atas jantungnya yang berdetak tak karuan. Ada ketulusan dalam nada suara Reza, tapi ada pula ketakutan dalam tatapan matanya—ketakutan kehilangan, atau mungkin… ketakutan melukai?Nadia mengembuskan napas panjang. Ponselnya bergetar di meja. Sebuah pesan masuk.Clarissa:“Hati-hati sama Reza. Dia nggak sebaik yang kamu kira.”Nadia terdiam. Tangannya mengepal, l

  • Malam yang panas   Bab 59 - Satu Malam Dua Hati

    Hening menyelimuti ruang tamu apartemen Nadia. Aroma lavender dari lilin aromaterapi memenuhi udara, menenangkan namun menyisakan jejak keresahan dalam dada. Nadia duduk termenung di sofa, memandangi layar ponselnya yang tak kunjung menyala oleh notifikasi dari Reza. Sudah dua hari sejak mereka terakhir bicara. Dua hari yang terasa seperti dua tahun baginya.Pintu diketuk. Lembut, tapi cukup membuat jantung Nadia berdegup lebih cepat. Ia bangkit, membuka pintu dengan hati-hati. Sosok Dimas berdiri di sana, membawa dua kantong belanja berisi makanan dan sebungkus kopi favorit Nadia."Kupikir kau butuh sesuatu yang manis malam ini," ucap Dimas dengan senyum hangat.Nadia menunduk sejenak, lalu mengangguk. "Masuklah."Mereka duduk berdua di meja makan kecil, menyantap kudapan ringan sambil berbincang ringan. Namun tak butuh waktu lama hingga Dimas menatap mata Nadia, dan berkata pelan, "Kau masih memikirkan Reza, ya?"Nadia menggigit bibir bawahnya. "Aku mencoba tidak, tapi dia... selalu

  • Malam yang panas   Bab 58 - Langkah Terakhir

    Malam turun perlahan seperti selimut pekat yang menyelimuti Jakarta. Hujan tipis mengusap jendela kaca ruangan kerja Reza di lantai atas kantor pusat Mahendra Group. Kota terlihat redup dari balik tirai hujan, namun di dalam ruangan itu, ketegangan membara lebih panas dari bara api.Reza duduk di kursi kerjanya, menatap layar laptop yang menampilkan dokumen berisi kronologi kasus penyalahgunaan wewenang yang dilakukan Armand. Di sampingnya, Nadia berdiri dengan tangan menggenggam cangkir kopi, mata sembab karena kurang tidur."Kalau kita kirim semua ini ke media malam ini juga, kita kehilangan kontrol," ujar Reza pelan. "Tapi kalau kita tunggu lebih lama, Armand bisa kabur lebih dulu."Nadia mengangguk pelan. "Kita harus bergerak sekarang. Bayu sudah siap. Aku sudah mengirim backup datanya ke server luar negeri. Kalau sesuatu terjadi padaku...""Jangan bicara begitu." Reza berdiri dan menggenggam tangan Nadia. Tatapan mereka bertaut. "Aku nggak akan biarkan sesuatu terjadi padamu."Be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status