LOGIN"Ma, tolong aku! Ayah mengunciku di dalam mobil." Aku menerima telepon dari putriku pada pukul 2 siang di musim panas saat matahari sangat terik. Aku panik ingin menyelamatkannya dan buru-buru menelepon suamiku. Tapi, begitu telepon diangkat, suaranya terdengar tidak sabar. "Anak Olivia sedang ngambek, aku mau menemaninya berkeliling taman hiburan. Jangan ganggu aku!" Mendengar suara panggilan diputus, hanya satu yang ada dalam benakku. Kalau terjadi apa-apa pada putriku, kalian harus membayarnya!
View More"Sayang, aku mohon padamu, keluarlah.""Sayang, maafkan aku, jangan sakiti Lintang ....""Rara, di mana kamu, Rara sayang ...."Aku mengangkat telepon. "Menyakitinya? Dia cuma menemani Rara. Kamu mau jadi ayah tiri anak lain, makanya Rara cemburu. Apa kamu nggak malu?""Tutup teleponnya?""Rara minta aku menutup teleponnya, jadi kututup dulu ya ....""Kamu suruh orang memata-matai kegiatan kami? Dasar menjijikkan. Benar 'kan, Rara?""Menjijikkan!"Anak sialan di sampingku berteriak, "Ayah, tolong aku, tolong aku!"Aku menyumpal kaus kaki ke mulutnya."Rara ingin main bersamaku. Katanya kalian berisik, jadi harus dikurung di dalam mobil ....""Kenapa, Rara? Oke, oke, jangan main ponsel terus."Sama seperti yang Bisma lakukan sebelumnya, mematikan ponsel dengan tenang karena rengekan si kecil.Biarkan semua harapan padam sepenuhnya.Terjadi kekacauan di bawah sana.Suara Olivia terdengar di siaran. "Anakku nggak bersalah, Diana, aku rela bersujud kepadamu.""Diana, aku mohon.""Diana, ak
"Rara, lihat betapa berisiknya dia, nggak seperti kamu."Di titik tertinggi kincir ria, tanah di bawah terlihat sangat kecil.Aku tahu ada ventilasi udara kecil di atas kabin yang bisa untuk tempat keluar satu orang.Dengan segenap tenaga, aku memanjat keluar, lalu menarik putriku serta anak sialan itu.Kami sampai di penyangga yang terhubung ke kabin-kabin kincir ria, berupa jalur jeruji selebar satu meter.Lintasan itu terhubung dengan poros kincir ria.Aku meluncur menuruni lintasan bersama Rara dan si kecil yang pingsan.Meluncur ke bawah ....Hari sudah petang, jadi sudah sepi. Tidak ada yang menyadari kami di sini. Kami sangat kecil dalam bayangan kincir ria yang sangat besar.Di bagian luar jeruji, terdapat berbagai macam lampu warna-warni yang indah.Di dalam jeruji sangat gelap.Aku dan Rara meluncur turun seperti sedang bermain perosotan.Si gadis kecil sialan masih tak sadarkan diri.Setelah beberapa menit, kami akhirnya meluncur melintasi lintasan sepanjang ratusan meter da
Saat kami hendak mencari tiket, dia menelepon.Aku memberi isyarat kepada Rara bahwa itu adalah telepon dari ayahnya, lalu mengangkat telepon."Diana, siapa yang menyuruhmu datang ke Disney?""Kamu membuatku muak, Diana. Ini hanya akan membuatku semakin membencimu ...."Aku merendahkan suaraku."Ssst, jangan sampai Rara dengar!""Rara sudah lama ingin main ke sini. Kebetulan kamu juga sedang di sini, pas sekali ...."Bisma marah besar. "Rara lagi, Rara lagi. Kamu ... kamu 'kan tahu kondisi Lintang sekarang. Kenapa kamu selalu bawa-bawa Rara dan membuatnya kesal?"Aku berkata dengan dingin, "Tenang saja, aku dan Rara rela membiarkanmu menemani dia sebentar lagi. Anak sialan itu akan jadi anakmu mulai sekarang."Bisma berteriak, "Apa katamu? Sudah kubilang, jangan main-main! Tunggu di gerbang, biar aku keluar mencarimu. Jangan mendatangi kami."Lalu kepada wanita di sampingnya dia berkata, "Kamu pergi dulu dengan Lintang, aku akan mencarinya ....""Lebih mudah menemukannya kalau kita ber
Saat aku hendak menerobos pergi, polisi berseru melalui pengeras suara."Bu Diana, tenanglah!""Kami sudah menghubungi suamimu!"Bagus.Bagus sekali, kebetulan aku dan Rara sedang mencarinya.Rara selalu berharap kami bisa bersatu kembali sebagai keluarga yang utuh.Rara, sayangku.Kamu mungkin bisa bertemu dengan ayahmu sebentar lagi."Pak Bisma?""Saya dari Polres Adibara. Jadi begini, putri bapak meninggal dunia ....""Istri Bapak terlalu terpukul dan membawa pergi jenazahnya ...."Ada keheningan di seberang telepon selama setengah detik, lalu terdengar suara dingin."Diana, hebat sekali kamu. Bisa minta orang pura-pura jadi polisi?""Atau kamu ingin aku ikut main pura-pura juga bersamamu?""Jenazah Rara? Aku ingin lihat bagaimana Rara pura-pura mati!""..."Ketika mendengar kalimat ini, aku tidak bisa menahan tawa.Tertawa terbahak-bahak. Air mata berderai tanpa bisa dihentikan."Benar, sudah kubilang Rara baik-baik saja, Rara sedang pura-pura!""Rara sayangku sedang pura-pura!""R






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews