Pagi itu Adelia berangkat bekerja ke perusahaan tempat dia bekerja. Dia naik bus ke tempat kerjanya. Sampai di perusahaan Adelia mulai absen dan naik ke lantai atas menggunakan lift. Di dalam lift ada beberapa orang, salah satunya Sasa. Adelia berdiri bersampingan dengan Sasa. Dia cemberut melihat Adelia, dia kesal karena kemarin dimarahi Tristan cuma karena Adelia.
Lift mulai terbuka, ketika Adelia berjalan lebih dulu, Sasa sengaja mendorong Adelia biar terjatuh tapi saat Adelia terdorong dan hampir jatuh, di luar lift ada Tristan, dia langsung menangkap tubuh Adelia.
"Sial, kenapa mereka malah pelukan sih," batin Sasa. Dia semakin tidak menyukai Adelia, bukannya Adelia celaka malah semakin nempel sama Tristan.
Tristan masih memegang tubuh Adelia, mereka berhenti sesaat, kedua mata mereka bertautan satu sama lain.
Deg!
Jantung keduanya berdebar kencang. Tristan menyadari h
Adelia masih diam, ini membuat Tristan penasaran. Dia coba memanggil Adelia. Mungkin saja Adelia sedang memikirkan jawabannya."Adelia ... Adelia ....""Ya, apa?""Pertanyaanku yang tadi.""Pertanyaan apa?"Sepertinya Adelia tidak mendengar pertanyaan yang tadi dilontarkan Tristan."Bukan, gak penting kok.""Oh ....""Sabar Tristan, pasti momennya belum pas," batin Tristan.Akhirnya mereka sampai di rumah Tristan. Segera Tristan langsung turun duluan dan membukakan pintu mobil untuk Adelia. Hal yang dulu tak pernah dilakukan Tristan. Perubahan ini sangat dirasakan Adelia, Tristan yang sekarang lebih terbuka dan perhatian. Adelia keluar dari mobil, Tristan mempersilahkan Adelia jalan bersamanya. Mereka masuk ke dalam rumah, di ruang tamu Pak Tio sudah menunggu mereka dari tadi.
Tristan keluar ke halaman depan, ada dua orang menemui Tristan. Mereka melaporkan pekerjaan mereka sudah beres. Semua yang dipesan Tristan sudah diletakkan di tempat yang diinginkan Tristan."Bos tugas kami sudah selesai, semua sudah tertata dengan rapi dan benar," ucap Iman."Bagus, ini upah untuk kalian dan pembayaran untuk semua yang aku pesan," ucap Tristan sambil memberikan amplop berisi uang."Makasih Bos," ucap Iman."Iya," ucap Tristan.Kedua orang itu meninggalkan rumah besar. Tristan kembali masuk ke dalam rumah. Dia menuju ke dalam dapur, melihat Adelia yang sibuk memasak bersama Bi Siti. Tristan mengeluarkan handphone-nya lalu memfoto Adelia tanpa diketahuinya. Tristan menjadikan foto yang diambilnya itu menjadi wallpaper handphonenya. Dia duduk di meja menunggu Adelia memasak dengan Bi Siti. Tak lama Adelia menghidangkan Gurame asam manis di meja makan.
Tristan mengantarkan Adelia pulang ke rumahnya. Sampai di depan rumah Adelia Tristan ikut turun bersamanya. Adelia masuk ke dalam rumahnya bersama Tristan. Ibu Ayu sedang duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Tristan langsung mengucapkan salam. Dari dulu walau sikapnya acuh, cuek dan tidak peduli dengan Adelia saat menikah dulu tapi Tristan selalu menghormati Ibu Adelia."Nak Tristan terimakasih sudah mengantarkan Adelia pulang," ucap Ibu Ayu."Iya Bu ..., Papa tadi titip salam untuk Ibu dan Raisa," ujar Tristan."Oya, titipkan salam Ibu juga untuk Papamu nak," ucap Ibu Ayu."Baik, saya sekalian pamit untuk pulang. Selamat malam Ibu dan Adelia," ucap Tristan."Malam," jawab Adelia dan Ibu Ayu bersamaan.Tristan meninggalkan rumah Adelia dengan perasaan yang senang. Sementara itu di dalam rumah Ibu Ayu mengajak Adelia mengobrol berdua. Dia tahu akhir-akhir ini
Sampai di halte bus, Adelia turun dari bus, berjalan menuju perusahaan tempatnya bekerja. Baru sampai lobi perusahaan, beberapa orang menatap Adelia dengan sinis. Ada juga yang berbisik-bisik sambil melihat ke arahnya, Adelia tidak tahu mengapa mereka seperti itu padanya.Adelia terus berjalan masuk ke dalam lift, beberapa karyawan perempuan menjaga jarak dengan Adelia. Mereka yang biasa tersenyum dan menyapanya terlihat diam dan acuh padanya. Tak lama Adelia keluar dari lift menuju ke ruangan akunting, dia tak sengaja menguping tiga orang karyawan sedang membicarakannya."Adelia itu janda, pantas saja bisa kerja di sini. Paling juga godain Manajer HRD," ujar Ina."Bukan cuma godain Manajer HRD, tapi lebih dari itu. Dia menggoda Presdir kita," tambah Aca."Iya, kemarin katanya ada yang melihat Adelia jalan dengan Presdir," ucap Dara."Paling juga ke hotel, biasa kalau janda
Tristan masuk kembali ke ruangan kerjanya. Hatinya merasa lega setelah memberi tahukan kebenaran Adelia pada seluruh karyawannya. Dia tidak ingin ada yang akan membicarakan hal buruk lagi tentang Adelia. Orang boleh menghinanya tapi tidak pada Adelia, terlalu banyak rasa sakit yang sudah dia rasakan saat menikah dengannya, Tristan tak ingin Adelia tersakiti karena keegoisannya lagi yang mementingkan dirinya sendiri. Baginya sekarang bisa memperbaiki kesalahannya dan kembali bersama Adelia.Tristan duduk di kursi kerjanya, lalu menelpon asisten Soni. Tak lama Soni masuk ke ruangan kerjanya."Presdir memanggil saya?" tanya Soni."Iya," jawab Tristan."Ada tugas yang harus saya kerjakan?" tanya Soni."Soni panggil Yudi, Budi dan Doni ke ruangan saya," ucap Tristan."Baik Presdir," jawab Soni.Soni keluar dari ruangan Tristan menuju ke ruang
Tristan dan Adelia berjalan menuju ke parkiran di mana mobil Tristan diparkirkan. Tristan berinisiatif membukakan pintu mobil depan untuk Adelia. Dia mempersilahkan mantan istrinya duduk di depan bersampingan dengannya. Saat dalam perjalanan mereka berbincang."Adelia memangnya Qisya sakit apa?" tanya Tristan."Sakit tipes," jawab Adelia."Kalau begitu gimana kalau kita beli buah-buahan untuk dibawa ke sana sekalian mampir makan di restoran, kamu pasti sudah lapar," usul Tristan."Apa tidak merepotkan Tristan?" tanya Adelia."Tidak, kebetulan aku sengggang," jawab Tristan."Jangankan mengantar beli buah atau ke restoran, menikahimu hari ini juga aku mau Adelia," batin Tristan.Tristan berusaha mencari cara biar bisa berduaan terus dengan mantan istrinya. Cinta harus dimulai dari kebersamaan yang diulang-ulang, memupuk kenyamanan dan membu
Adelia masuk ke dalam rumah Irfan, dia belok ke kiri sesuai yang dikatakan Irfan, mencari pintu berwarna pink. Tak lama Adelia menemukan pintu berwarna pink tepat di depannya beberapa langkah lagi. Tiba-tiba mertua Irfan, Ibu Sri menghampirinya. Dia terlihat masam melihat Adelia."Adelia kamu ngapain di sini?" tanya Ibu Sri."Saya mau menjenguk Qisya Bu," jawab Adelia dengan sopan."Ada hubungan apa sehingga kamu mau menjenguk Qisya?" tanya Ibu Sri. Dia tidak ingin Adelia kembali dekat dengan Irfan."Saya hanya ingin bertemu Qisya, kemarin Irfan bilang kalau Qisya sakit tipes," jawab Adelia."Kamu tidak sedang menggoda Irfan agar jatuh kepelukanmu lagikan?" tanya Ibu Sri menuduh Adelia."Maaf, tidak Bu. Maksud kedatangan saya murni untuk menjenguk Qisya," jawab Adelia. Dia berusaha sabar menghadapi mantan mertuanya itu, dari dulu Ibu Sri memang selalu bersika
Setelah Adelia pulang, Irfan masuk ke dalam rumahnya. Dia berjalan menuju kamar Qisya, tiba-tiba Ibu Sri menghentikan langkahnya dan mengajaknya bicara. Irfan langsung berhenti dan mendengarkan perkataan Ibu mertuanya itu."Irfan ngapain kamu deketin Adelia lagi, sudah tahu dia itu gak baik buat Qisya. Bisanya cuma manjain Qisya mulu, gimana Qisya bisa jadi anak yang pintar dan mandiri kalau kayak gitu terus," ucap Ibu Sri.Irfan hanya diam. Coba untuk menghormati pendapat ibu mertuanya walaupun dia sendiri tidak sependapat."Gadis kaya Adelia itu gak punya malu dan gak setia, masa datang ke sini di antar laki-laki. Udah jelaskan dia itu genit. Mau dapetin kamu tapi jalan sama laki-laki lain juga," ujar Ibu Sri.Irfan masih diam. Ingin rasanya melawan tapi teringat almarhum istrinya, dia mengurungkan niatnya."Dia itu udah kaya gadis murahan yang obral sana sini harga dirinya, ap