Share

Bab 3. Mereka akan Jatuh

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2023-08-08 05:50:35

Di ruang tengah kediaman Wijaya.

BRAK!

"Beraninya mereka melakukan hal seperti itu!" 

Setelah mendengar cerita Rara, tampak sosok Satria menggebrak meja karena terlewat marah perihal perilaku Nizam dan ibunya. 

"Memilih wanita lain hanya karena dia sendiri tidak becus menafkahi istri, suami macam apa itu!?" maki Satria dengan tatapan nyalang. “Selain itu, ibunya itu … sebagai seorang wanita, bisa-bisanya dia dengan tega malah mendorong putranya menikahi wanita lain!?”

Rara menautkan jari-jarinya, hanya bisa tertunduk diam mendengarkan kemarahan kakaknya. 

Memikirkan kebusukan Nizam, Satria berakhir melotot ke arah sang adik dan menuding wanita itu. 

“Bukankah aku sudah bilang dari dulu kalau dia itu bajingan?! Pria manja dengan gaya sok elit tanpa kemampuan yang berarti!" 

Dada Satria naik-turun karena emosi.

"Dulu kamu membanggakan sifat lembutnya dan bagaimana dia begitu mapan karena sudah bisa berada di posisi yang cukup tinggi di usia muda, sekarang mana?! Membuang istri demi mendapatkan jabatan dan pekerjaan lebih baik?! Konyol!” 

Rara menggigit bibir, merasa sangat malu karena teguran sang kakak. 

Dulu, sebenarnya kalau bukan karena mendiang ayah Nizam yang memiliki banyak koneksi bagus, mungkin dari awal mantan suami Rara itu tidak bisa mendapatkan posisi manajer di perusahaannya yang sekarang.

Akan tetapi, Rara yang dulu dibutakan oleh cinta. Suatu hal yang bodoh, tapi tak mampu Rara hindari!

"Dia itu bukan pekerja keras, melainkan seorang lintah darat yang terbiasa dimanja! Sama seperti ibunya yang hanya tahu menyedot habis harta mendiang suaminya sampai terkena serangan jantung!"

Dari cara bicara Satria, Rara tahu bahwa sang kakak sudah memantaunya sejak lama. Demikian, kakaknya itu paham bagaimana kehidupan pernikahannya bersama Nizam selama ini! Bagaimana Rara diperlakukan seperti pembantu oleh pasangan ibu dan anak tersebut!

Rara memejamkan matanya erat. ‘Memang aku sungguh bodoh dan memalukan!’ 

Melihat Rara tampak bersalah dan malu, Satria menghela napas kasar. Sebagai satu-satunya sanak saudara yang tersisa, hatinya juga sakit melihat penderitaan sang adik. Kemarahannya itu juga muncul karena rasa tidak terima terhadap apa yang telah Rara rasakan.

Merasa tidak ada gunanya marah-marah kepada Rara, Satria pun mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang. Saat panggilan terhubung, pria itu berkata, "Putuskan kerja sama dengan Keluarga Sanjaya.” 

Terkejut, Rara langsung mengangkat kepala. Keluarga Sanjaya adalah keluarga ayah Jeny, calon istri baru Nizam. 

"Apa yang Kakak lakukan?" tanya Rara dengan mata mengerjap.

Manik Satria melirik Rara. "Wanita baru bajingan itu sama rendahannya dengan mantan suamimu. Menginginkan apa yang sudah menjadi milik wanita lain, aku harus memberinya pelajaran!”

Rara masih tampak bingung. Keluarga Jeny bekerja sama dengan Jaya Corp, bukan Wijaya Group, lalu kerja sama apa yang kakaknya itu bicarakan?

Tahu kebingungan sang adik, Satria pun menyunggingkan sebuah senyuman miring. "Ah, kamu belum tahu?” Pria itu menjabarkan, “Jaya Corp adalah anak perusahaan Wijaya Group.”

“Apa?!” Rara sangat kaget mendengar hal ini. 

Rara tahu bahwa perusahaan keluarganya yang dipegang sang kakak memiliki aset besar, tapi menjadi induk perusahaan dengan aset miliaran seperti Jaya Corp? Bukankah itu berarti Wijaya Group bisa mencapai triliunan?!

Satria mendengus melihat reaksi adiknya, merasa wanita itu konyol. “Memiliki keluarga kaya, tapi bersedia jadi pembantu demi mempertahankan rumah tangga. Dasar budak cinta,” maki pria itu dengan ketus. 

Menepiskan ejekan saudaranya, Rara memutar otak. Kalau Satria memutus kerja sama dengan keluarga Sanjaya, pria itu pasti harus membayar penalti ratusan juta atau bahkan miliaran. Hal ini akan berefek merusak reputasi Satria.

Bahkan dengan risiko tersebut, Kakak masih lebih memilih membelaku ….’ Wajah Rara perlahan diselimuti ekspresi terharu. “Terima kasih, Kakak ….”

Empat tahun mereka tidak saling menyapa maupun bicara, tapi ternyata Satria masih begitu menyayanginya. Sebagai adik, Rara sangat bersyukur mengenai hal itu.

Akan tetapi ….

“Tapi, Kakak tidak perlu melakukan hal itu …,” ucap Rara membuat Satria yang tengah tersenyum kehilangan sinarnya. 

“Apa maksudmu?” tanya Satria.

“Apa yang Jeny lakukan adalah keputusannya dan tidak berhubungan dengan Keluarga Sanjaya, tidak adil bagi orang lain yang tidak terlibat kalau kita merusak kerja sama begitu saja.” 

“Gagal mendidik putri yang baik adalah kesalahan orang tuanya,” ucap Satria dengan alis tertaut, terlihat tidak ingin mengubah keputusannya. “Jadi, mereka harus bertanggung jawab.”

“Kalau Kakak bicara seperti itu, bukankah Kakak berkata bahwa orang tua kita juga gagal membesarkanku dengan baik?” Ucapan Rara membuat Satria kaget. “Aku juga sempat memilih memutus hubungan keluarga hanya untuk seorang bajingan ….”

Satria menggertakkan giginya. “Itu berbeda!”

Ayah dan ibu mereka meninggal ketika Rara masih berusia enam tahun, jadi kalau ingin menyalahkan seseorang, maka Satria yang harus disalahkan!

Kepala Rara menggeleng. “Intinya, membalas Nizam dan Jeny adalah urusanku. Kakak tidak perlu repot-repot melakukan apa pun.” Pancaran mata wanita itu tampak diselimuti keyakinan. “Lagi pula, hatiku hanya akan puas jika mereka jatuh dengan tanganku sendiri."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ismah Nurmillah Hayati
huuu, perempuan kalau udah disakiti itu mengerikan ya.
goodnovel comment avatar
Nuraeni Kadir
ceritanya menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab Ending

    "Selamat menempuh hidup baru ya, Raja, Stella. Doa kami semua yang terbaik untuk kamu. Semoga segera memiliki momongan."Rara kembali memberikan selamat pada sahabatnya ini, kali ini saat Raja dan Stella baru saja tadi mengungkapkan janji suci pernikahan. Setelah dua bulan yang lalu mereka juga menggelar acara pertunangan yang mewah."Terima kasih banyak ya. Tanpa kalian,mungkin kali ini kami pun belum bisa bersatu." Stella terus mengenggam tangan Rara. Sahabat yang memang menjadi support utama hubungannya dengan Raja. "Sepetinya para baby gemoy ini nunggu Tante dan Om nya resmi dulu, baru mau launching nih."Stella mengelus perut Rara yang begitu buncit. Rara dan Arjuna yang berada di sampingnya pun terkekeh. "Bisa jadi seperti itu. Karena harusnya HPL kemarin."Ya, memang meski telah terlewat HPL sehari, tetapi Rara belum merasakan tanda tanda kehamilan yang datang. Itu Lah kenapa hari ini dia kekeh untuk datang ke pesta pernikahan itu. "Ah iya, kak Satria juga akan segera melamar

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 267. Part Menuju Ending

    "Bu, Mas Ardi tumben banget sih jam segini belum keluar kamar ya?" Dita yang baru duduk di meja makan, bertanya pada sang ibu sambil menoleh pada kamar sang kakak, yang sejak kemarin sore tak terbuka sama sekali."Iya, dari pulang kerja sudah nggak keluar. Nggak makan malam juga kan?"Ketika Bu Mira masih terdiam, Dewi malah menimpali ucapan adiknya itu. "Halah ... Paling dia itu masih meratapi si Sarah itu," ucap Bu Mira ketus. "Dasar Cemen!"Bu Mira sebenarnya juga sedikit merasa khawatir dengan Ardi. Karena memang setelah Sarah pergi dari rumah ini, putranya itu bahkan tak pernah mau makan. Ardi yang biasanya begitu hangat dengan keluarga, berubah menjadi Ardi yang tertutup dan begitu muram.Padahal ini bukanlah untuk pertama kalinya Ardi menalak istrinya, Sarah adalah yang ketiga, tetapi sungguh saat ini berbeda.Biasanya Ardi biasa saja dan seperti tak lagi memikirkan tentang mantan mantan istrinya itu."Aku kok khawatir ya Bu sama Ardi. Dia itu kayaknya patah hati banget deh keh

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 266. Pasangan Serasi

    "Selamat ya Stella, aku benar benar ikut bahagia. Kalian memang pasangan yang sangat serasi loh." Rara mencium pipi kanan kiri sahabatnya yang malam ini terlihat begitu cantik dalam balutan dres warna putih itu. "Ini semua nggak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu Ra. Pokoknya terima kasih banget loh." Stella memeluk Rara. "Kamu memang sahabat terbaikku."Air mata telah menumpuk di pelupuk mata, tetapi tangis bahagia itu memang sengaja ditekan oleh Stella, karena takut merusak riasan. Malam ini adalah malam pertunangan Stella dengan Raja Sanjaya. Hanya satu hari berselang dari acara jumpa pers yang berakhir menyenangkan itu, keluarga Sanjaya menggelar pesta pertunangan keduanya dengan begitu mewah."Nggak juga. Lebih tepatnya aku hanya perantara sih, yang berperan penting tentu masih tetap Tuhan. Gimana, enak rasanya lebih wow kan, jika cinta di dapat setelah begitu banyak rintangan?" Rara kembali berucap.Kali ini tidak hanya Stella yang tertawa, tetapi Raja juga. Raja pun ter

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 265. Akhirnya Diterima.

    "Raja?!" Stella langsung memekik, saat melihat sosok yang saat ini paling ingin dia hindari berjalan masuk dari pintu keluar. Raja tidak sendiri, tetapi saat ini pria tampan itu bersama dengan Sinta dan juga Jeni."Hei mau apa dia ke sini? Apa kamu bilang juga sama si Raja jika saat ini kamu mengadakan konversi press?" Romi pun langsung bertanya sembari berbisik. Pria kemayu itu benar-benar tak menyangka sama sekali, jika Raja datang. Bukan apa-apa, tetapi setelah tadi Stella mengambil keputusan bahwa akan menjauhi Raja, dan sekarang Raja datang kembali, itu berarti Romi harus kembali menghadapi Stella yang banyak masalah dan banyak pikiran. Dan, itu berarti juga Stella pun akan menunda beberapa jadwal shooting, karena tak bisa fokus untuk melakonkan perannya. Semua itu tentu saja berimbas pada Romi yang merupakan manajernya."Entahlah, Rom. Aku tak tahu." Stella menjawab sembari menggelengkan kepalanya.Stella yang memang menghindari Raja, ingin segera pergi dari ruangan itu. Teta

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 264. Konferensi Pers

    "Duh kenapa aku jadi grogi banget gini sih ROM?" tanya Stella, yang sebentar lagi akan melakukan jumpa pers, pada manajernya yang kemayu itu. Romi menepuk-nepuk pundak sang artis. "Ih kamu ini kayak apa aja sih Stella? Kamu ini kan artis besar, masa sih gini aja Kamu demam panggung? Nggak level banget sih."Apa yang dikatakan oleh Romi itu tadi, sebenarnya bukanlah sebuah ejekan. Tetapi Romi melakukan hal itu untuk memantik semangat Stella yang sepertinya memang telah mulai mengendur."Romi, ini kan bukan sandiwara atau film-film yang sering aku bintangi. Ini nyata Romi, ini hal yang benar-benar terjadi dalam hidupku. Jadi rasanya wajar dong jika aku grogi banget seperti ini." Stella mengelak. Romi memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu jika memang konferensi pers yang akan diadakan oleh Stella ini, seperti suatu hal yang tidak diinginkan oleh hatinya Stella. Tetapi artis cantik itu memaksakan kehendak."Makanya dong Stella, Aku kan udah bilang sama kamu, jangan bohongin hati

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 263. Setelan Awal

    Brak brak brak"Dewi bangun!" Pagi buta itu, Bu Mira sudah menggedor pintu kamar Dewi. Setelahnya, wanita itu ganti menggedor kamar Dita, yang terletak tepat di samping kamar Dewi.Brak BrakBrak"Dita bangun kamu. Ini sudah siang! Kamu itu anak gadis, jadi jangan bangun siang-siang!" eriak bu Mira dengan penuh emosi.Merasa tak mendapatkan respon sama sekali dari kedua putrinya, bu Mira pun kembali menggedor dengan keras pintu kamar itu, dengan teriakan yang sangat melengking di pagi hari."Duh ternyata repot banget kalau nggak ada Sarah. Ngapain sih Ardi kemarin itu sampai menalak Sarah? Coba saja ada Sarah, pasti aku sekarang masih tidur dan mainan hp di kamar." Bu Mira begitu emosi dengan dirinya sendiri saat ini.Sejak kemarin malam setelah kepergian Sarah, wanita paruh baya itu tak dapat memejamkan matanya sama sekali. sSepertinya dia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Ardi saat ini. Rasa penyesalan karena telah mengusir Sarah dari rumah ini."Seharusnya Ardi juga menge

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 262. Menyesal?

    "Dasar perempuan jalang! Cepat pergi kamu dari rumah ini!" Bu Mira kembali berteriak, saat itu Ardi pun sedikit kaget. "Cepat pergi atau kuse-ret kamu!!"Bu Mira sudah akan maju untuk menyeret Stella, sedangkan Dewi dan Dita mengikuti di belakangnya."Hentikan Bu!" Yang berteriak ternyata bukan Sarah, tetapi Ardi. "Jangan lagi menghina Sarah."Raut wajah para anggota keluarga itu nampak terkejut dengan ucapan pria itu. Kemudian Ardi menoleh pada Sarah. "Pergilah Sarah. Semoga kamu bisa mendapatkan ganti yang lebih baik dariku. Maafkan aku ya."Sarah sedikit kaget juga dengan perubahan sikap Ardi yang begitu drastis setelah mengucapkan kata talak tadi. Dia sempat berpikir jika mungkin mantan suaminya itu menyesal karena telah mengakhiri hubungan itu. Tetapi sejurus kemudian seperti ada yang kembali mengingatkan pada Sarah. Seperti apa sikap Ardi, yang selama mereka menikah malah sama sekali tak pernah memperlakukan dia seperti layaknya seorang istri."Tentu Mas. Tuhan tak pernah tidur.

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 261. Badai Pasti Berlalu

    "Terima kasih telah terus bersama dengan Sarah, Bu. Jika tak ada ibu, mungkin Sarah sudah semakin hilang arah." Sarah kemudian memeluk ibunya .Tak terkira rasa terima kasih Sarah pada sang ibu. Karena memang tak ada lagi tempat kita kembali selain pada ibu. Wanita yang benar benar menyayangi kita apa adanya tanpa balas jasa.Terhitung sudah dua hari Sarah kembali pulang ke rumah kontrakan Bu Endang. Setelah kemarin ditalak Ardi dan diusir dari rumah mantan suaminya itu. Untung saja pernikahan mereka hanya pernikahan siri alias secara agama, jadi tak perlu repot repot menuju ke pengadilan agama. Tak butuh proses lama untuk menjadikan Sarah berstatus menjadi janda.Kadang memang banyak hal rasanya seperti membuat kita kecewa, seakan Tuhan tak menuruti segala keinginan kita. Padahal sebenarnya semua itu adalah berkah, karena Tuhan nyatanya tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan."Maaf ya, dulu ibu sempat melarang karena kamu hanya akan dinikahi di balik t

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 260. Janda Bahagia

    "Kamu nggak kerja, Sarah?" Bu Endang bertanya pada Sarah setelah mereka berdua baru saja selesai melaksanakan salat subuh.Sarah mencium punggung tangan ibunya dengan takdzim. "Belum untuk sekarang Bu. Mungkin besok." Sarah berkata sambil tersenyum manis."Jika memang kamu sudah tak nyaman kerja disana, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain saja, Sarah." Raut wajah wanita paruh baya itu nampak khawatir.Tak salah jika akhirnya Bu Endang jadi mengkhawatirkan tentang tempat kerja Sarah. Setelah kini Sarah tak lagi menjadi istri Ardi, Bu Endang merasa takut jika Sarah tak akan nyaman bekerja satu kantor dengan sang mantan suami. Apa lagi mengingat jika hubungan yang pernah terjalin dulu begitu tidak baik.Sarah tersenyum penuh artis, ditepuknya telapak tangan Bu Endang yang sejak tadi masih digenggamnya. "Sarah belum memikirkan hal itu Bu. Nanti malam saja." Ada hal yang tentu saja disembunyikan oleh Sarah. Apa lagi jika bukan rasa sakit hati. Hanya saja tentu wanita itu tak ingin me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status