Share

Bab 8. Tawaran Untuk Nizam

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-10 17:33:55

Mendengar ucapan Satria, kedua mata Rara membola. 

"Kakak, pikirkanlah dengan baik!” sergah Rara. “Posisi presdir bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan sembarang orang, terlebih aku yang tak pernah memiliki pengalaman bekerja."

Selain membantu Satria perihal laporan keuangan dulu saat kuliah, Rara tidak sempat bekerja karena dirinya langsung menikah dengan Nizam. Oleh karena itu, wanita itu tidak yakin bisa menjabat dengan baik posisi presiden direktur perusahaan!

“Bagaimana kalau perusahaan merugi di bawah pimpinanku?” tanya Rara.

Satria menaikkan alis kanannya. "Bukan masalah,” jawabnya santai. “Yang penting dirimu belajar sesuatu.”

Rara merasa keputusan Satria terlalu gegabah. Dia pun kemudian menoleh pada Arjuna, mencoba mendapatkan dukungan.

Perusahaan Arjuna juga bekerja sama dengan Jaya Corp. Kalau Jaya Corp merugi, maka hal itu akan berdampak pada usaha pria tersebut juga.

"Kak Arjuna, tolong katakan sesuatu ….”

“Aku tidak lihat ada masalah,” sahut Arjuna cepat tanpa keraguan. “Selama kamu belajar, satu perusahaan bukanlah masalah.”

Mulut Rara ternganga lebar. Dua pria ini … tidak bisa diajak bicara dengan logika normal! 

“Karena tidak ada yang menolak, maka itu keputusannya!” Satria menepuk tangannya satu kali.

“T-tapi–”

“Linda!” Satria mengabaikan Rara dan menoleh kepada wanita muda yang dengan sabar menunggu di sisi sofa.

Wanita yang bernama Linda itu pun langsung membungkuk hormat. “Tuan Satria,” balasnya. 

“Aku serahkan Rara padamu,” ucap Satria seraya berdiri dari kursinya. “Bantu dan jaga dia sesuai penjelasanku tadi.”

Linda mengangguk. “Baik, Tuan.”

Satria melirik Arjuna. “Ayo, kita masih ada urusan lain.”

Tanpa menunggu Rara, Satria langsung melenggang keluar dari ruangan. Sedangkan Arjuna, pria itu melirik Rara sesaat sebelum berkata, “Kamu bisa.” 

Kemudian, pria itu pun ikut melenggang pergi, meninggal Rara yang masih tercenung di tempatnya dengan mulut ternganga.

Rara tidak percaya dengan apa yang terjadi. 

Apakah dia baru saja menjadi seorang presiden direktur perusahaan dengan aset miliaran dalam kurun waktu sekian detik!?

‘I-ini tidak masuk akal!’ teriak Rara dalam hati.

Walau dirinya sangat bersyukur dengan dukungan Satria–juga Arjuna–tapi ….

“Yang benar saja …,” gumam wanita itu sembari menutup setengah wajahnya dengan telapak tangan.

Kalau misalkan dirinya menjabat menjadi presiden direktur, bagaimana dengan Bella? Apakah Rara masih bisa ada waktu untuk mengurus putrinya itu?

Melihat Rara, Linda pun berkata sembari tersenyum ramah, “Nona, mulai hari ini, saya akan menjadi asisten pribadi Anda.” Dia menambahkan, “Untuk jadwal hari ini, mungkin kita bisa mulai dengan memahami beberapa hal mengenai perusahaan?” usulnya.

Mendengar ucapan Linda, Rara pun hanya bisa tersenyum dan mengangguk pasrah.

Paling tidak, ini lebih baik dibandingkan menjadi pembantu di rumah mertuanya, bukan?

Tiga jam mempelajari situasi perusahaan dan melalui makan siang, Rara sekarang dihadapkan sejumlah dokumen dari departemen HRD. 

“Ini adalah beberapa karyawan rekrutan baru yang perlu persetujuan Nona, mohon diperiksa dan disetujui bila tidak ada masalah,” jelas Linda.

Rara pun mulai memeriksa dokumen tersebut dan menandatangani permohonannya satu persatu. Namun, mendadak tangannya berhenti saat melihat satu permohonan khusus.

[Nizam Saputra]

Melihat tulisan itu tercetak di depan matanya, Rara memicingkan matanya.

Saat itu juga, Rara pun teringat dengan omongan Nizam saat sebelum menceraikan dirinya.

“Kalau aku menikah dengan Jeny, dia bisa membantuku dapat kerjaan di Jaya Corp! Aku bisa jadi kaya! Sedangkan kamu, bisa apa?!”

Ucapan itu terputar jelas di benak Rara, membuatnya meremas dokumen di tangan. 

Linda yang menyadari hal itu langsung menautkan alis. 

Sebagai asisten pribadi yang ditempatkan Satria khusus di sisi Rara, Linda tahu mengenai beberapa hal penting perihal atasan barunya, termasuk perceraian Rara yang belum lama terjadi beberapa waktu lalu.

“Maaf, Nona! Saya seharusnya menyisihkan pengajuan ini terlebih dahulu!" ucap Linda seraya membungkuk meminta maaf, merasa sangat bersalah. Dia menegapkan tubuh dan berkata, “Saya akan segera mengabarkan pihak HRD untuk menolak pengajuan–”

“Terima saja.”

Linda melongo. “Apa?” 

Dengan wajah tenang, Rara tersenyum. "Terima saja pria ini." 

“T-tapi dia ….”

Rara menandatangani surat pengajuan penerimaan Nizam, lalu menjulurkan dokumen itu kepada Linda. “Tapi aku ingin dia ditempatkan di posisi ini.”

Linda menautkan alisnya erat, tampak bingung. Dia menerima dokumen yang disodorkan Rara dan membaca bagian yang wanita itu coret.

Sontak, Linda terbelalak. Kemudian, dia pun tersenyum kepada Rara. “Tentu saja, Nona. Akan segera saya minta tim HRD memberi kandidat ini kabar.”

Setelah mendapatkan semua dokumen yang sudah Rara tanda tangani, Linda langsung pergi meninggalkan ruangan. 

Sementara itu, dengan dua tangan menopang dagunya, Rara bergumam, “Aku penasaran apakah kamu akan bahagia dengan hadiahku, Mas?”

Pada saat itu, Nizam dan Jeny sedang menghabiskan bersantai di sebuah kafe mewah di tengah kota. 

"Makasih ya Jen, kamu udah rekomendasiin aku ke direktur HRD Jaya Corp," ucap Nizam sembari menatap calon istrinya itu dengan penuh cinta.

Jeny menggeleng. "Nggak masalah. Demi calon suamiku, apa pun akan kulakukan." Suara Jeny dibuat manja seperti biasa.

"Untung kejadian di lobi tadi nggak sampai ke telinga direktur HRD, jadi semua masih aman terkendali." 

Jeny menghembuskan nafas dan memang masih mengkhawatirkan masalah tadi. Mengingat sosok Arjuna yang protektif pada Rara.

"Gimana ya Rara bisa memiliki hubungan dengan Tuan Arjuna itu?" tanya Jeny dengan mengerutkan kedua alisnya.

Nizam menggedikkan bahunya. "Mana kutahu. Malah aku kaget kenapa Rara bisa kenal sama pria kaya itu." 

Ketika menyebut nama Rara, masih terlihat gurat kemarahan di wajah Nizam.

"Apa mungkin sebenarnya si Rara ini anak orang kaya ya, Zam?" Jeny lalu menambahkan.  "Jadi dia bisa dekat banget gitu sama Tuan Arjuna."

Nizam menaikkan dahinya dan tertawa secara spontan. "Rara tuh anak yatim piatu yang latar belakangnya aja nggak jelas. Kakaknya saja sudah memutuskan hubungan dulu, saat kami nikah." Merasa dia sudah begitu mengenal Rara.

Masih dengan tertawa Nizam pun melanjutkan. "Jadi nggak masuk akal banget jika dia itu anak orang kaya. Yang ada sih, Rara yang dekil itu jual diri. Demi uang!"

Nizam seperti sangat yakin dengan dugaannya itu, sedikit pun dia tak mengingat jika dulu pernah menjalin hubungan cinta dengan Rara.

Jeny terdiam dan berpikir, Arjuna orang seperti apa, semua orang kalangan atas tahu. Dia dingin dan misterius, juga tidak pernah menunjukkan ketertarikan dengan wanita lain setelah pernikahan pertamanya. Itu pun dia dijodohkan dengan mendiang istrinya.

'Nggak mungkin deh seorang Tuan Arjuna kepincut sama Rara! Nggak mungkin!'

Jadi, Jeny agak ragu Rara bisa jadi simpanan Arjuna, terutama karena wanita itu bekas istri orang lain.

Saat Jeny berpikir, Nizam menerima telepon. Di layar tampak itu berasal dari HRD Jaya Corp. 

"Yes!" Nizam nampak langsung bersorak bahagia saat itu.

Jeny yang melihat hal itu pun mengerutkan dahi dan langsung bertanya. "Telepon dari siapa sih? Kok kayaknya kamu seneng banget gitu?" 

Tak menjawab pertanyaan dari Jeny, Nizam malah langsung menunjukan layar ponselnya pada wanita sexy itu. Mata Jeny pun seketika nampak berbinar. Kemudian Nizam pun menerima panggilan itu. Setelah sebelumnya berdebat 

"Halo."

"Halo dengan Bapak Nizam saputra? Kandidat pelamar kerja di kantor Jaya Corp?"

Nizam menyunggingkan senyum dan menjawab dengan senang, "Benar. Dengan saya sendiri. Apa ada yang bisa saya bantu?" 

Wajah Nizam masih nampak sangat cerah, karena dia sangat yakin pasti yang akan disampaikan oleh penelepon adalah kabar yang baik.

"Saya perwakilan dari bagian HRD Jaya Corp. Ingin menyampaikan respon dari lamaran kerja yang susah Anda kirimkan." Dari sisi lain telepon itu, terdengar suara yang formal.

Nizam menghela nafas panjang sebelum bicara, bersiap mendengarkan kabar baik itu. "Silahkan, Pak. Bagaimana hasilnya ya? Kapan saya bisa mulai bekerja?"

Dengan cepat petugas yang menelepon itu pun menjawab, tetapi sebelum ucapannya selesai, Nizam sudah kaget dan meninggikan sedikit suaranya.

"Apa?!" Raut wajah Nizam nampak masam. "Apa maksudnya saya ditawarkan di posisi cleaning service?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Abi Sarah
sukurin berhayal jabatan tinggi ternyata zonk
goodnovel comment avatar
Ismah Nurmillah Hayati
hahahaha, gimana Nizam? Bagus gak hadiah dari mantan istrimu? Makanya jadi cowok jangan sok oke ya
goodnovel comment avatar
LamaTokan Fika Fino
baru ko tau nizam...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab Ending

    "Selamat menempuh hidup baru ya, Raja, Stella. Doa kami semua yang terbaik untuk kamu. Semoga segera memiliki momongan."Rara kembali memberikan selamat pada sahabatnya ini, kali ini saat Raja dan Stella baru saja tadi mengungkapkan janji suci pernikahan. Setelah dua bulan yang lalu mereka juga menggelar acara pertunangan yang mewah."Terima kasih banyak ya. Tanpa kalian,mungkin kali ini kami pun belum bisa bersatu." Stella terus mengenggam tangan Rara. Sahabat yang memang menjadi support utama hubungannya dengan Raja. "Sepetinya para baby gemoy ini nunggu Tante dan Om nya resmi dulu, baru mau launching nih."Stella mengelus perut Rara yang begitu buncit. Rara dan Arjuna yang berada di sampingnya pun terkekeh. "Bisa jadi seperti itu. Karena harusnya HPL kemarin."Ya, memang meski telah terlewat HPL sehari, tetapi Rara belum merasakan tanda tanda kehamilan yang datang. Itu Lah kenapa hari ini dia kekeh untuk datang ke pesta pernikahan itu. "Ah iya, kak Satria juga akan segera melamar

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 267. Part Menuju Ending

    "Bu, Mas Ardi tumben banget sih jam segini belum keluar kamar ya?" Dita yang baru duduk di meja makan, bertanya pada sang ibu sambil menoleh pada kamar sang kakak, yang sejak kemarin sore tak terbuka sama sekali."Iya, dari pulang kerja sudah nggak keluar. Nggak makan malam juga kan?"Ketika Bu Mira masih terdiam, Dewi malah menimpali ucapan adiknya itu. "Halah ... Paling dia itu masih meratapi si Sarah itu," ucap Bu Mira ketus. "Dasar Cemen!"Bu Mira sebenarnya juga sedikit merasa khawatir dengan Ardi. Karena memang setelah Sarah pergi dari rumah ini, putranya itu bahkan tak pernah mau makan. Ardi yang biasanya begitu hangat dengan keluarga, berubah menjadi Ardi yang tertutup dan begitu muram.Padahal ini bukanlah untuk pertama kalinya Ardi menalak istrinya, Sarah adalah yang ketiga, tetapi sungguh saat ini berbeda.Biasanya Ardi biasa saja dan seperti tak lagi memikirkan tentang mantan mantan istrinya itu."Aku kok khawatir ya Bu sama Ardi. Dia itu kayaknya patah hati banget deh keh

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 266. Pasangan Serasi

    "Selamat ya Stella, aku benar benar ikut bahagia. Kalian memang pasangan yang sangat serasi loh." Rara mencium pipi kanan kiri sahabatnya yang malam ini terlihat begitu cantik dalam balutan dres warna putih itu. "Ini semua nggak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu Ra. Pokoknya terima kasih banget loh." Stella memeluk Rara. "Kamu memang sahabat terbaikku."Air mata telah menumpuk di pelupuk mata, tetapi tangis bahagia itu memang sengaja ditekan oleh Stella, karena takut merusak riasan. Malam ini adalah malam pertunangan Stella dengan Raja Sanjaya. Hanya satu hari berselang dari acara jumpa pers yang berakhir menyenangkan itu, keluarga Sanjaya menggelar pesta pertunangan keduanya dengan begitu mewah."Nggak juga. Lebih tepatnya aku hanya perantara sih, yang berperan penting tentu masih tetap Tuhan. Gimana, enak rasanya lebih wow kan, jika cinta di dapat setelah begitu banyak rintangan?" Rara kembali berucap.Kali ini tidak hanya Stella yang tertawa, tetapi Raja juga. Raja pun ter

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 265. Akhirnya Diterima.

    "Raja?!" Stella langsung memekik, saat melihat sosok yang saat ini paling ingin dia hindari berjalan masuk dari pintu keluar. Raja tidak sendiri, tetapi saat ini pria tampan itu bersama dengan Sinta dan juga Jeni."Hei mau apa dia ke sini? Apa kamu bilang juga sama si Raja jika saat ini kamu mengadakan konversi press?" Romi pun langsung bertanya sembari berbisik. Pria kemayu itu benar-benar tak menyangka sama sekali, jika Raja datang. Bukan apa-apa, tetapi setelah tadi Stella mengambil keputusan bahwa akan menjauhi Raja, dan sekarang Raja datang kembali, itu berarti Romi harus kembali menghadapi Stella yang banyak masalah dan banyak pikiran. Dan, itu berarti juga Stella pun akan menunda beberapa jadwal shooting, karena tak bisa fokus untuk melakonkan perannya. Semua itu tentu saja berimbas pada Romi yang merupakan manajernya."Entahlah, Rom. Aku tak tahu." Stella menjawab sembari menggelengkan kepalanya.Stella yang memang menghindari Raja, ingin segera pergi dari ruangan itu. Teta

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 264. Konferensi Pers

    "Duh kenapa aku jadi grogi banget gini sih ROM?" tanya Stella, yang sebentar lagi akan melakukan jumpa pers, pada manajernya yang kemayu itu. Romi menepuk-nepuk pundak sang artis. "Ih kamu ini kayak apa aja sih Stella? Kamu ini kan artis besar, masa sih gini aja Kamu demam panggung? Nggak level banget sih."Apa yang dikatakan oleh Romi itu tadi, sebenarnya bukanlah sebuah ejekan. Tetapi Romi melakukan hal itu untuk memantik semangat Stella yang sepertinya memang telah mulai mengendur."Romi, ini kan bukan sandiwara atau film-film yang sering aku bintangi. Ini nyata Romi, ini hal yang benar-benar terjadi dalam hidupku. Jadi rasanya wajar dong jika aku grogi banget seperti ini." Stella mengelak. Romi memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu jika memang konferensi pers yang akan diadakan oleh Stella ini, seperti suatu hal yang tidak diinginkan oleh hatinya Stella. Tetapi artis cantik itu memaksakan kehendak."Makanya dong Stella, Aku kan udah bilang sama kamu, jangan bohongin hati

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 263. Setelan Awal

    Brak brak brak"Dewi bangun!" Pagi buta itu, Bu Mira sudah menggedor pintu kamar Dewi. Setelahnya, wanita itu ganti menggedor kamar Dita, yang terletak tepat di samping kamar Dewi.Brak BrakBrak"Dita bangun kamu. Ini sudah siang! Kamu itu anak gadis, jadi jangan bangun siang-siang!" eriak bu Mira dengan penuh emosi.Merasa tak mendapatkan respon sama sekali dari kedua putrinya, bu Mira pun kembali menggedor dengan keras pintu kamar itu, dengan teriakan yang sangat melengking di pagi hari."Duh ternyata repot banget kalau nggak ada Sarah. Ngapain sih Ardi kemarin itu sampai menalak Sarah? Coba saja ada Sarah, pasti aku sekarang masih tidur dan mainan hp di kamar." Bu Mira begitu emosi dengan dirinya sendiri saat ini.Sejak kemarin malam setelah kepergian Sarah, wanita paruh baya itu tak dapat memejamkan matanya sama sekali. sSepertinya dia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Ardi saat ini. Rasa penyesalan karena telah mengusir Sarah dari rumah ini."Seharusnya Ardi juga menge

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status