Mendengar ucapan Satria, kedua mata Rara membola.
"Kakak, pikirkanlah dengan baik!” sergah Rara. “Posisi presdir bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan sembarang orang, terlebih aku yang tak pernah memiliki pengalaman bekerja."Selain membantu Satria perihal laporan keuangan dulu saat kuliah, Rara tidak sempat bekerja karena dirinya langsung menikah dengan Nizam. Oleh karena itu, wanita itu tidak yakin bisa menjabat dengan baik posisi presiden direktur perusahaan!“Bagaimana kalau perusahaan merugi di bawah pimpinanku?” tanya Rara.Satria menaikkan alis kanannya. "Bukan masalah,” jawabnya santai. “Yang penting dirimu belajar sesuatu.”Rara merasa keputusan Satria terlalu gegabah. Dia pun kemudian menoleh pada Arjuna, mencoba mendapatkan dukungan.Perusahaan Arjuna juga bekerja sama dengan Jaya Corp. Kalau Jaya Corp merugi, maka hal itu akan berdampak pada usaha pria tersebut juga."Kak Arjuna, tolong katakan sesuatu ….”“Aku tidak lihat ada masalah,” sahut Arjuna cepat tanpa keraguan. “Selama kamu belajar, satu perusahaan bukanlah masalah.”Mulut Rara ternganga lebar. Dua pria ini … tidak bisa diajak bicara dengan logika normal! “Karena tidak ada yang menolak, maka itu keputusannya!” Satria menepuk tangannya satu kali.“T-tapi–”“Linda!” Satria mengabaikan Rara dan menoleh kepada wanita muda yang dengan sabar menunggu di sisi sofa.Wanita yang bernama Linda itu pun langsung membungkuk hormat. “Tuan Satria,” balasnya. “Aku serahkan Rara padamu,” ucap Satria seraya berdiri dari kursinya. “Bantu dan jaga dia sesuai penjelasanku tadi.”Linda mengangguk. “Baik, Tuan.”Satria melirik Arjuna. “Ayo, kita masih ada urusan lain.”Tanpa menunggu Rara, Satria langsung melenggang keluar dari ruangan. Sedangkan Arjuna, pria itu melirik Rara sesaat sebelum berkata, “Kamu bisa.” Kemudian, pria itu pun ikut melenggang pergi, meninggal Rara yang masih tercenung di tempatnya dengan mulut ternganga.Rara tidak percaya dengan apa yang terjadi. Apakah dia baru saja menjadi seorang presiden direktur perusahaan dengan aset miliaran dalam kurun waktu sekian detik!?‘I-ini tidak masuk akal!’ teriak Rara dalam hati.Walau dirinya sangat bersyukur dengan dukungan Satria–juga Arjuna–tapi ….“Yang benar saja …,” gumam wanita itu sembari menutup setengah wajahnya dengan telapak tangan.Kalau misalkan dirinya menjabat menjadi presiden direktur, bagaimana dengan Bella? Apakah Rara masih bisa ada waktu untuk mengurus putrinya itu?Melihat Rara, Linda pun berkata sembari tersenyum ramah, “Nona, mulai hari ini, saya akan menjadi asisten pribadi Anda.” Dia menambahkan, “Untuk jadwal hari ini, mungkin kita bisa mulai dengan memahami beberapa hal mengenai perusahaan?” usulnya.Mendengar ucapan Linda, Rara pun hanya bisa tersenyum dan mengangguk pasrah.Paling tidak, ini lebih baik dibandingkan menjadi pembantu di rumah mertuanya, bukan?Tiga jam mempelajari situasi perusahaan dan melalui makan siang, Rara sekarang dihadapkan sejumlah dokumen dari departemen HRD. “Ini adalah beberapa karyawan rekrutan baru yang perlu persetujuan Nona, mohon diperiksa dan disetujui bila tidak ada masalah,” jelas Linda.Rara pun mulai memeriksa dokumen tersebut dan menandatangani permohonannya satu persatu. Namun, mendadak tangannya berhenti saat melihat satu permohonan khusus.[Nizam Saputra]Melihat tulisan itu tercetak di depan matanya, Rara memicingkan matanya.Saat itu juga, Rara pun teringat dengan omongan Nizam saat sebelum menceraikan dirinya.“Kalau aku menikah dengan Jeny, dia bisa membantuku dapat kerjaan di Jaya Corp! Aku bisa jadi kaya! Sedangkan kamu, bisa apa?!”Ucapan itu terputar jelas di benak Rara, membuatnya meremas dokumen di tangan. Linda yang menyadari hal itu langsung menautkan alis. Sebagai asisten pribadi yang ditempatkan Satria khusus di sisi Rara, Linda tahu mengenai beberapa hal penting perihal atasan barunya, termasuk perceraian Rara yang belum lama terjadi beberapa waktu lalu.“Maaf, Nona! Saya seharusnya menyisihkan pengajuan ini terlebih dahulu!" ucap Linda seraya membungkuk meminta maaf, merasa sangat bersalah. Dia menegapkan tubuh dan berkata, “Saya akan segera mengabarkan pihak HRD untuk menolak pengajuan–”“Terima saja.”Linda melongo. “Apa?” Dengan wajah tenang, Rara tersenyum. "Terima saja pria ini." “T-tapi dia ….”Rara menandatangani surat pengajuan penerimaan Nizam, lalu menjulurkan dokumen itu kepada Linda. “Tapi aku ingin dia ditempatkan di posisi ini.”Linda menautkan alisnya erat, tampak bingung. Dia menerima dokumen yang disodorkan Rara dan membaca bagian yang wanita itu coret.Sontak, Linda terbelalak. Kemudian, dia pun tersenyum kepada Rara. “Tentu saja, Nona. Akan segera saya minta tim HRD memberi kandidat ini kabar.”Setelah mendapatkan semua dokumen yang sudah Rara tanda tangani, Linda langsung pergi meninggalkan ruangan. Sementara itu, dengan dua tangan menopang dagunya, Rara bergumam, “Aku penasaran apakah kamu akan bahagia dengan hadiahku, Mas?”Pada saat itu, Nizam dan Jeny sedang menghabiskan bersantai di sebuah kafe mewah di tengah kota. "Makasih ya Jen, kamu udah rekomendasiin aku ke direktur HRD Jaya Corp," ucap Nizam sembari menatap calon istrinya itu dengan penuh cinta.Jeny menggeleng. "Nggak masalah. Demi calon suamiku, apa pun akan kulakukan." Suara Jeny dibuat manja seperti biasa."Untung kejadian di lobi tadi nggak sampai ke telinga direktur HRD, jadi semua masih aman terkendali." Jeny menghembuskan nafas dan memang masih mengkhawatirkan masalah tadi. Mengingat sosok Arjuna yang protektif pada Rara."Gimana ya Rara bisa memiliki hubungan dengan Tuan Arjuna itu?" tanya Jeny dengan mengerutkan kedua alisnya.Nizam menggedikkan bahunya. "Mana kutahu. Malah aku kaget kenapa Rara bisa kenal sama pria kaya itu." Ketika menyebut nama Rara, masih terlihat gurat kemarahan di wajah Nizam."Apa mungkin sebenarnya si Rara ini anak orang kaya ya, Zam?" Jeny lalu menambahkan. "Jadi dia bisa dekat banget gitu sama Tuan Arjuna."Nizam menaikkan dahinya dan tertawa secara spontan. "Rara tuh anak yatim piatu yang latar belakangnya aja nggak jelas. Kakaknya saja sudah memutuskan hubungan dulu, saat kami nikah." Merasa dia sudah begitu mengenal Rara.Masih dengan tertawa Nizam pun melanjutkan. "Jadi nggak masuk akal banget jika dia itu anak orang kaya. Yang ada sih, Rara yang dekil itu jual diri. Demi uang!"Nizam seperti sangat yakin dengan dugaannya itu, sedikit pun dia tak mengingat jika dulu pernah menjalin hubungan cinta dengan Rara.Jeny terdiam dan berpikir, Arjuna orang seperti apa, semua orang kalangan atas tahu. Dia dingin dan misterius, juga tidak pernah menunjukkan ketertarikan dengan wanita lain setelah pernikahan pertamanya. Itu pun dia dijodohkan dengan mendiang istrinya.'Nggak mungkin deh seorang Tuan Arjuna kepincut sama Rara! Nggak mungkin!'Jadi, Jeny agak ragu Rara bisa jadi simpanan Arjuna, terutama karena wanita itu bekas istri orang lain.Saat Jeny berpikir, Nizam menerima telepon. Di layar tampak itu berasal dari HRD Jaya Corp. "Yes!" Nizam nampak langsung bersorak bahagia saat itu.Jeny yang melihat hal itu pun mengerutkan dahi dan langsung bertanya. "Telepon dari siapa sih? Kok kayaknya kamu seneng banget gitu?" Tak menjawab pertanyaan dari Jeny, Nizam malah langsung menunjukan layar ponselnya pada wanita sexy itu. Mata Jeny pun seketika nampak berbinar. Kemudian Nizam pun menerima panggilan itu. Setelah sebelumnya berdebat "Halo.""Halo dengan Bapak Nizam saputra? Kandidat pelamar kerja di kantor Jaya Corp?"Nizam menyunggingkan senyum dan menjawab dengan senang, "Benar. Dengan saya sendiri. Apa ada yang bisa saya bantu?" Wajah Nizam masih nampak sangat cerah, karena dia sangat yakin pasti yang akan disampaikan oleh penelepon adalah kabar yang baik."Saya perwakilan dari bagian HRD Jaya Corp. Ingin menyampaikan respon dari lamaran kerja yang susah Anda kirimkan." Dari sisi lain telepon itu, terdengar suara yang formal.Nizam menghela nafas panjang sebelum bicara, bersiap mendengarkan kabar baik itu. "Silahkan, Pak. Bagaimana hasilnya ya? Kapan saya bisa mulai bekerja?"Dengan cepat petugas yang menelepon itu pun menjawab, tetapi sebelum ucapannya selesai, Nizam sudah kaget dan meninggikan sedikit suaranya."Apa?!" Raut wajah Nizam nampak masam. "Apa maksudnya saya ditawarkan di posisi cleaning service?!"Bab 9“Ini pasti ada kesalahan! Mana mungkin saya ditawarkan jadi cleaning service?!” sahut Nizam dengan setengah panik.Jeny yang ada di seberangnya juga tampak bingung."Ini sudah menjadi keputusan direktur Jaya Corp, tidak bisa diganggu gugat." Dari sisi telepon yang lain, terdengar perwakilan HRD Jaya Corp dengan suara yang tegas. "Jika Anda menolak, maka tawaran ini akan diberikan pada orang lain."Mulut Nizam menganga, tentu dia ingin protes dengan keputusan yang menurutnya sangat tidak benar itu. "Tapi, ini pasti ada kesalah–" "Saya menunggu jawaban Anda, satu kali dua puluh empat jam. Terima kasih."Belum sempat membalas, panggilan tersebut telah terlebih dahulu diakhiri, membuat Nizam melongo di tempat.Jeny yang sejak tadi terus mengamati Nizam pun ikut mengerutkan keningnya. "Kenapa, Zam? Kok kamu sebut-sebut cleaning service?" tanyanya.Nizam langsung mengalihkan pandangan pada Jeny. "Kamu yakin ‘kan ketika kita bicara dengan Pak James tadi kita sudah jelas bilang aku mau
“Pak Nizam, Bu Jeny, kita bertemu lagi.”Saat melihat mantan istri yang telah dibuangnya itu tiba-tiba kini berdiri tepat di hadapannya, di ruang presdir Jaya Corp, Nizam spontan mundur satu langkah dengan mulut terbuka. “Rara?!” seru Nizam dengan suara keras, membuat Linda mengerutkan keningnya dengan tidak nyaman, tidak suka nama sang atasan dipanggil langsung oleh pria itu.Tak jauh beda dengan ekspresi yang ditunjukan oleh Nizam, Jeny pun teramat kaget dan sampai membelalakkan matanya. 'Rara lagi?!' batinnya.Hanya saja, berbeda dari Nizam, wanita licik itu lebih mampu mengontrol perasaannya. Dengan agak ragu dia pun bertanya, "Kamu … presiden direktur Jaya Corp?"Otak dua orang itu–Nizam dan Jeny–berputar. Kalau jawaban pertanyaan itu adalah ‘ya’, maka lupakan saja bekerja di perusahaan ini, menginjakkan kaki lagi saja mungkin tidak akan bisa!Akan tetapi, bagaimana mungkin wanita seperti itu bisa menjadi presdir Jaya Corp? Memangnya dia itu putri hilang keluarga kaya!? Nggak m
Suara teh yang dituangkan ke dalam gelas terdengar dalam ruang kantor presdir Jaya Corp yang hening.Jeny dan Nizam tengah duduk berseberangan dengan Rara. Di dekat mereka, sosok Linda tengah menyuguhkan minuman untuk tiga orang tersebut.“Terima kasih, Linda,” ucap Rara setelah minumannya selesai dituang.Di seberang Rara, tampak wajah Jeny dan Nizam agak gelap. Berhadapan dengan Rara dalam posisi seperti ini, membuat Nizam ingin berkata kasar dan mengejek Rara seperti tadi pagi. Hanya saja lelaki itu terfokus pada inti masalah.“Jangan banyak mengulur waktu, Rara. Aku tidak punya waktu untuk dibuang karena harus kembali ke kantor!” celetuk Nizam dengan tidak sabar. “Apa pesan presiden direktur?!”Rara tersenyum tipis, lalu dia pun berkata, "Pesan sang presdir adalah … jika Pak Nizam ingin menjadi manager, maka harus menunjukkan kemampuan terlebih dulu." Dia sudah tidak sudi memanggil mantan suaminya itu dengan panggilan ‘mas’."Main curang dengan rekomendasi buta dan kolusi orang d
"Sial! Kenapa bisa seperti ini sih?!" Di dalam mobil, Nizam memukul setir dengan penuh amarah. "Kenapa wanita itu bisa jadi asisten presiden direktur?! Atas dasar apa?!"Sepanjang perjalanan pulang, Nizam terus menggerutu mengenai sikap Rara dan juga tawaran yang diberikan oleh presdir Jaya Corp. Sementara pria tersebut melakukan tersebut, di sebelahnya, Jeny terlihat melipat tangan dengan wajah serius. Ucapan Rara di ruang sang presdir tadi terus terngiang di otaknya. “Apa Nizam sungguh mencintaimu … atau hanya menginginkan harta dan mendapatkan keuntungan dari dirimu?”Dari detik pertanyaan itu terlontar, jujur saja hati Jeny diselimuti ketidaknyamanan. Bukan hanya karena sosok Rara yang dia kenal dari cerita Nizam jauh berbeda dari aslinya, tapi juga karena ucapan wanita itu menghantui ketenangannya.Diam-diam, Jeny melirik Nizam. Ada sejuta pertanyaan dalam hatinya.Dahulu, Nizam berkata bahwa Rara adalah wanita bodoh dan dekil yang bahkan tidak becus mengurus rumah. Tidak hanya
Mendengar teriakan itu, Rara cukup kaget. Dia sedikit ragu untuk masuk, tapi pada akhirnya tetap memutuskan untuk masuk. Saat itu nampak Satria yang sedang bertengkar dengan sejumlah wanita dan pria paruh baya. Dalam satu kali lirikan, Rara langsung mengenali setiap wajah itu. Mereka semua adalah paman dan bibi dari pihak ibunya!Salah satu wanita paruh baya itu tampak pusing dan memijit pelipisnya, tapi begitu melihat Rara, matanya langsung berbinar. “Rara!?” panggilnya seraya berlari menghampiri Rara dengan mata berkaca-kaca. "Rara, ini kamu, Nak?" Wanita itu nampak meneliti Rara dengan wajah rindu.“Bibi Siska,” sapa Rara dengan senyuman canggung, masih mempelajari mengenai apa yang terjadi.Siska adalah kakak dari mendiang ibu Rara, seorang wanita lembut dan bijak. Rara ingat jelas bagaimana wanita itu satu-satunya orang yang dengan tulus menjaga dirinya saat keluarga ibunya yang lain berperang ingin merebut warisan yang ditinggalkan."Bagaimana kabarmu, Nak?" Rara segera mencium
"Siapa yang berani menyiramku!?!" Erika sontak berteriak sambil mengibaskan rok dressnya. “Kurang ajar!" Dres berwarna merah berbahan sutra itu tampak basah di bagian bawahnya. Kentara juga air panas tersebut menembus roknya dan sedikit membakar kulit Erika, membuat wanita itu semakin naik pitam.Mata wanita itu menyusuri ruangan mencari siapa yang menumpahkan air tersebut. “Siapa yang siram?!” teriaknya sebelum akhirnya menunduk dan mendapati sosok Bella kecil dengan gelas kosong di tangan. Tampak bocah kecil itu menengadah dengan pandangan kosong pada Erika.Sepertinya Bella mendengar semua perkataan buruk Erika pada Rara dan memutuskan menyiram wanita tersebut untuk membela sang ibu."Jadi kamu pelakunya!?" Mata Erika bak elang yang sedang mengawasi mangsanya. "Dasar anak bodoh!" Emosi yang menggebu membuat Erika tidak berpikir panjang dan langsung berniat memukul Bella, tidak peduli apakah gadis itu masih kecil atau tidak.Rara dan Satria langsung terbelalak. “Bella!” Namun, kedu
"Sebelum mendidik anak orang lain atau anak sendiri, aku rasa kamu harus mendidik mulutmu terlebih dahulu!"Segala hal yang berkaitan dengan anak, benar-benar tak bisa diganggu gugat oleh Rara. Karena baginya seorang anak tak ubah seperti selembar kertas kosong, apa yang kita lakukan akan selalu membekas di hati mereka selamanya."Rara! Jangan lancang kamu!" Sebuah suara berat malam terdengar saat itu. "Apa hak kamu terus menjelekkan Erika? Kamu sudah pintar? Jangan sok suci!"Suara itu ternyata milik Herman, adik mendiang ibunda Rara. Lelaki bertubuh agak tambun itu terlihat emosi sambil menunjuk-nunjuk pada Rara. "Kamu itu sudah nggak diterima lagi di keluarga Wijaya! Jangan lupa bahwa dulu kamu yang memutus hubungan keluarga." Herman kembali berucap dengan tatapan tajam.Selama ini lelaki itu begitu menyayangi Erika, apa pun yang anak semata wayangnya itu minta selalu diberikan tanpa terkecuali. Hal itulah yang kemudian malah membuat Erika tumbuh menjadi pribadi yang sombong dan a
Para anggota keluarga yang datang pun langsung menutup mulut mereka rapat. Mereka tahu dengan kemampuan berbisnisnya, Satria tentu bisa menjatuhkan semua orang dalam ruangan tersebut kalau dia sungguh menginginkannya.Melihat keadaan kembali kondusif, akhirnya Siska yang sempat datang untuk membantu Satria dan Rara angkat bicara, “Satria saat ini adalah kepala keluarga Wijaya, apa pun yang dia putuskan, tak bisa diganggu gugat. Kalau kalian semua sudah mengerti, lebih baik kalian semua segera pulang." Walaupun sikapnya lembut, tapi nada bicara Siska sangatlah tegas. Tidak heran, dia adalah anak tertua dari lima bersaudara keluarga ibu Satria dan Rara. Hal itu juga yang membuat adik-adiknya yang lain menurut dan tidak lagi protes. Mereka pulang meski dalam hati masih menyimpan rasa tidak senang.Rara memerhatikan sosok Siska yang menatap kepergian adik-adiknya. ‘Sungguh wanita yang luar biasa,’ batinnya.Kalaupun Siska anak tertua, tapi dia menolak meneruskan usaha ekspor-impor orang t