Share

Bab 8. Tawaran Untuk Nizam

Mendengar ucapan Satria, kedua mata Rara membola. 

"Kakak, pikirkanlah dengan baik!” sergah Rara. “Posisi presdir bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan sembarang orang, terlebih aku yang tak pernah memiliki pengalaman bekerja."

Selain membantu Satria perihal laporan keuangan dulu saat kuliah, Rara tidak sempat bekerja karena dirinya langsung menikah dengan Nizam. Oleh karena itu, wanita itu tidak yakin bisa menjabat dengan baik posisi presiden direktur perusahaan!

“Bagaimana kalau perusahaan merugi di bawah pimpinanku?” tanya Rara.

Satria menaikkan alis kanannya. "Bukan masalah,” jawabnya santai. “Yang penting dirimu belajar sesuatu.”

Rara merasa keputusan Satria terlalu gegabah. Dia pun kemudian menoleh pada Arjuna, mencoba mendapatkan dukungan.

Perusahaan Arjuna juga bekerja sama dengan Jaya Corp. Kalau Jaya Corp merugi, maka hal itu akan berdampak pada usaha pria tersebut juga.

"Kak Arjuna, tolong katakan sesuatu ….”

“Aku tidak lihat ada masalah,” sahut Arjuna cepat tanpa keraguan. “Selama kamu belajar, satu perusahaan bukanlah masalah.”

Mulut Rara ternganga lebar. Dua pria ini … tidak bisa diajak bicara dengan logika normal! 

“Karena tidak ada yang menolak, maka itu keputusannya!” Satria menepuk tangannya satu kali.

“T-tapi–”

“Linda!” Satria mengabaikan Rara dan menoleh kepada wanita muda yang dengan sabar menunggu di sisi sofa.

Wanita yang bernama Linda itu pun langsung membungkuk hormat. “Tuan Satria,” balasnya. 

“Aku serahkan Rara padamu,” ucap Satria seraya berdiri dari kursinya. “Bantu dan jaga dia sesuai penjelasanku tadi.”

Linda mengangguk. “Baik, Tuan.”

Satria melirik Arjuna. “Ayo, kita masih ada urusan lain.”

Tanpa menunggu Rara, Satria langsung melenggang keluar dari ruangan. Sedangkan Arjuna, pria itu melirik Rara sesaat sebelum berkata, “Kamu bisa.” 

Kemudian, pria itu pun ikut melenggang pergi, meninggal Rara yang masih tercenung di tempatnya dengan mulut ternganga.

Rara tidak percaya dengan apa yang terjadi. 

Apakah dia baru saja menjadi seorang presiden direktur perusahaan dengan aset miliaran dalam kurun waktu sekian detik!?

‘I-ini tidak masuk akal!’ teriak Rara dalam hati.

Walau dirinya sangat bersyukur dengan dukungan Satria–juga Arjuna–tapi ….

“Yang benar saja …,” gumam wanita itu sembari menutup setengah wajahnya dengan telapak tangan.

Kalau misalkan dirinya menjabat menjadi presiden direktur, bagaimana dengan Bella? Apakah Rara masih bisa ada waktu untuk mengurus putrinya itu?

Melihat Rara, Linda pun berkata sembari tersenyum ramah, “Nona, mulai hari ini, saya akan menjadi asisten pribadi Anda.” Dia menambahkan, “Untuk jadwal hari ini, mungkin kita bisa mulai dengan memahami beberapa hal mengenai perusahaan?” usulnya.

Mendengar ucapan Linda, Rara pun hanya bisa tersenyum dan mengangguk pasrah.

Paling tidak, ini lebih baik dibandingkan menjadi pembantu di rumah mertuanya, bukan?

Tiga jam mempelajari situasi perusahaan dan melalui makan siang, Rara sekarang dihadapkan sejumlah dokumen dari departemen HRD. 

“Ini adalah beberapa karyawan rekrutan baru yang perlu persetujuan Nona, mohon diperiksa dan disetujui bila tidak ada masalah,” jelas Linda.

Rara pun mulai memeriksa dokumen tersebut dan menandatangani permohonannya satu persatu. Namun, mendadak tangannya berhenti saat melihat satu permohonan khusus.

[Nizam Saputra]

Melihat tulisan itu tercetak di depan matanya, Rara memicingkan matanya.

Saat itu juga, Rara pun teringat dengan omongan Nizam saat sebelum menceraikan dirinya.

“Kalau aku menikah dengan Jeny, dia bisa membantuku dapat kerjaan di Jaya Corp! Aku bisa jadi kaya! Sedangkan kamu, bisa apa?!”

Ucapan itu terputar jelas di benak Rara, membuatnya meremas dokumen di tangan. 

Linda yang menyadari hal itu langsung menautkan alis. 

Sebagai asisten pribadi yang ditempatkan Satria khusus di sisi Rara, Linda tahu mengenai beberapa hal penting perihal atasan barunya, termasuk perceraian Rara yang belum lama terjadi beberapa waktu lalu.

“Maaf, Nona! Saya seharusnya menyisihkan pengajuan ini terlebih dahulu!" ucap Linda seraya membungkuk meminta maaf, merasa sangat bersalah. Dia menegapkan tubuh dan berkata, “Saya akan segera mengabarkan pihak HRD untuk menolak pengajuan–”

“Terima saja.”

Linda melongo. “Apa?” 

Dengan wajah tenang, Rara tersenyum. "Terima saja pria ini." 

“T-tapi dia ….”

Rara menandatangani surat pengajuan penerimaan Nizam, lalu menjulurkan dokumen itu kepada Linda. “Tapi aku ingin dia ditempatkan di posisi ini.”

Linda menautkan alisnya erat, tampak bingung. Dia menerima dokumen yang disodorkan Rara dan membaca bagian yang wanita itu coret.

Sontak, Linda terbelalak. Kemudian, dia pun tersenyum kepada Rara. “Tentu saja, Nona. Akan segera saya minta tim HRD memberi kandidat ini kabar.”

Setelah mendapatkan semua dokumen yang sudah Rara tanda tangani, Linda langsung pergi meninggalkan ruangan. 

Sementara itu, dengan dua tangan menopang dagunya, Rara bergumam, “Aku penasaran apakah kamu akan bahagia dengan hadiahku, Mas?”

Pada saat itu, Nizam dan Jeny sedang menghabiskan bersantai di sebuah kafe mewah di tengah kota. 

"Makasih ya Jen, kamu udah rekomendasiin aku ke direktur HRD Jaya Corp," ucap Nizam sembari menatap calon istrinya itu dengan penuh cinta.

Jeny menggeleng. "Nggak masalah. Demi calon suamiku, apa pun akan kulakukan." Suara Jeny dibuat manja seperti biasa.

"Untung kejadian di lobi tadi nggak sampai ke telinga direktur HRD, jadi semua masih aman terkendali." 

Jeny menghembuskan nafas dan memang masih mengkhawatirkan masalah tadi. Mengingat sosok Arjuna yang protektif pada Rara.

"Gimana ya Rara bisa memiliki hubungan dengan Tuan Arjuna itu?" tanya Jeny dengan mengerutkan kedua alisnya.

Nizam menggedikkan bahunya. "Mana kutahu. Malah aku kaget kenapa Rara bisa kenal sama pria kaya itu." 

Ketika menyebut nama Rara, masih terlihat gurat kemarahan di wajah Nizam.

"Apa mungkin sebenarnya si Rara ini anak orang kaya ya, Zam?" Jeny lalu menambahkan.  "Jadi dia bisa dekat banget gitu sama Tuan Arjuna."

Nizam menaikkan dahinya dan tertawa secara spontan. "Rara tuh anak yatim piatu yang latar belakangnya aja nggak jelas. Kakaknya saja sudah memutuskan hubungan dulu, saat kami nikah." Merasa dia sudah begitu mengenal Rara.

Masih dengan tertawa Nizam pun melanjutkan. "Jadi nggak masuk akal banget jika dia itu anak orang kaya. Yang ada sih, Rara yang dekil itu jual diri. Demi uang!"

Nizam seperti sangat yakin dengan dugaannya itu, sedikit pun dia tak mengingat jika dulu pernah menjalin hubungan cinta dengan Rara.

Jeny terdiam dan berpikir, Arjuna orang seperti apa, semua orang kalangan atas tahu. Dia dingin dan misterius, juga tidak pernah menunjukkan ketertarikan dengan wanita lain setelah pernikahan pertamanya. Itu pun dia dijodohkan dengan mendiang istrinya.

'Nggak mungkin deh seorang Tuan Arjuna kepincut sama Rara! Nggak mungkin!'

Jadi, Jeny agak ragu Rara bisa jadi simpanan Arjuna, terutama karena wanita itu bekas istri orang lain.

Saat Jeny berpikir, Nizam menerima telepon. Di layar tampak itu berasal dari HRD Jaya Corp. 

"Yes!" Nizam nampak langsung bersorak bahagia saat itu.

Jeny yang melihat hal itu pun mengerutkan dahi dan langsung bertanya. "Telepon dari siapa sih? Kok kayaknya kamu seneng banget gitu?" 

Tak menjawab pertanyaan dari Jeny, Nizam malah langsung menunjukan layar ponselnya pada wanita sexy itu. Mata Jeny pun seketika nampak berbinar. Kemudian Nizam pun menerima panggilan itu. Setelah sebelumnya berdebat 

"Halo."

"Halo dengan Bapak Nizam saputra? Kandidat pelamar kerja di kantor Jaya Corp?"

Nizam menyunggingkan senyum dan menjawab dengan senang, "Benar. Dengan saya sendiri. Apa ada yang bisa saya bantu?" 

Wajah Nizam masih nampak sangat cerah, karena dia sangat yakin pasti yang akan disampaikan oleh penelepon adalah kabar yang baik.

"Saya perwakilan dari bagian HRD Jaya Corp. Ingin menyampaikan respon dari lamaran kerja yang susah Anda kirimkan." Dari sisi lain telepon itu, terdengar suara yang formal.

Nizam menghela nafas panjang sebelum bicara, bersiap mendengarkan kabar baik itu. "Silahkan, Pak. Bagaimana hasilnya ya? Kapan saya bisa mulai bekerja?"

Dengan cepat petugas yang menelepon itu pun menjawab, tetapi sebelum ucapannya selesai, Nizam sudah kaget dan meninggikan sedikit suaranya.

"Apa?!" Raut wajah Nizam nampak masam. "Apa maksudnya saya ditawarkan di posisi cleaning service?!"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Abi Sarah
sukurin berhayal jabatan tinggi ternyata zonk
goodnovel comment avatar
Ismah Nurmillah Hayati
hahahaha, gimana Nizam? Bagus gak hadiah dari mantan istrimu? Makanya jadi cowok jangan sok oke ya
goodnovel comment avatar
LamaTokan Fika Fino
baru ko tau nizam...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status