Share

Bab 7. Presiden Direktur Jaya Corp yang Baru

Permintaan Arjuna membuat suasana di lobi menjadi menegang. Semua orang langsung memusatkan perhatian kepada sosok Rara, bertanya-tanya apa sebenarnya identitas wanita itu beserta apa hubungannya dengan Arjuna.

“Mungkinkah … wanita itu calon Tuan Arjuna yang baru?”

“Cantik sih memang … jadi iri ….”

Komentar-komentar itu membuat Rara merasa tidak nyaman. Dia pun menarik lengan pakaian Arjuna lagi.

“Kak … sudah, jangan diperpanjang ….”

Arjuna menautkan alis. “Tidak bisa,” tegasnya. “Yang bersalah harus minta maaf.”

Mendengar balasan Arjuna, Rara merasa hatinya tergelitik. Sungguh … sudah berapa lama dirinya dibela seseorang seperti ini?

Jujur, Rara jadi terharu.

Sementara itu, di sisi Jeny dan Nizam, keduanya tampak marah dan tidak rela. 

Tangan Nizam bergetar, dia jelas tidak akan sudi minta maaf kepada mantan istrinya itu! Apa lagi saat melihat jelas Rara dan Arjuna saling menggoda di depan matanya!

‘Dasar jalang!’ maki Nizam.

Akan tetapi, di luar dugaan Nizam, Jeny akhirnya menyatakan hal mengejutkan, “Mas, minta maaf.” 

Mata Nizam membelalak, menatap Jeny dengan tidak percaya. “Apa?”

Jeny menatap Nizam dengan serius. “Minta maaf. Kamu yang maki Rara tadi, jadi kamu yang minta maaf,” tegasnya. 

Jeny adalah siapa? Nona muda dari keluarga Sanjaya, masa dia yang minta maaf kepada Rara? Jelas harus Nizamlah!

“Sayang, tapi ….”

“Cepat!” bentak Jeny dengan kesal, tidak lagi bisa bertahan dipermalukan di tengah orang banyak.

Dengan tangan mengepal dan tubuh bergetar, Nizam akhirnya berkata, “Maaf.”

Melihat permintaan maaf tidak tulus itu, Arjuna berniat untuk buka suara lagi. Akan tetapi, Rara terlebih dahulu menyela, “Maaf, aku tidak bisa terima. Permisi.”

Kemudian, wanita itu menarik lengan Arjuna dan berbalik pergi untuk memasuki lift yang kebetulan terbuka.

Melihat hal itu, semua orang tercengang, terlebih lagi sosok Nizam. Pria itu merasa sangat malu karena ucapan maafnya ditolak mentah-mentah!

‘Rara …!’ geram Nizam dalam hati. ‘Dasar wanita murahan!’ makinya dalam hati sambil menatap penuh kebencian pada Rara yang menghilang ke dalam lift bersama Arjuna. ‘Kalau kita bertemu lagi, akan kupastikan untuk membalas rasa malu hari ini!'

**

Berada di dalam lift, Rara menggigit bibirnya. Dia masih berusaha untuk menenangkan diri setelah apa yang terjadi dengan Nizam dan Jeny.

“Kamu baik-baik saja?” tanya sebuah suara dari sosok pria di samping Rara.

Rara menoleh, melihat sosok Arjuna menatap dirinya dengan wajah dingin. Hal itu membuatnya sadar bahwa dirinya masih mencengkeram tangan pria tersebut dengan erat.

“M-maaf, Kak Juna!” ucap Rara setengah berseru seraya melepaskan tangan Arjuna. Wanita itu juga tidak lupa menambahkan, “Terima kasih, juga.” Senyuman tipis dia paksakan untuk mengembang. “Aku baik-baik saja.”

Arjuna menatap Rara untuk beberapa waktu sebelum akhirnya membalas, “Tidak masalah.” 

Saat lift kembali hening, Rara menghela napas dalam hati. Jujur saja, dia masih merasa sangat malu dengan apa yang terjadi tadi, terlebih karena sepertinya Arjuna melihat apa yang terjadi dari awal hingga akhir.

"Pria tadi … dia suamimu?"

Pertanyaan Arjuna membuat Rara tersentak. Namun, wanita itu berusaha tenang seraya menanggapi, “Mantan suami,” sahutnya sembari mengeraskan wajah, tidak ingin kesedihannya tampak. “Kami sudah bercerai.”

Arjuna terdiam. Bodoh kalau dirinya masih tidak mengerti mengenai apa yang terjadi dalam rumah tangga Rara. Ada orang ketiga dalam hubungan wanita itu dengan sang suami, itulah alasan mereka berpisah.

Dengan dua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana, Arjuna menatap ke depan. “Jangan sedih. Tidak layak,” ucap pria itu singkat.

Ucapan Arjuna membuat Rara kaget. Dia menatap Arjuna yang memasang wajah datar, seakan ucapannya sangatlah masuk akal.

Keterusterangan dan keyakinan Arjuna membuat Rara tak elak tertawa kecil. "Aku tahu, Kak,” balasnya. “Dibandingkan sedih, aku harus lebih bersyukur karena bisa lepas dari bajingan semacam itu.”

Sadar dirinya berkata kasar, Rara langsung menutup mulutnya dengan satu tangan. Sungguh dirinya tidak sadar kelepasan!

Saat Rara sibuk menutupi rasa tidak enaknya, mendadak dia merasakan sebuah tangan mendarat di kepalanya. Dia mengangkat kepala, menyadari sosok Arjuna tengah tersenyum sembari mengusap lembut rambutnya.

"Cerdas."

Senyuman di wajah tampan Arjuna yang dilengkapi dengan pujian dan usapan lembut di kepala sontak membuat wajah Rara merona merah. Wanita itu pun langsung menundukkan kepala untuk menyembunyikan ekspresinya.

Seumur-umur, Rara baru pernah diperlakukan seperti ini. Bahkan Nizam, entah di masa pacaran maupun setelah menikah, tidak pernah selembut ini padanya.

“K-Kak Juna, aku sudah bukan gadis kecil lagi,” ucap Rara dengan canggung. Hatinya berdetak keras, merasa malu.

Ucapan Rara membuat Arjuna langsung menarik tangannya, sadar telah melakukan kesalahan dan berbuat tidak sopan. "Maaf, spontan," ucap pria itu sembari mengantongkan kembali tangannya.

Beruntung, tepat di saat itu, pintu lift terbuka. Rara dan Arjuna pun melanjutkan perjalanan menuju ruang kantor presiden direktur.

Selagi berjalan berdampingan dan untuk mengusir kecanggungan, Arjuna bertanya, “Kenapa kamu ke sini?” Dia baru sadar belum menanyakan tujuan Rara ke kantor hari itu.

Dengan cepat Rara pun menjawab, "Kak Satria yang menyuruhku datang.” 

Sejatinya Rara pun tak tahu kerja sama seperti apa yang akan diberikan oleh Satria. Namun, dia yakin bekerja di tingkat manajemen akan menjadi tugas yang diberikan oleh kakaknya itu.

Rara pun melirik Arjuna, “Kalau Kakak?”

Arjuna menjawab singkat, “Sama.”

Sesampainya di depan kantor presiden direktur, Rara dan Arjuna yang bertemu dengan asisten pribadi Satria yang telah menunggu langsung melangkah masuk ke dalam ruangan. Tampak Satria telah berada di dalam sembari berbincang dengan seorang wanita muda bertubuh semampai.

“Ah, kamu sudah tiba?” tanya Satria saat mendengar ketukan hak sepatu Rara.

Namun, ekspresi Satria berubah bingung saat menyadari Arjuna datang bersama dengan Rara. 

"Kalian datang bersamaan?" tanya Satria yang langsung menyalami temannya itu.

"Tanpa sengaja bertemu di lobi." Seperti biasa, Arjuna pun akan menjawab dengan seperlunya saja. 

Rara melirik Arjuna, sedikit khawatir pria itu akan menceritakan perihal kejadian antara dirinya bersama Nizam dan Jeny tadi. Namun, ternyata pria itu tidak mengungkit hal tersebut.

Helaan napas dan rasa syukur Rara panjatkan dalam hati. ‘Memang Kak Arjuna yang paling pengertian,’ batinnya, mengingat bagaimana berbedanya sang kakak kandung dengan Arjuna.

Setelah dipersilakan duduk, Rara langsung bertanya pada Satria, “Jadi, kenapa Kakak memanggilku ke sini? Apa aku akan dimasukkan ke salah satu departemen di Jaya Corp?”

Satria menaikkan alisnya. “Sabar sedikit, adik kecil,” balasnya, membuat Rara agak jengkel karena sang kakak seakan memperlakukannya sebagai gadis kecil lagi. 

Namun, Rara hanya mengingatkan diri bahwa ada Arjuna di tempat tersebut. Jadi, dia hanya terdiam.

Satria pun menatap Arjuna. “Karena kebetulan kamu juga di sini, aku sekalian saja mengumumkan," ucap pria itu sembari melipat kedua tangannya di depan dada. “Mulai dari hari ini, Rara akan menjadi presiden direktur Jaya Corp."

Rara terbelalak. “Apa?!”

Tunggu, dia kira dia hanya akan menjadi staf biasa!?

Satria menyandarkan punggungnya ke sofa dan berkata, “Ya, kamu akan bertanggung jawab menjalankan perusahaan ini dan menunjukkan pada semua orang kemampuanmu yang sesungguhnya.”

Anggrek Bulan

Kenalan yuk sama Rara

| Sukai
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wahyu Sudaryanti
biasanya klo yg pny bbrp anak perusahaan tuh bukan milik perorangan pny bbrp pemegang saham dan untuk menentukan presdirpun perlu RUPS karena butuh persetujuan bisnis is bisnis
goodnovel comment avatar
Ismah Nurmillah Hayati
mantap kak Satria, hayo Rara buktikan pada mantan suami brengsek mu itu kalau kamu adalah perempuan berkelas yang gak pantas diperlakukan buruk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status