Home / Rumah Tangga / Mantan Jadi Tetangga / 38. Debat Kusir Di Ranjang (1)

Share

38. Debat Kusir Di Ranjang (1)

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-12-04 20:46:26

Marvella baru terjaga sekitar pukul dua dini hari.

Kamar terasa gelap dan hening, hanya suara AC yang berdengung rendah dan sesekali desah napasnya sendiri yang terdengar.

Tubuhnya masih lemas, tapi tidak lagi terasa berat atau menggigil.

Ia pun meraba keningnya sendiri untuk memastikan, dan syukurlah sudah tidak panas.

Seketika Marvella menghela napas panjang penuh kelegaan...

Tapi kemudian pikirannya langsung tertuju pada satu hal. Kenzo.

Ya Tuhan. Sekarang sudah jam 2 pagi, apa Kenzo sudah makan malam? Apa dia sudah tidur?

Marvella memaksa tubuhnya bangkit dengan perasaan panik.

Tetapi gerakannya seketika tertahan, ketika menyadari ada sesuatu yang melingkari pinggangnya dengan erat.

Sontak Marvella pun terkejut saat ia menunduk, dan melihat lengan pria yang besar, berotot, dan berat. Melingkar kuat di pinggangnya seperti borgol.

Segera saja kepalanya tertoleh ke arah belakang, dan matanya langsung membelalak.

Dastan?!

Marvella mengerjap ketika melihat pri
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mantan Jadi Tetangga    68. Rumah Yang Hangat

    Dastan akhirnya kembali ke rumahnya sendiri. Rumah yang dulu selalu ia banggakan sebagai simbol kemandirian dan kekayaan itu kini terasa… aneh. Terlalu luas. Terlalu sunyi. Terlalu rapi dan dingin. Oreo langsung berlari masuk, lalu berhenti di tengah ruang tamu, memutar badan, dan duduk. Anjing itu menatap sekeliling seolah bertanya, "Kok sepi? Mana rumah rame tadi?" “Ya, Bro,” guman Dastan sambil melepas sepatu. “Ini rumah kita.” Dulu, keheningan seperti ini adalah kemewahan baginya. Tidak ada suara. Tidak ada tuntutan. Tidak ada drama. Hanya ia dan Oreo, dua makhluk yang sama-sama malas bersosialisasi. Tapi malam ini, keheningan ini terasa salah. Dastan akhirnya baru menyadari betapa rumahnya tampak tidak terurus. Debu mulai menempel di meja marmer mahal yang biasanya ia lap sendiri setiap dua hari sekali. Tanaman hias di sudut ruangan tampak layu. Dari jendela kaca besar, ia bisa melihat rumput halaman yang sudah tumbuh lebih tinggi dari seharusnya. Lalu

  • Mantan Jadi Tetangga    67. Bikin Tim Marvella

    Malam sudah larut ketika Dastan menutup pintu kamar Kenzo dengan gerakan hati-hati, seolah tidak ingin sedikit saja suara membangunkan bocah itu. Lampu tidur masih menyala redup, menyoroti wajah Kenzo yang tertidur pulas dengan satu tangan memeluk boneka dinosaurus kesayangannya. Dastan berdiri beberapa detik di sana dan menatap anak itu lebih lama dari yang ia sadari. Ada perasaan aneh yang menyelimuti dadanya. Perasaan hangat, tenang, sekaligus sedikit nyeri. Perasaan yang tidak pernah ia bayangkan akan pernah ia miliki untuk seorang anak yang bahkan bukan darah dagingnya sendiri. Pria itu pun menghela napas pelan, lalu berbalik menuju dapur. Marvella sedang menuang air panas ke dalam cangkir ketika langkah Dastan terdengar. Ia sudah mulai kembali hafal irama langkah tenang dan santai pria itu sekarang.. Ia meletakkan dua cangkir teh di atas meja, menambahkan beberapa potong apel dan pir di piring kecil. Tangannya bergerak otomatis, tapi hatinya tidak sepenuhnya te

  • Mantan Jadi Tetangga    66. Lihat Nanti

    Jam delapan malam lewat lima belas menit, suara bel dan ketukan terdengar dari depan. Marvella yang sedang menuang air minum refleks menoleh ke arah pintu. Belum sempat ia bergerak, pintu itu malah sudah terbuka dan Kenzo berlari paling depan. “Oreo!” teriaknya riang. Seekor Husky besar dengan mata biru cerah langsung melompat dengan ekor yang bergoyang-goyang heboh. Dastan baru saja menutup pintu ketika Kenzo sudah memeluk leher anjing itu tanpa ragu. “Oreo datang! Oreo datang!” Kenzo tertawa lepas, wajahnya menempel di bulu tebal yang dingin. Marvella tersenyum kecil tanpa sadar melihat keceriaan putranya yang seolah bertemu dengan saudara kembarnya yang terpisah bertahun-tahun. Namun kehangatan itu hanya bertahan sekitar tiga detik, karena dari dalam rumah tiba-tiba terdengar suara mendesis tajam. “Hssss.” Snowy, kucing anggora putih dengan bulu panjangnya, berdiri di ambang pintu. Ekornya mengembang sempurna, matanya menyipit penuh penilaian. Tatapannya lurus

  • Mantan Jadi Tetangga    65. Cemburu Yang Belum Diakui

    Sore hari di Green Residence No. 11... Marvella awalnya hanya sedang mendengarkan cerita Kenzo dengan ekspresi datar. Wajahnya tenang, alisnya tidak terangkat, tangannya tetap sibuk merapikan potongan apel di dalam piring kecil. Dari luar, siapa pun akan mengira bahwa ia hanya menjalani rutinitas sebagai seorang ibu, yaitu mendengarkan ocehan anaknya sambil menyiapkan camilan. Karena Kenzo sedang berada di fase paling berisik dalam hidupnya. “Terus Om Dastan berdiri di depan gerbang, Ma,” ujar Kenzo dengan mata berbinar. “Terus banyak ibu-ibu yang ngelihatin. Ada yang senyum-senyum juga. Tangan Marvella pun sontak berhenti sepersekian detik. “Hmm,” sahutnya singkat. Kenzo tidak peka terhadap perubahan sekecil itu. Ia melanjutkan dengan penuh semangat, seolah sedang menceritakan seorang tokoh utama dalam cerita pahlawan. “Terus ada Bu Rani, temennya Mama Alka. Dia nanya ke Om Dastan, katanya, ‘Pak, boleh minta nomornya? Buat urusan grup sekolah.’” Pisau kecil di tangan

  • Mantan Jadi Tetangga    65. Masa Lalu Yang Tak Diizinkan Kembali'

    Mesin mobil Dastan melaju perlahan di antara barisan kendaraan yang nyaris tak bergerak. Lampu merah memantul di kaca depan, membiaskan warna-warna kota yang sibuk, namun anehnya tak ada rasa kesal di wajah pria itu. Ia menyetel musik klasik alunan piano yang tenang dan elegan, membiarkan nada-nada itu mengisi kabin mobilnya.Bibirnya melengkung samar. Senyum yang tidak ia sadari sejak kapan mulai bertahan.Biasanya musik ini hanya menjadi latar agar pikirannya tetap fokus pada pekerjaan, tapi hari ini berbeda. Hari ini, pikirannya penuh. Tentang Marvella. Tentang Kenzo. Tentang rumah kecil itu, tentang aroma sampo di rambut Marvella, tentang tawa Kenzo yang riang saat bercerita di dalam mobil. Tentang hal yang selama bertahun-tahun seperti hilang dari hidupnya, lalu tiba-tiba saja datang dengan bentuk yang tak pernah ia sangka, serta cara yang begitu alami. Selama bertahun-tahun, hidup Dastan hanya berisi dua hal, yaitu target dan tanggung jawab. Pekerjaan mengisi seluruh ha

  • Mantan Jadi Tetangga    63. Dastan Dan Dunia Sekolah

    Pagi itu seharusnya berjalan dengan tenang, sampai Ara tiba-tiba muncul dan berdiri tepat di depan mobil Dastan. Gadis itu mengenakan blazer pastel dengan potongan modis, rambut tergerai rapi, dengan senyumnya yang dengan sengaja dibuat setengah menggoda. Ia melambaikan tangan ketika Dastan membuka pintu mobil. “Pagi, Mas Dastan,” sapanya manis. “Kebetulan banget. Mobil aku lagi di bengkel. Boleh nebeng ke kantor, nggak?” Nada suaranya ceria dan ringan, seolah permintaan itu sangat wajar. Seolah tidak ada anak kecil yang sudah duduk rapi di jok belakang. Seolah tidak ada sepasang mata yang mengamati semuanya dengan tenang dari pagar rumah sebelah. Dastan menoleh. Bukan ke arah Ara, melainkan ke arah Kenzo yang sudah mengenakan tas punggungnya dengan posisi lurus sempurna, dan kaki bergoyang pelan sambil bersenandung kecil. Baru setelah itu Dastan kembali menatap Ara. “Maaf, Ara. Tapi aku nggak nyaman membawa penumpang tambahan,” cetus Dastan dengan suara tenang. Tidak keras d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status