Dia sebenarnya ingin sekali menangis, tapi mungkin rasa lelahnya seharian ini membuat dia jadi sulit untuk mengungkapkan perasaannya sendiri melalui tangisan.Lagi pula kalau dipikir-pikir, hari ini juga Amora sudah dua kali menangis. Yang pertama adalah saat di ruang kerja milik dokter Giandra. Setelah melakukan apa yang menjadi tugas dari sang dokter itu untuknya. Dan yang kedua adalah tadi, sebelum dia pulang dari rumah sakit. Saat dokter tersebut juga memberikan sebuah kalimat menohok untuk dirinya.Ngomong-ngomong soal kalimat menohok, Amora jadi ingat apa yang dikatakan oleh sang dokter sesaat sebelum dia kemudian pulang.“Kalau kamu memang tidak mau menerima tawaranku untuk mengantarkan kamu pulang sampai ke rumah. Ya sudah, berarti aku bisa menyelesaikan pekerjaanku lebih dulu di sini.”Ucapan dokter tersebut membuat Amora bertanya-tanya, apa itu berarti dokter Giandra sengaja berganti pakaian biasa dan bersiap di depan ruang gantinya waktu itu hanya untuk menunggu Amora sele
Giandra benar-benar terkejut melihat sosok Rehan yang sudah ada di hadapannya sekarang. Dia melihat ke sekelilingnya, dan mencari tahu apakah ada orang lain yang datang bersama Rehan sekarang atau tidak. Seolah tahu bahwa kakaknya sedang melihat sekeliling untuk memeriksa keadaan. Rehan kemudian berkata pada Giandra.“Tenang saja, aku datang sendirian kok. Memang aku tidak benar-benar datang sendiri. Karena aku datang ke sini bersama dengan anakku, Oliver. Dia aku bawa ke sini setelah hampir saja mengalami kecelakaan.” Rehan sudah lebih dulu menjelaskan keadaannya kepada Giandra sebelum pria itu sempat bertanya lebih jauh soal alasan dari keberadaannya saat itu di rumah sakit.“Maksudmu anak dari perempuan itu? Siapa namanya? Olivia ya?” suara Giandra tampak dingin dan acuh tak acuh.pertanyaan Giandra sebenarnya bisa saja terdengar biasa saja di telinga orang lain.Tapi di telinga Rehan, pertanyaan itu sama saja seperti sebuah genderang perang yang sedang ditabuh dengan kuat oleh K
“Kamu juga bisa melihat sosok Oliver. Anak itu begitu cerdas dan baik. Dia juga terlihat sangat tulus. Tidak mungkin seorang anak bisa seperti itu kalau orang tuanya bukanlah orang yang baik juga.” Rehan menambahkan.“Kamu mau menyamakan sikap dari ibunya dengan anaknya? Bahkan seorang anak yang lahir dari seorang pendosa saja, bisa menjadi anak yang suci dan baik hati di masa depannya.”“Seseorang lahir bukan berarti dia harus membawa semua gen baik dan buruk dari kedua orang tuanya. Lalu tadi kamu bilang apa? Kamu mau aku mengenal Olivia supaya aku bisa tahu seperti apa kebaikan dalam dirinya? Apa kamu tidak salah bicara? Untuk apa aku harus berkenalan dengan wanita itu? tidak penting buatku.”Tapi walaupun Giandra mengatakan hal yang buruk tentang Olivia dan juga Rehan. Tapi dia yang mengetahui bahwa Oliver sedang menjalani perawatan di sana untuk mengetahui kondisinya pasca hampir mengalami kecelakaan berat. Membuat Giandra mau tidak mau merasa harus melihat kondisi anak itu.“Sud
Setelah perdebatan panjang dengan Rehan. Giandra kemudian tetap melanjutkan langkahnya menuju ke ruang bawah darurat untuk menjenguk Oliver.Balita berusia 4 tahun tersebut masih cukup tenang ketika banyak orang asing di sekitarnya yang memeriksa dirinya, meski memang sesekali dia agak rewel dan mencari keberadaan orang tuanya. Namun demikian, dia masih bisa sedikit dikendalikan oleh para perawat dan juga dokter yang tengah bertugas.Begitu melihat kedatangan dokter Giandra ke ruangan gawat darurat saat itu, beberapa perawat langsung menyingkir dan bertanya-tanya, kenapa dokter Giandra bisa sampai ke ruangan tersebut dan langsung mendatangi balita itu.Dan melalui percakapannya dengan dokter yang tengah menangani Oliver, yang memang berjaga di ruang bawah darurat saat itu, kemudian baru diketahui bahwa dokter Giandra merupakan paman diri dari Oliver.Sebenarnya, bagian Paman tirinya tidak terlalu terlihat. Karena Giandra hanya mengatakan bahwa Oliver adalah keponakannya.“Dia memang t
kamu sebagai dokter mereka.”“Mereka membayarku untuk ilmu yang aku miliki. Bukan untuk mengajak aku berdebat seperti yang kamu lakukan sekarang. Lagipula, aku hanya mencoba untuk menerjemahkan setiap kalimat yang kamu katakana padaku barusan.”Soal kamu yang cukup keberatan ketika aku menyarankan untuk melakukan pemeriksaan terhadap anakmu dan meminta agar anakmu itu dirawat di sini selama beberapa hari. Apa aku juga salah untuk menafsirkan hal tersebut?” tanya Giandra balik kepada sang adik.Rehan yang sudah malas untuk berdebat dengan kakaknya, kemudian langsung mengambil keputusan secara sepihak tanpa meminta persetujuan dari istrinya lebih dulu, yaitu Olivia.“Ya kalau memang, Oliver lebih baik untuk melakukan perawatan secara intensif di rumah sakit selama satu sampai dua hari dan memeriksakan kondisinya lebih dalam. Aku akan mengikutinya saja. Yang penting, aku mau anakku diperiksa dengan baik dan teliti. Dan juga dipastikan bahwa dia memang baik-baik saja tanpa kekurangan satu
Sementara itu di ruangan administrasi. demi memberi kenyamanan kepada sang anak untuk beristirahat. Dan juga memberi kenyamanan untuk Olivia nantinya yang bisa saja datang ke sini dan menjaga putranya, Oliver selama di rumah sakit.Maka Rehan memilih kamar perawatan yang paling bagus di rumah sakit tersebut kamar perawatan itu adalah kamar perawatan dengan jenis sweet room. Yang terdiri dari satu bet pasien, 1 sofa besar untuk tamu, satu ruangan khusus untuk penunggu pasien yang terdapat bet besar untuk penunggu pasien tersebut bisa beristirahat.Dan juga ada televisi besar berukuran 60 inci. Serta terdapat dapur kecil dan juga bar di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan pasien dan penunggu pasien itu sendiri.Sebenarnya pemilihan ruang perawatan itu cukup berlebihan untuk anak bayi seperti Oliver. Lagi pula, biasanya Oliver lebih suka untuk dikeloni oleh ibunya sendiri. Dan tidur di sisi sang Ibu. Jadi kemungkinan besar, Olivia akan tidur di ranjang pasien bersama dengan Oliver.Terle
Di luar daripada dia memang mengakui, bahwa Oliver adalah sosok anak yang pintar dan juga lucu. Tapi dia masih belum bisa menerima Oliver sepenuhnya sebagai keponakannya.“Bagus kalau kamu memang sudah mengerti dan menyadari hal itu. Jadi aku tidak perlu menjelaskan dan bersikap baik lagi di hadapanmu.” Giandra menjentikkan jari di depan Rehan.Setelah itu, Giandra kemudian berpamitan untuk pergi pada Rehan.“Kalau begitu, karena urusanmu di sini sudah selesai dan aku tidak perlu lagi berurusan dengan keluargamu. Aku lebih baik kembali ke pekerjaanku.”Tapi belum sampai Giandra melangkah lebih jauh untuk pergi dari tempatnya sekarang bersama dengan Rehan.Apa yang diucapkan oleh Rehan, membuat pria itu berbalik kembali dan balas menatap sang adik dengan tatapan tajam Yang seolah persiap untuk menghancurkan Rehan saat itu juga.“Tunggu dulu! Kamu bahkan belum menjawab pertanyaanku tadi.” Rehan menghentikan langkah Giandra dengan kata-katanya.“Pertanyaan yang mana maksudmu? Memang ada
Sepanjang perjalanannya kembali ke ruangan kerja pribadinya di lantai 10 dari gedung Rumah Sakit tersebut.Selama di dalam lift, Giandra masih menyimpan kekesalan dan kemarahan terhadap.Tak pernah dia sangka, bahwa dia akan bertemu dengan sosok Rehan di tempat kerjanya seperti sekarang. Padahal dia sudah jauh pergi ke tempat ini untuk bisa menghindari agar tidak lagi bertemu muka dan berurusan dengan keluarganya. Sudah bisa dipastikan, jika Rehan ada di sini dan Oliver sampai sakit hingga dirawat di rumah sakit.Maka nanti keluarga dari Dwipangga pasti ada yang akan datang untuk menjenguk anak itu. atau sekedar bertemu dengan Rehan yang memang menunggu di tempat tersebut juga.Rasanya Giandra ingin sekali mengajukan cuti selama satu bulan penuh untuk menghindar dari keluarganya sendiri. Atau orang-orang yang masih menyebutnya sebagai keluarga. sudah berapa tahun lamanya, Giandra tidak pernah lagi berurusan dengan keluarga Dwipangga. Dia terpaksa tetap menggunakan nama dari keluarg